Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Owner Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat. Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Kamis, 28 Juni 2012

Kapitalisme : Yang kaya semakin kaya..yang miskin bertambah miskin


By : Muhaimin iqbal ( Gerai dinar )

Seandainya pemerintah kita punya program yang seolah populer setiap bulan memberi santunan misalnya Rp 100 ribu per keluarga miskin di seluruh Indonesia, percayakah Anda bahwa dalam waktu yang sangat cepat – kurang dari sepekan hampir semua uang yang ditebarkan ke rakyat miskin itu akan tersedot balik ke Jakarta ke kantong-kantong orang kaya di ibu kota ?. Lho kok bisa ?, itulah salah satu sisi kapitalisme ketika mayoritas produk dan jasa disupply oleh segelintir kelompok – penguasa ekonomi yang rata-rata berada di ibu kota atau pusat perekonomian negara.

Fenomena penyedotan uang keluarga miskin ini dapat digambarkan kurang lebih begini :

Setelah menerima santunan Rp 100,000 per keluarga; maka uang tersebut akan segera habis dibelanjakan untuk kebutuhan dasar mereka. Berikut adalah kurang lebih daftar belanjaan mereka :

·       Mie instant
·       Beras
·       Minyak goreng
·       Gula
·       Garam
·       Tahu Tempe
·       Ikan, Telor, Daging
·       Pulsa
·       Obat-obatan
·       Peralatan sekolah
·       Dlsb.dlsb.

Anda bisa bayangkan, mana di antara produk-produk tersebut yang kemungkinannya adalah produk masyarakat setempat ?. Tidak akan mudah Anda untuk memperoleh salah satunya adalah produk masyarakat setempat.

·       Mie instant mayoritasnya produk segelintir perusahaan di ibu kota, siapapun dan dimanapun membelinya – uang akan balik ke produsennya.
·       Kecuali bila Anda tinggal di daerah lumbung padi, beras-pun kemungkinannya didatangkan dari daerah lain dan bahkan sebagian di impor. Otomatis uangnya akan mengalir ke segelintir pedagang besar beras dan para importir.
·       Minyak goreng, sebagian besarnya produk industry besar. Uangnya tentu mengalir ke mereka.
·       Gula-pun sudah jarang yang mengkonsumsi gula merah produk industri kecil setempat, otomatis mayoritas pembelian gula juga uangnya lari ke para pengusaha dan pedagang besar gula.
·       Garam meskipun tersedia melimpah di daerah tertentu, mayoritas masyarakat perlu membelinya. Otomatis uangnya juga balik ke para pedagang dan pengusaha garam.
·       Tahu- tempe; dahulu biasa diproduksi dari kedelai local yang diproduksi masyarakat setempat. Kini mayoritasnya menggunakan kedelai impor – jadi lagi-lagi uang tahu-tempe juga mengalir ke para importir dan pedagang besar.
·       Ikan, telor dan daging ; semuanya mudah diproduksi oleh rakyat mestinya. Tetapi lagi-lagi mayoritas sumber protein hewani ini ternyata berujung di segelintir perusahaan besar dan bahkan sebagiannya juga harus diimpor. Jadi kemungkinan besarnya uang ikan, telur dan daging inipun larinya ke segelintir pengusaha dan pedagang besar dibidangnya.
·       Pulsa, ini dia kebutuhan sekunder atau bahkan tersier yang kini bergerak menjadi kebutuhan primer. Sangat bisa jadi (sebagian) uang santunan-pun berujung untuk pembelian pulsa telpon – yang tentu saja hanya bisa disediakan oleh perusahaan-perusahaan raksasa yang ada di ibu kota.
·       Obat-obatan, sangat sedikit yang menggunakan sumber daya masyaraat setempat – kemungkinan lebih besarnya juga harus diproduksi oleh perusahaan besar farmasi dan didistribusikan juga oleh pedagang besar farmasi. Ujung-ujungnya uang obat juga berakhir di ibu kota.
·       Peralatan sekolah, buku- pensil – seragam – semuanya produks siapa ?, siapa yang memproduksi kertas, kain dlsb ?. lagi-lagi mayoritasnya akan balik ke segelintir perusahaan/pedagang raksasa yang berujung di ibukota.

Well, aliran ini tentu tidak searah. Aliran baliknya juga ada, diluar santunan ‘imaginer’ tersebut di atas. Uang dari pusat baik yang dari swasta maupun pemerintah , mengalir dalam bentuk upah tenaga kerja, gaji pegawai dlsb. yang kemudian terkirim jauh sampai ke seluruh pelosok negeri.

Hanya saja aliran upah atau gaji ini pada umumnya kalah deras dibandingkan dengan aliran kebutuhan konsumsi masyarakat. Walhasil gap antara yang kaya –dengan yang miskin menjadi semakin jauh dan semakin jauh.

Ketika industri-industri besar yang berperan secara dominan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka dampaknya tentu produksi masyarakat setempat  - yang mewakili masyarakat yang lebih luas - menjadi turun. Ketika produksi masyarakat secara umum turun, maka masyarakat akan cenderung bergeser menjadi masyarakat konsumen dan masyarakat buruh.

Maka untuk mengangkat kemakmuran masyarakat secara massal dan berkelanjutan, program utamanya tentu bukan memberi mereka santunan tunai – karena ini ujung-ujungnya hanya menguntungkan para produsen yang rata-rata konglomerat tersebut di atas.

Juga bukan hanya menciptakan lapangan kerja melalui projek-project industri besar, karena kalau hanya ini yang dilakukan – yang terbentuk adalah masyarakt buruh yang semakin jauh gap-nya dengan para pengusahanya.

Yang justru sangat penting dilakukan adalah membuka dan mendorong kesempatan berusaha seluas-luasnya. Inilah yang akan melahirkan pengusaha sekaligus lapangan kerja, ini pula yang akan melahirkan produk-produk berupa barang dan jasa dari masyarakat untuk masyarakat.

Langkah-langkah ini ada yang bisa dilakukan oleh masyarakat itu sendiri seperti pelatihan dan pembinaan untuk membangun entrepreneurship skills, penyiapan sebagian aspek permodalan dan juga penyiapan sebagian aspek pengelolaan sumber daya. Tetapi ada peran yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, yaitu aspek perijinan, pajak, perbaikan infrastruktur dlsb.

Intinya yang kaya maupun yang miskin boleh dan akan tetap ada sampai kapan-pun dan dimanapun, tetapi menjadi tugas para pemimpin untuk menjamin peluang yang miskin untuk terus bisa meningkatkan kemakmurannya – bukan sebaliknya membuat yang miskin tambah miskin dan yang kaya bertambah kaya. Lebih penting membuat rakyat menguasai produksi dan pasar secara berkelanjutan,  ketimbang menciptakaan pemenuhan kebutuhan sesaat yang malah secara tidak langsung juga menciptakan ketergantungan pada pemerintah pusat. Wa Allahu A’lam.

Senin, 25 Juni 2012

Uang kertas adalah sihir dajjal



Dajjal mengelