Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Owner Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat. Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Rabu, 29 Agustus 2012

Berfikir cara orang KAYA...


Mengapa orang kaya semakin kaya? Karena begitu orang kaya penghasilannya bertambah besar, maka gaya hidupnya sementara tetap (menunda kesenangan). Penghasilan yang lebih ini di investasikan kedalam asset. Misalnya beli saham yang menghasilkan deviden, rumah kost kost-an, ruko yang dikontrakkan, Mall yang disewakan, sarang walet, usaha-usaha yang menghasilkan, dan lain-lain.
Sedemikian sehingga penghasilan mereka bertambah besar. Dan ketika penghasilan mereka bertambah besar lagi, mereka investasikan lagi ke dalam asset tersebut diatas, sehingga semakin kaya dan semakin kaya lagi.
Mengapa orang menengah bergumul terus secara finansial? Ketika orang menengah penghasilannya bertambah besar maka dia mencicil rumah yang lebih besar, mobil yang lebih besar, handphone yang lebih canggih, komputer yang lebih modern, televisi yang lebih besar, audio yang lebih canggih dan banyak sekali uang untuk kewajiban sehingga masuk kedalam pengeluaran.
Orang menengah ini bisa memiliki rumah yang besar, mobil yang besar tapi tidak mempunyai uang yang bekerja untuk dia. Dan seumur hidupnya menjadi budak uang karena membayar cicilan semakin besar seumur hidupnya.
Mengapa orang miskin bablas miskin?
Orang miskin tidak perduli seberapa besar pun penghasilannya semua akan masuk ke pengeluaran.
Contoh:
Orang miskin begitu penghasilannya bertambah besar mereka beli TV yang besar, beli jamnya yang mahal, beli hp yang lebih baru, beli baju mahal, makan di restoran mewah, ikut keanggotaan fitness, ikut asuransi yang tidak perlu, dan lain-lain. Semua dijalankan karena gaya hidup moderen atau tidak mau ketinggalan zaman.
Pertanyaannya: Bila penghasilan Anda bertambah besar, Anda belikan apa? Hal-hal yang menghasilkan uang lagi atau hal-hal yang menghabiskan uang. Silahkan dijawab, Anda yang tahu termasuk golongan manakan Anda?

Semoga bermanfaat(TUng Desem Waringin)

Sabtu, 25 Agustus 2012

Shyakh Umar Vadillo >> Keuntungan dengan dinar dan dirham


Sejak diperkenalkan kembali oleh Shyakh Umar Vadillo, ekonomi asal spanyol... mata uang dinar dan dirham kini kembali dikenal oleh masyarakat luas di dunia. Namun apakah mata uang tersebut bisa menggeser dominasi keberadaan mata uang kertas yang ada sekarang ini?

Menurut Shyakh Umar ada beberapa keuntungan menggunakan mata uang dinar dan dirham yaitu:

1. Uang Dinar dan Dirham berlaku dimana saja. Menurut Shyakh Umar, uang ini tak terbatas oleh tempat, kemanapun seseorang pergi ke luar negeri, mereka tidak perlu menukarkan uang.

"Kalau kamu pergi Ke kanada atau ke Malaysia, kamu pakai uang dinar yang sama asal mereka mau menerima dirham, dan tokonya ditempel stiker dirham," ungkapnya saat ditemui di Masjid Al Azhar, Kamis (9/8/12).

2. Tak seperti mata uang biasa, Dinar ini nilainya akan terus merangkak naik. Nilai dari dinar akan disesuaikan dengan komoditi yang dibeli.

"Kita ingin minyak, kita kasih emas (dinar), lain dengan uang kertas, kita ingin lebih kita juga harus mencetak uang lebih," katanya.

3. Dengan diberlakukannya uang dinar dan dirham, inflasi di suatu negara menjadi nol.

"Dengan ini bisa menghentikan forex, menghentikan inflasi," jelasnya.

Menurutnya, pemberlakuan dari uang ini sudah sangat penting sekali kalau masyarakat sudah tidak mau lagi dirampok dengan adanya inflasi yang disebabkan karena beredarnya mata uang kertas.

"Ini sangat penting, kalau kita tidak mau lagi dirampok. Kecuali kita mau terus terusan dirampok. saat ini kita bagaikan memberi makan orang-orang kaya," tandasnya.

Wallahu alam bisshawab...

Kamis, 23 Agustus 2012

Fahamilah!!!! Gaji anda setiap tahun adalah TURUN!!!!..Anda tidak pernah merasakan naik GAJI!!!!


By : Muhaimin Iqbal ( Gerai Dinar Pusat )

Bila Anda memasuki dunia kerja awal tahun 80-an, tahun-tahun ini Anda akan memasuki usia pensiun. Tergantung seberapa cemerlang karir Anda, tetapi bila Anda masuk kedalam kelompok terbesar dari pekerja di negeri ini – maka kemungkinannya Anda merindukan masa-masa awal Anda bekerja dahulu. Saat itu gaji Anda masih kecil tetapi terasa cukup, kini gaji Anda sudah jauh lebih besar – tetapi terasa semakin tidak cukup. Jangan salahkan pasangan hidup Anda, atau beban biaya anak-anak Anda – salahkanlah inflasi !.

Selain kenaikan biaya hidup karena bertambahnya kebutuhan seperti biaya istri dan anak-anak, inflasilah yang sesungguhnya merenggut kemakmuran dari jerih payah para pekerja. Ini berlaku di seluruh dunia, tetapi di negara yang rata-rata inflasinya tinggi – dampaknya tentu jauh lebih berat bagi masyarakatnya.

Untuk memahami pengaruh inflasi pada kemakmuran ini, saya ambilkan contoh pekerja rata-rata di tiga negara yaitu Indonesia, Amerika dan Singapura. Tiga sarjana baru dari masing-masing negara tersebut mulai bekerja pada saat bersamaan di tahun 1982. Ketika masuk bekerja yang di Indonesia digaji Rp 325,000/bulan; yang di Amerika digaji US$ 520/bulan dan yang di Singapura di gaji S$ 1,110/ bulan.

Sepanjang karirnya 30 tahun terakhir di masing-masing negara, prestasi mereka biasa-biasa saja. Mereka tidak mengalami promosi jabatan yang luar biasa. Mereka memperoleh kenaikan gaji yang sama (oleh berbagai sebab) yang bila di rata-rata adalah 10% per tahun selama tiga puluh tahun terakhir.

Berapa masing-masing gaji mereka sekarang ? Yang di Indonesia gaji mereka sekarang adalah Rp 5,671,000,- ; yang di Amerika gaji mereka US$ 9,074,- dan yang di Singapura gaji mereka adalah S$ 19,370,-. Dengan income seperti ini tingkat kemakmuran yang di Indonesia lebih rendah dari yang di Amerika dan jauh lebih rendah lagi dari yang di Singapura. Semua gaji mereka naik dengan persentase yang sama seperti grafik di bawah, mengapa yang satu lebih makmur dari yang lain ?.



Salary at Original Currencies

Itulah tingkat inflasi yang membedakannya. Untuk mengukurnya kita bisa gunakan timbangan yang adil yang menurut Imam Ghazali hanya ada dua yaitu emas (Dinar) atau perak (Dirham). Gaji masing-masing pekerja di tiga negara tersebut di tahun 1982 kurang lebih sama bila di konversikan ke Dinar yaitu 10 Dinar.

Namun setelah mengalami kenaikan gaji pada mata uang masing-masing @ 10 %, dampaknya menjadi berbeda ketika mata uang mereka ini dikonversikan ke timbangan yang sama yaitu Dinar. Yang bergaji Rupiah, bukannya naik malah turun terus sepanjang 30 tahun terakhir. Gaji mereka yang telah naik sekitar 17.5 kalinya dalam Rupiah, ternyata ketika dikonversikan ke Dinar malah turun tinggal sekitar ¼- nya. Gaji mereka yang 10 Dinar tahun 1982, kini tinggal sekitar 2.6 Dinar.

Yang bergaji US$ maupun S $ sekarang masing-masing setara dengan 40 Dinar dan 69 Dinar. Perhatikan pada grafik dibawah ketika semua penghasilan pegawai rata-rata di tiga negara tersebut dikonversikan ke Dinar.



Salary Converted to Dinar

Meskipun tingkat kemakmuran yang masih tinggi, ternyata trend kemakmuran di Amerika maupun Singapura selama 10 tahun terakhir juga mengalami kemunduran – inflasi atau penurunan daya beli uang mereka selama 10 tahun terakhir rupanya juga berjalan lebih cepat ketimbang kenaikan-kenaikan gaji mereka.

Yang mengalami dampak penurunan kemakmuran ini tentu bukan hanya masyarakat pekerja, kalangan dunia usaha-pun demikian. Bila mereka tidak berhasil tumbuh melebihi laju inflasi, maka mereka tidak akan mampu memepertahankan kemakmuran seluruh stake holder-nya (termasuk pegawainya) dan size usaha mereka secara riil akan menyusut.

Dengan gambaran yang begitu nyata tersebut, adalah naïve bila kita abaikan faktor inflasi ini dalam menjaga kemakmuran kita. Dinar atau Dirham hanyalah salah satu alat untuk melindungi kemakmuran kita agar tidak habis direnggut inflasi, banyak instrument lain yang juga berfungsi sama - seperti asset riil yang berputar dengan baik dlsb. Insyaallah.

Senin, 13 Agustus 2012

Konsep sejahtera


Kita bisa saja terkecoh. Bukan tidak mungkin, orang yang selama ini kita anggap kaya raya, harta berlimpah, sebenarnya memiliki jumlah utang yang lebih besar ketimbang kekayaannya. Jadi, sebenarnya, sejahtera memiliki makna lebih dibandingkan dengan sekadar disebut sebagai orang kaya. Sejahtera semestinya memiliki unsur kebahagiaan di dalamnya. Sementara kekayaan belum tentu dibarengi dengan kebahagiaan. Nah, pilih mana? Sejahtera atau kaya raya? Berikut ulasan menariknya

Kesejahteraan
sebenarnya adalah ketika seseorang bisa memenuhi kebutuhan—secara relatif—baik itu primer, sekunder, maupun tersier, berdasarkan nilai yang ada pada diri seseorang. Kenapa demikian? Badu, misalnya, merasa dirinya sudah cukup kaya dan sejahtera ketika bisa menikmati makan tiga kali sehari, bisa memiliki rumah kecil, dan bisa menyekolahkan anak. Badu merasa harta yang dimilikinya sudah mencukupi dan hidup bahagia.

Akan tetapi, lain dengan si Fulan. Ia sudah memiliki rumah besar, mobil bagus, deposito di berbagai bank, dan kekayaan lainnya. Namun, Fulan melihat teman-temannya jauh lebih kaya ketimbang dirinya. Oleh karena itu, Fulan merasa belum sejahtera. Dari situasi tersebut jelas bahwa besarnya harta tidak berbanding lurus dengan makna kesejahteraan secara relatif.

Dengan kata lain, sejahtera sebenarnya dimulai dari konsep berpikir atau persepsi terhadap kesejahteraan itu sendiri. Jadi, tidak mengherankan jika Badu merasa sejahtera, sementara Fulan masih merasa ”sengsara”. Makanya, disebut sebagai nilai relatif. Lalu, bagaimana agar tidak terjebak dalam suasana sebagaimana dialami oleh Fulan? Ada beberapa hal yang sebaiknya dicerna ulang, seperti berikut ini.
Konsep sejahtera
Pertama, memahami konsep kesejahteraan.
Hal penting dalam memahami kesejahteraan adalah memutuskan arti kesejahteraan itu sendiri berdasarkan nilai pada diri kita masing-masing. Bukan karena tetangga kita memiliki rumah lebih bagus atau mobil lebih banyak , maka kita anggap tetangga kita lebih sejahtera. Bukan itu maknanya, melainkan model kesejahteraan seperti apa yang kita inginkan. Jadi, tidak perlu melihat orang lain.

Berikutnya, memastikan untuk apa semua uang dan harta yang sudah dan akan Anda miliki nantinya. Jadi, ada tujuan dari harta tersebut. Bukan sekadar dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Ini sekaligus menjelaskan bahwa kekayaan dalam makna kesejahteraan adalah ketika Anda bisa menikmati dan mensyukuri kekayaan tersebut. Bukan kekayaan yang berlimpah karena utang berlimpah, misalnya. Atau dalam bentuk lain, harta dan kekayaan membuat kita menjadi berperilaku buruk, menjadi serakah atau menjadi kikir.

Jadi, kesimpulannya, definisikan dulu arti kesejahteraan secara seluas-luasnya. Termasuk, hubungan antara jumlah harta dan uang yang dimiliki atau diinginkan dengan kebahagiaan. Baru setelah itu bicara mengenai bagaimana mencapainya.

Mendapatkan kesejahteraan
Kedua, mendapatkan kesejahteraan. Untuk menjadi sejahtera sebagaimana ukuran yang telah diputuskan oleh masing-masing individu, Anda terlebih dahulu harus mengetahui seberapa jauh jarak Anda saat ini dengan tingkat kesejahteraan yang hendak diraih. Sebagai misal, dari sisi aset, saat ini Anda menyewa rumah dan Anda beranggapan, untuk sejahtera, setidaknya Anda mesti memiliki rumah sendiri. Maka, pertanyaan berikutnya adalah, rumah seperti apa yang ingin Anda miliki.

Lalu berapa lama dari sekarang rumah tersebut dapat Anda miliki. Kemudian dari mana sumber pembiayaannya. Artinya, ada rencana yang jelas, terukur, baik dari sisi waktu maupun sumber dananya. Jadi, boleh-boleh saja Anda mendambakan apa saja, tetapi tidak boleh menafikan rasionalitas. Jangan sampai Anda terjebak pada kesejahteraan artifisial; memiliki aset bersumber dari utang dan kemudian aset tersebut hilang kembali karena Anda gagal melunasi utang.

Kesejahteraan termasuk unsur kebahagiaan bukan sekadar untuk dicapai, sesuai ukuran masing-masing. Ketika kesejahteraan itu sudah tercapai, langkah berikutnya adalah bagaimana mempertahankan kesejahteraan tersebut.

Tetap sejahtera
Ketiga, tetap sejahtera. Ketika kekayaan meningkat, sebagian kalangan juga mengubah gaya hidup, pola pergaulan, dan tingkat konsumsi. Perubahan itu, hakikatnya menjadikan biaya hidup semakin mahal. Oleh sebab itu, salah satu kunci paling mendasar untuk mempertahankan kesejahteraan adalah melalui kontrol terhadap perubahan gaya hidup. Dan, itu bisa dijaga dengan kembali mengajukan pertanyaan, ”Apa definisi kesejahteraan bagi diri Anda?”

Secara konseptual, menjaga kesejahteraan dapat dilakukan dengan cara melakukan check up secara reguler terhadap kondisi keuangan dan kekayaan Anda. Jika delta pengeluaran tiba-tiba menjadi lebih besar ketimbang delta pemasukan, sebaiknya Anda berhati-hati. Itu merupakan sinyal bahwa ada sesuatu yang mulai keliru dalam pengelolaan kesejahteraan Anda.

Untuk mencegah permasalahan lebih lanjut, mulailah membelanjakan uang untuk hal-hal yang berkualitas. Bukan membeli barang-barang berharga murah, tetapi daya gunanya rendah dan frekuensi pembelian bisa tinggi. Lebih jauh lagi, stop melakukan pengeluaran—khususnya terhadap sesuatu yang bersifat keinginan—ketika pemasukan tidak mencukupi. Dengan kata lain, ketika kesejahteraan telah bersama Anda, jangan menggunakan aset yang telah dimiliki untuk membiayai pengeluaran.

Dan yang terpenting, cukup ada 3 pilar dalam sendi ekonomi kita...milikilah property, miliki emas dan jalankan bisnis anda....

Wallahu alam bisshawab...

Kamis, 09 Agustus 2012

Bijak menggunakan THR >>> Dinar oriented


THR atau Tunjangan Hari Raya merupakan sesuatu yang paling ditunggu-tunggu sebagian besar masyarakat kita yang notabene  berstatus sebagai karyawan. Pemerintah sendiri melalui Menakerstrans telah mengeluarkan Surat Edaran mengenai THR yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada karyawannya paling lambat H-7 sebelum lebaran. Tentu saja suntikan dana tersebut harus benar-benar kita kelola dengan baik, agar sehabis lebaran kita tidak menderita kantong kering

Sudah menjadi rahasia umum, jika menjelang lebaran kebutuhan kita akan meningkat drastis. Mulai persiapan untuk jamuan lebaran, baju lebaran, membayar zakat, dan masih banyak lagi. Untuk itu perlu perencanaan yang matang agar uang THR tidak menguap begitu saja. Lantas bagaimana kita memanfaatkan uang THR tersebut?

1. Buatlah perencanaan belanja kebutuhan selama bulan puasa dan lebaran
Selama bulan puasa, kebutuhan dapur kita akan meningkat. Pun demikian saat lebaran nanti. Selain makanan dan minuman untuk jamuan puasa dan lebaran, membeli baju untuk lebaran (khususnya untuk anak-anak) menjadi prioritas utama. Namanya juga anak-anak, pasti menuntut baju baru saat lebaran. Sekarang ini banyak sekali toko-toko yang menggelar discount atau potongan harga. Namun jangan terbuai dengan besaran discount yang ditawarkan. Tapi lihat manfaat dari barang yang hendak anda beli. Bandingkan juga harga barang yang hendak anda beli dengan toko lain untuk mendapatkan harga sejenis namun tetap murah.

2. Jika anda memiliki hutang (credit card, cicilan motor, rumah, atau mobil) bayarlah cicilan anda tersebut terlebih dahulu. Mumpung dapat THR, sehingga nanti sehabis lebaran anda tidak perlu pusing dengan berbagai macam tagihan.

3.  Anggarkan pengeluaran Zakat, dan sedekah
Zakat fitrah dan zakat harta serta sedekah memang menjadi kewajiban kita. Jadi persiapkan dana untuk membayarnya.  Jika kita memiliki asisten rumah tangga, perhitungkan juga untuk membayar  THR mereka.

4. Jika masih ada sisa, anggarkan juga untuk biaya perawatan dan perbaikan rumah
Mengecat kembali dinding rumah bisa menjadi alternatif yang bisa dipilih, sehingga saat lebaran tiba rumah kita akan kelihatan bersih dan bisa juga menciptakan suasana yang baru dengan interior yang sedikit berbeda.

Namun yang terpenting adalah kewajiban kita (berpuasa dan berzakat) terpenuhi, dan jalinan silaturamhi dengan tetangga, serta handai taulan tetap terjalin baik.

Lalu bagaimana hubungannya dengan dinar emas?...apabila THR sudah didapat..coba kita bagi porsi seperberapa dari THR kita untuk menyimpan dalam bentuk dinar emas...Insya Allah dengan dinar emas,,,uang THR kita tidak sepenuhnya habis terpakai,,dan nilainya naik tiap tahunnya,,,bahkan bisa kita nikmati kembali di lebaran tahun depan...

Wallahu alam bisshawab....

Alasan dan dasarnya zakat dengan dinar dan dirham


H. Zaim Saidi - Pimpinan Baitul Mal Nusantara
Zakat harta uang harus dikembalikan kepada sunnahnya yakni hanya ditarik dan dibayarkan dengan Dinar emas atau Dirham perak

Seluruh ketentuan syariat yang berkaitan dengan harta dan transaksi muamalat (jual-beli, utang-piutang, dsb), termasuk untuk zakat uang dan perdagangan, hanya ditetapkan dalam Dinar emas atau Dirham perak. Nisabnya pun ditetapkan dengannya yaitu 20 Dinar emas (sekitar 85 gram emas) dan 200 Dirham perak (sekitar 595 gr perak).

Untuk membayarkannya pun harus dengan Dinar emas atau Dirham perak, sebesar 2.5% dari total harta yang dimiliki setelah satu tahun. Zakat tidak dapat dibayarkan dengan uang kertas (dayn atau nota hutang).

Berikut adalah syariat zakat sebagaimana difatwakan oleh para ulama.

Bagaimana Posisi Maddhab Syafi'i?
Imam Syafi'i, dalam kitabnya Risalah, menyatakan:
Rasulullah [SAW] memerintahkan pembayaran zakat dalam perak, dan kaum Muslim mengikuti presedennya dalam emas, baik berdasarkan [kekuatan] hadits yang diriwayatkan kepada kita atau berdasarkan [kekuatan] qiyas bahwa emas dan perak adalah penakar harga yang digunakan manusia untuk menimbun atau membayar komoditas di berbagai negeri sebelum kebangkitan Islam dan sesudahnya.

Manusia memiliki berbagai [jenis] logam lain seperti kuningan, besi, timbal yang tidak pernah dibebani zakat baik oleh Rasulullah [SAW] maupun para penerusnya. Logam-logam ini dibebaskan dengan dasar [pada kekuatan] preseden, dan kepada mereka, dengan qiyas pada emas dan perak, tidak seharusnya dibebani zakat, karena emas dan perak digunakan sebagai standar harga di semua negeri, dan semua logam lainnya dapat dibeli dengan keduanya dengan dasar kadar berat tertentu dalam waktu tertentu pula.
Bagaimana Posisi Maddhab Maliki?
Syekh Muhammad Illysh, Mufti Al Azhar, pada 1900-an, mewakili posisi Madhhab Maliki, secara tegas mengharamkan uang kertas sebagai alat pembayar zakat. Fatwanya:
Kalau zakat menjadi wajib karena pertimbangan substansinya sebagai barang berharga (merchandise), maka nisabnya tidak ditetapkan berdasarkan nilai [nominal]-nya melainkan atas dasar substansi dan jumlahnya, sebagaimana pada perak, emas, biji-bijian atau buah-buahan.

Karena substansi [uang kertas] tidak relevan [dalam nilai] dalam hal zakat, maka ia harus diperlakukan sebagaimana tembaga, besi atau substansi sejenis lainnya.
Maksudnya, sama dengan posisi Imam Syafi'i, (uang) kertas disamakan dengan besi atau tembaga, hanya dapat dinilai berdasar beratnya, sedang nilainya harus ditakar dengan nuqud (Dinar atau Dirham). Ketiganya terkena zakat hanya bila diperdagangkan, dan tidak sah dipakai sebagai pembayar zakat.

Bagaimana Posisi Maddhab Hanafi?
Imam Abu Yusuf, satu di antara dua murid utama Imam Abu Hanifah, dan pendiri Madhhab Hanafi, menulis surat kepada Sultan Harun Al Rashid, (memerintah 170H/786M-193H/809M). Ia menegaskan keharaman uang selain emas dan perak sebagai alat pembayaran zakat. Ia menulis:
Haram hukumnya bagi seorang Khalifah untuk mengambil uang selain emas dan perak, yakni koin yang disebut Sutuqa, dari para pemilik tanah sebagai alat pembayaran kharaj dan ushr mereka. Sebab walaupun koin-koin ini merupakan koin resmi dan semua orang menerimanya, ia tidak terbuat dari emas melainkan tembaga. Haram hukumnya menerima uang yang bukan emas dan perak sebagai zakat atau kharaj.
Dari berbagai fatwa hukum para imam di atas di atas sangat jelas bahwa zakat harta dan perniagaan tidak dapat dibayarkan kecuali hanya dengan Dinar emas atau Dirham perak.

Cara Menghitung dan Membayarkan
Bila Anda memiliki Dinar emas atau Dirham perak yang telah melewati nisab, yaitu 20 Dinar atau 200 Dirham, maka harus dikeluarkan zakatnya 2.5%, yaitu 0.5 Dinar atau 5 Dirham.

Bila harta Anda masih berupa uang kertas atau turunannya (deposito, saham, cek, dsb), harus Anda takar nisabnya dengan Dinar atau Dirham. Nisab zakat mal adalah 20 Dinar emas atau 200 Dirham perak. Zakatnya 2.5%-nya. Harta yang dihitung hanyalah yang telah memenuhi haul-nya, yakni tersimpan selama setahun.


Kewajiban zakat 2.5% dari total harta Anda kemudian ditukarkan dengan salah satu mata uang syar'i ini, Dinar Emas atau Dirham Perak. Dengan Dinar Emas atau Dirham Perak inilah baru Anda dapat membayarkan zakat.
So..hayo sosialisasikan zakat dengan dinar emas dan dirham perak....
 
Wallahu alam bisshawab...

Rabu, 08 Agustus 2012

Berzakatlah Hanya dengan Dinar atau Dirham



H. Zaim Saidi - Pimpinan Baitul Mal Nusantara

Selain menegakkan rukunnya, membayarkan zakat dalam Dirham dan Dirham memberikan banyak keutamaan bagi masyarakat.

Selain untuk berpuasa, kebanyakan umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai batas waktu (haul) pembayaran zakat mal, tentu saja di samping zakat fitrah yang dibayarkan menjelang lebaran. Hal ini mengakibatkan zakat mal menumpuk dalam masa yang sangat singkat, hingga kurang terjadi pemerataan kekayaan dari segi waktu. Haul zakat mal semestinya jatuh tempo setiap saat karena setiap orang tentunya mulai menyimpan harta dalam waktu yang berbeda-beda. Karena itu sangatlah penting bagi setiap muzaki untuk menetapkan haul zakatnya secara lebih tepat, dan tidak semata-mata mematok bulan Ramadhan, supaya zakat bisa ditarik dan dibagikan setiap hari sepanjang tahun.

Selain soal haul, rukun pokok lain dari zakat mal yang harus dipenuhi adalah batas minimal kewajiban, atau nisab, yang ditetapkan dalam Dinar emas dan Dirham perak. Dalam hal ini Imam Malik (dalam Muwatta) berkata, 'Sunnah yang tidak ada perbedaan pendapat tentangnya adalah bahwa zakat diwajibkan pada emas senilai 20 dinar, sebagaimana pada perak senilai 200 dirham.' Saat ini hampir semua pihak, termasuk para ulama, menyatakan bahwa nisab zakat mal adalah 85 gr emas. Ini kurang tepat dan menimbulkan persoalan serius.

Pertama, nisab itu ditetapkan memang dalam berat, tetapi satuannya adalah mithqal atau Dinar emas bukan gram, yang kalau dikonversi ke dalam berat umumnya memang menemukan angka 85 gr emas. Sebab 1 mithqal, atau 1 Dinar emas, adalah 4.25 gr, 20 Dinar atau 20 mithqal menjadi 85 gr emas. Penggunaan nisab dalam gr (emas) menghilangkan pengetahuan dasar umat Islam tentang satuan berat dalam syariat Islam (mithqal dan qirat), tentang Dinar emas dan Dirham perak, dengan segala implikasinya. Antara lain pengetahuan tentang ketetapan yang berkaitan dengan nilai, seperti pada hudud, diyat, mahar, dan sejenisnya, juga hilang.

Kedua, nizab 20 Dinar dan 200 Dirham ini mengacu secara umum untuk harta moneter (uang) dan harta perniagaan, dan bukan an sich kepada (logam) emas dan perak. Dengan demikian, sebagaimana bisa dirujuk kepada pendapat para ulama salaf, zakat harta uang dan perniagaan, hanya bisa dibayarkan dengan Dinar emas atau Dirham perak, masing-masing sebasar 2.5%-nya, yaitu 0.5 Dinar emas dan 5 Dirham perak.

Dinar emas dan Dirham perak adalah 'ayn (aset nyata), sebagaimana produk pertanian dan peternakan yang bila jatuh nisab zakatnya hanya bisa dibayarkan dengan 'ayn yang bersesuain dengananya. Zakat tidak bisa dibayarkan dengan dayn (bukti utang), yang dalam konteks harta moneter dan barang perniagaan saat ini adalah berupa uang kertas atau turunannya. Jadi, membayarkan zakat uang (meski saat ini kebanyakan berupa dayn, seperti rupiah, dolar, atau lainnya) dan perniagaan dengan 'ayn, yaitu Dinar emas dan Dirham perak, adalah mengembalikan sunnah dan rukunnya.

Ketiga, penggunaan nisab zakat mal dan perniagan yang hanya merujuk pada (Dinar) emas dan mengabaikan (Dirham) perak, menciutkan jumlah muzakki. Nilai Dinar emas pada awal Ramadhan 1433 H ini, misalnya, bila dirupiahkan adalah Rp 2.175.000, sedangkan Dirham perak adalah Rp 66.500. Artinya nisab zakat dalam Dinar emas setara dengan Rp 43.500.000, sedangkan nisab zakat dalam Dirham perak adalah Rp 13.300.000. Jadi, selama ini, karena nisab yang dipakai hanyalah (85 gr) emas maka mereka yang memiliki tabungan mulai dari Rp 13.300.000-Rp 43.500.000 tidak dinyatakan berkewajiban zakat. Padahal, jumlahnya, secara logika akan jauh lebih banyak ketimbang yang memiliki tabungan bernisab Dinar emas.

Keempat, ini yang sangat penting, sebagaimana kita lihat dalam lebih dari satu dekade ini, penerapan sistem uang kertas dalam kehidupan sehari-hari terbukti semakin genting. Sistem ini, yang tidak lain berbasiskan pada riba, telah mendekati keruntuhannya yang ditandai dengan 'krisis moneter' yang tiada berhenti, dan semakin hari semakin berat. Gonjang-ganjing yang sedang kita saksikan hari ini di AS dan Eropa adalah bagian dari proses pembusukan ini. Rasulullah salallahu alayhi was salam telah mengindikasikannya jauh hari, dengan menyatakan bahwa, 'Akan datang masa ketika tak ada lagi yang dapat dibelanjakan (karena habis nilainya) kecuali Dinar dan Dirham. Selamatkan Dinar dan Dirham.' (HR. Ahmad)
 Uang kertas adalah liabilitas bukan aset. Nilainya terus-menerus merosot. Secara riil uang kertaslah sumber pemiskinan, berupa inflasi, yang merampas harta setiap orang. Membayarkan zakat mal dalam Dinar emas dan Dirham perak akan dengan sangat efektif menghentikan pemiskinan akibat inflasi ini. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, sejak kedua koin nabawi ini, beredar di Indonesia, telah banyak yang mendapatkan manfaat ini. Pembagian zakat mal dalam keduanya bukan cuma berarti pemerataan harta yang sesungguhnya kepada semua orang, termasuk fakir dan miskin. Tetapi, sekali harta ini berada dan beredar di tangan masyarakat, perekonomian kita akan sangat kuat. Sebagai gambaran saja awal tahun 2000an 1 Dinar emas setara Rp 400.000, sedang Dirham perak setara Rp 11.000. Dengan demikian pemiskinan telah terjadi lebih dari lima kali lipat, dengan inflasi sekitar 550% dalam sepuluh tahun ini.

Kelima, pembayaran zakat dalam Dinar dan Dirham yang dilakukan lewat Amirat Indonesia (Baitul Mal Nusantara) 100% dibagikan kepada mustahik yang berhak. . Hal ini bukan saja memastikan seluruh harta zakat zampai kepada yang berhak, tetapijuga memberikan dua manfaat lainnya. Satu, menjadi ajang edukasi umat Islam tentang rukun zakat, Dinar dan Dirham, serta praktek muamalat sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad, sallalahu alayhi wa sallam. Dua, perdagangan kembali bergerak, perekonomian masyarakat, khususnya usaha kecil ikut berkembang.

Maka, pembayaran dan pembagian zakat mal kembali sesuai dengan rukunnya, yakni dalam Dinar emas dan Dirham perak, niscaya akan menjadi titik awal kebangkitan bangsa dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ini. Tidak ada keraguan lagi.

Wallahu alam bisshawab

Have a gold day!!!!

Senin, 06 Agustus 2012

Melek finansial...


Baik orang kaya atau miskin, pandai atau bodoh, tua atau muda, semua memiliki persamaan kalau sudah sampai pada urusan uang.

Ya, kita semua menggunakan uang. Jumlah uang yang dimiliki dan bagaimana cara kita menggunakan uang memang berbeda satu sama lain. Namun, yang pasti di dunia ini kita semua memerlukan uang,

Jadi, apa tanda dari hal tersebut?

Ini menunjukkan bahwa kita semua perlu memiliki pengetahuan finansial yang baik.
Dalam sebuah riset oleh Organisation for Economic Co-operation and Development(2005) yang diberi judul “Increasing Financial Literacy”, disebutkan bahwa pendidikan atau pengetahuan finansial menjadi semakin dibutuhkan di antaranya karena:
1. Orang sekarang dihadapkan dengan instrumen finansial yang semakin kompleks, dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
2. Adanya generasi baby boom (orang yang lahir setelah perang dunia II di Amerika), dan juga meningkatnya harapan hidup
3. Rendahnya tingkat “melek finansial” masyarakat

Dalam riset tersebut, dinyatakan bahwa pendidikan finansial itu penting tidak hanya bagi kepentingan individu saja. Pendidikan finansial tidak hanya mampu membuat Anda menggunakan uang dengan bijak, namun juga dapat memberi manfaat pada ekonomi.

Jadi, konsumen yang memiliki pendidikan finansial bagus akan mampu menggunakan uang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga ini akan mendorong para produsen untuk membuat produk atau jasa yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.

Bahkan, sebuah penelitian di Australia pernah mengungkapkan bahwa peningkatan pendidikan finansial pada 10% populasi akan berpotensi meningkatkan ekonomi Australia sebesar 6 miliar dollar Australia per tahun dengan cara membuka 16.000 lapangan kerja baru.

Itu semua bisa terjadi karena orang sudah semakin sadar akan pentingnya mengatur keuangan dan bagaimana memanfaatkannya untuk masa depan. Karena itulah, seharusnya anak-anak sekolah sudah dibekali dengan pendidikan finansial, agar nantinya mereka bisa punya kontrol atas uang yang mereka miliki.

Menurut Annamaria Lusardi, professor di Dartmouth College, seperti dikutip dari USnews.com, mengatakan bahwa orang-orang yang mengetahui dasar prinsip keuangan akan memiliki rencana pensiun yang lebih baik, memiliki kekayaan lebih besar, dan bisa menghindari hutang (untuk barang konsumtif) dengan lebih baik.

Di luar negeri sendiri, pendidikan finansial sudah diajarkan di sekolah-sekolah, namun hal tersebut ternyata belum cukup. Sama seperti kebanyakan pelajaran lain di sekolah, pendidikan finansial ini pada umumnya masih kurang efektif karena sistem mengajar di sekolah yang kurang aplikatif.

Menurut Robert Kiyosaki, pendidikan bisa dimulai dari kata-kata. Pada dasarnya ini sama dengan prinsip-prinsip yang sudah ada, yaitu “Anda adalah apa yang Anda pikirkan”. Sebab, kata-kata itu sendiri tentunya bertujuan untuk “memberi makan” pikiran kita dengan hal yang positif, ataupun negatif.

Memulai pendidikan finansial dengan kata-kata misalnya bisa dilakukan dengan menggunakan “bahasa orang kaya”, seperti istilah aset dan liabilitas. Namun, tentunya kata-kata saja belum cukup, karena itu hanyalah suatu bagian dari sebuah proses.

Selain dipelajari di sekolah, pendidikan finansial sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain seperti dengan mengikuti seminar, membaca buku / eBook finansial dan tentunya dengan mempraktikkan langsung apa yang telah kita ketahui.

Bagaimana dengan rakyat indonesia?

Sangat memprihatinkan,,dari hasil riset ternyata indonesia termasuk salah satu negara dimana rakyatnya tidak memiliki dana cadangan untuk kondisi darurat minimal 3 bulan ke depan...dan bila dibagi menjadi 3 bagian kelas sosial masyarakat, kelas sosial atas di Indonesia memiliki kesiapan menghadapi kondisi darurat dibandingkan kelas sosial menengah dan kelas bawah....karena kelas atas bangsa Indonesia memiliki simpanan berupa logam mulia ( emas )..

sementara kelas menengah biasanya menyimpan dalam bentuk tabungan, deposito atau perhiasan dan parahnya kelas bawah tidak memiliki simpanan sama sekali...Padahal sejatinya investasinya bisa dimulai dari mana saja,,tanpa memandang status sosial seseorang....bahkan dengan kondisi dinar emas yang hanya seberat 4,25 gram,,,,siapapun dapat memiliki dengan mudah dengan berbagai cara....jadi, milikilah dinar emas walaupun hanya sekeping sebagai sarana investasi anda..... 


“Pendidikan finansial punya kekuatan untuk mengubah dunia”
- Robert Kiyosaki-

Kamis, 02 Agustus 2012

Kita harus makmur...Insya Allah

by : muhaimin iqbal ( gerai dinar )

Kalau kita ajukan pertanyaan tersebut di atas kepada pemerintah negeri ini – khususnya via departemen sosial – maka jawabannya sudah muncul di harian Republika bulan ini dalam salah satu judul berita di halaman ke 2 “Indonesia Target Sejahtera 2025”. Pertanyaan berikutnya dari rakyat yang awam kayak kita-kita adalah ; “kok lama buanget ya ?” ; “Apakah rakyat sabar menunggu janji sejahtera pada tahun 2025 ?” ; “Apakah tidak mungkin dipercepat ?” ; “ mengapa tidak 2 tahun lagi sejahtera ?” dan segudang pertanyaan lain yang wajar untuk diajukan oleh rakyat yang sudah kelamaan menderita.

Saya mungkin bukan ahlinya dibidang mensejahterakan rakyat ini, tetapi sebagai orang awam yang pernah membaca sejarah Umar bin Abdul Aziz dan sangat menyukai sebaik-baik cerita di Al-Qur’an (karena Allah sendiri yang menyebutnya demikian di QS 12 :3), saya berpendapat kesejahteraan itu mestinya bisa dibangun dalam rentang waktu antara 2 tahun sampai 7 tahun.

Mengapa demikian ?, karena ada contoh untuk keduanya. Contoh pertama yang bisa mensejahterakan rakyat dalam 2.5 tahun adalah contoh yang sangat valid dari suatu masa kekhalifahan yang oleh para ahli sejarah Islam disebut Khalifaur Rasyidin ke 5,  Khalifah-nya adalah khalifah Umar II yaitu Umar bin Abdul Aziz.

Contoh kedua adalah contoh negeri yang selamat dari ‘krisis global’ pada zamannya, negeri yang makmur ketika negeri-negeri tetangganya paceklik  - melalui persiapan bercocok tanam secara sungguh-sungguh selama 7 tahun. Contoh kedua ini bisa kita baca dari sebaik-baik cerita tersebut di atas khususnya mulai QS 12 : 47.

Maka ini seperti ujian di kampus tetapi ujiannya boleh buka buku (open book). Soalnya sangat sulit dijawab, tetapi semua jawabannya ada di buku. Maka untuk mengerjakan pertanyaan yang sulit “bagaimana dan kapan rakyat akan sejahtera ?” tinggal kita ubek-ubek buku-buku tersebut.

Dari kisah Umar bin Abdul Aziz kita peroleh banyak jawaban untuk mensejahterakan rakyat hanya dalam tempo 2.5 tahun pemerintahannya. Antara lain dengan keadilan dan kesederhanaannya-lah dia bisa membawa rakyatnya pada tingkat kesejahteraan yang luar biasa. Indikasinya adalah dana zakat yang sampai harus diumumkan untuk bisa menemukan siapa yang masih membutuhkan dana zakat saat itu. Pemimpin yang bergaji hanya 60 Dirham per bulan (sekarang sekitar Rp 4.2 juta) – karena mementingkan rakyatnya – bukan dirinya sendiri.

Dari kisah nabi Yusuf ‘Alaihi Salam, pelajarannya adalah negeri akan bisa sejahtera dalam tujuh tahun bila rakyat bisa digerakkan untuk secara sungguh-sungguh bercocok tanam – melebihi apa yang dibutuhkannya untuk konsumsi saat itu.

Lantas kita tinggal mengkombinasikan dua contoh jawaban tersebut menjadi satu solusi atau jawaban atas pertanyaan “bagaimana dan kapan rakyat akan sejahtera ?”. Dengan kombinasi pemimpin yang adil dan sederhana dengan rakyat yang difasilitasi untuk bisa bekerja keras ‘bercocok tanam’ – maka itulah insyaallah jawabanya untuk sejahtera – tidak pakai lama.

Bagi Anda yang PD dan memenuhi syarat seperti Umar bin Abdul Aziz atau seperti nabi Yusuf ‘Alaihi Salam yang Qowiyyun Amin – silahkan kalau Anda mau memimpin negeri ini – insyaallah negeri ini akan bisa makmur dibawah kepemimpinan Anda. Tetapi bila tidak yakin memenuhi syarat – jangan coba-coba karena kepemimpinan itu amanah – dan amanah pasti dimintai pertanggung jawabannya.

Tetap menjadi orang kebanyakan seperti kita-kita-pun tidak kurang peluangnya untuk bisa ikut mensejahterakan rakyat, yaitu melalui kerja keras kita untuk secara sungguh-sungguh ‘bercocok tanam’ untuk memberikan hasil yang lebih dari sekedar mencukupi kebutuhan kita sendiri.

Maka saya merindukan untuk hadirnya seorang pemimpin yang dengan PD (Percaya Diri) bisa memberikan kabar baik ke rakyat “bahwa kita akan sejahtera dalam dua tahun ini, atau selambat-lambatnya 7 tahun kedepan !”. kemudian pemimpin tersebut juga mampu ‘membakar semangat rakyat’ untuk kerja keras bersama-sama memwujudkan target kesejahteraan tersebut !.

Bila kerinduan ini terjawab, insyaallah kita bisa sejahtera tahun 2014 (masih dalam pemerintahan sekarang) atau selambatnya 2019 (akhir masa pemerintahan berikutnya ). Amin.

Rabu, 01 Agustus 2012

Bangkrut yang sesungguhnya...



Dari Abu Hurairah RA berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dinar-dirham dan tidak punya harta.'

Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang muflis (bangkrut) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan salat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR Muslim, Turmudzi & Ahmad)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pentingnya beramal saleh berupa ibadah kepada Allah SWT seperti salat, puasa, zakat maupun amaliyah ubudiyah lainnya. Karena hal tersebut merupakan amaliyah yang mendapatkan prioritas untuk dihisab pada yaumul akhir.

Hadis di atas menggambarkan penyebutan salat, puasa dan zakat lebih awal, daripada bentuk amaliyah dengan sesama manusia. Dalam sebuah hadis diriwayatkan, "Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba adalah salatnya. Jika baik salatnya, maka sungguh ia beruntung dan sukses. Namun jika salatnya fasad, maka ia akan menyesal dan merugi." (HR Nasa'I, Ibnu Majah & Ahmad)

2. Gambaran dan pembelajaran Rasulullah SAW yang 'visioner' mengenai definisi muflis atau bangkrut terhadap para sahabatnya. Secara visi jangka pendek, kebangkrutan adalah orang yang tidak memiliki dinar, dirham maupun harta benda dalam kehidupannya. Dan hal inilah yang disampaikan para sahabat kepada Rasulullah SAW ketika beliau bertanya kepada mereka mengenai kebangkrutan.

Namun Rasulullah SAW memberikan pandangan yang jauh ke depan mengenai hakikat dari kebangkrutan, yaitu pandangan kebangkrutan yang hakiki di akhirat kelak. Hal ini sekaligus menunjukkan, bahwa seorang mukmin harus memiliki visi ukhrawi dalam melihat dan menjalankan kehidupan di dunia, seperti visi dalam bekerja, berumah tangga, berinvestasi, dsb, yang selalu mendatangkan manfaat bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat.

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al-Qashas (28): 77)

3. Hakikat Muflis (kebangkrutan) yang digambarkan oleh Rasulullah SAW, bahwa secara bahasa, muflis berasal dari kata iflas yang artinya bangkrut, ketidakmampuan membayar dan kegagalan. Dalam hadits ini, kebangkrutan itu bukan karena seseorang tidak memiliki sesuatupun di dunia ini, namun orang yang bangkrut adalah orang kelak pada hari kiamat datang menghadap Allah SWT dengan pahala salatnya, puasanya, zakatnya maupun pahala amal ibadahnya yang lain. Namun di sisi lain ia juga membawa dosa karena suka mencela orang lain, menuduh, memakan harta manusia, menumpahkan darah dan memukul orang lain.

Dan karena perbuatan dosanya kepada orang lain itulah, ia dimintai pertanggung jawaban dengan cara seluruh khazanah kebaikannya diambil untuk menutupi perbuatannya terhadap orang-orang yang pernah dizaliminya. Bahkan seluruh khazanah kebaikannya telah ludes habis, namun belum dapat memenuhi seluruh kedzalimannya yang dilakukan terhadap orang lain, maka Allah SWT mengambil dosa-dosa orang yang didzaliminya tersebut lalu dicampakkan pada dirinya. Sehingga jadilah ia orang yang muflis (bangkrut), karena kebaikannya tidak dapat menutupi keburukannya, sehingga ia dilemparkan ke dalam api neraka, na'udzubillah min dzalik.

4. Pentingnya berbuat ihsan terhadap sesama insan dalam bermualah sehari-hari, bahkan terhadap hewan sekalipun. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT menwajibkan untuk berbuat baik dalam segala hal. Maka apabila kamu membunuh, bunuhlah dengan baik. Dan jika kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Dan hendaklah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan hewan sembelihannya." (HR Muslim)

Jika terhadap hewan saja, kita diperintahkan untuk berbuat ihsan semaksimal mungkin, apalagi terhadap sesama manusia. Al Qur'an dan sunnah banyak sekali menggambarkan tentang pentingnya berbuat ihsan dalam muamalah sesama manusia. Di antaranya diharamkan menggunjing (baca: ghibah), bahkan disamakan dengan seseorang memakan bangkai saudaranya yang telah meninggal dunia, dsb. Tidak baiknya seseorang dalam bermuamalah terhadap sesama manusia akan mengakibatkan kehancuran dirinya dan menjerumuskannya ke dalam api neraka, kendatipun ia seorang ahli ibadah.

5. Pentingnya mengikhlaskan atau mengembalikan segala sesuatu kepada Allah SWT dalam apapun juga. Karena hal yang demikian ini, akan dapat menambah khazanah kebaikan kita di akhirat kelak. Contoh dari hal tersebut adalah 'sabar' menghadapi celaan dan cercaan maupun tingkah negatif orang lain. Jika kita bersabar dan mengembalikannya kepada Allah, insya Allah akan menambah khazanah amal kebaikan kita di akhirat.

6. Memungkinkannya ditambahkan atau dikuranginya pahala dan dosa seseorang di hari akhir kelak, dari hasil perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Hadis di atas dengan jelas menggambarkan hal tersebut: 'maka diberikanlah kebaikan-kebaikannya pada orang (yang didzaliminya tersebut).'

Oleh karena itulah, dalam kondisi apapun, kita tetap harus dapat melakukan perbuatan baik (baca; sunnah hasanah). Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang dalam Islam melakukan suatu sunnah (perbuatan) yang baik kemudian diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka ia mendapatkan kebaikannya dan kebaikan (pahala) dari orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang dalam Islam melakukan satu sunnah (perbuatan) yang buruk, kemudian diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR Muslim)

7. Indahnya metode Rasulullah SAW dalam men-taujih (baca: memberikan nasihat) para sahabatnya, yaitu dengan metode interaktif. Beliau memancing konsentrasi para sahabatnya dengan tanya jawab, lalu beliau memberikan penjelasan yang tuntas dari permasalahan yang dilemparkan ke para sahabatnya.

Selalulah anda meminta kepada-Nya, bahkan dianjurkan ‘Shalat Tahajut’ tengah malam dan berdoa sembari menengadahkan tangan anda untuk meminta dan berharap hak anda dikembalikan kepada anda. Yakinlah hanya Allah satu-satunya yang bisa mengembalikan harta anda dan satu-satunya pula yang berhak mencabut rezki anda.

Satu hal yang anda harus ingat, jangan salahkan semua orang ketika usaha anda sedang bangkrut. Evaluasi diri anda, evaluasi perjalanan usaha anda dan jangan mengambil keputusan yang negatif. Jadikan kebangkrutan anda menjadi satu point untuk ilmu anda dalam berbisnis. Sebab, ilmu bangkit dari kebangkrutan itu sangat mahal harganya dan tidak ada diajarkan di sekolah-sekolah dibidang ekonomi.

Apalagi kalau anda berhsil dan mampu kembali merebut kesuksesan anda.

Bangkitt….bangkit…. dan Teruslah Melangkah……….. Semoga Kembali Sukses…….

Wallahu a'lam bis shawab.

*) Rikza Maulan Lc M Ag adalah Sekretaris Dewan Pengawas Syariah – PT Asuransi Takaful Keluarga.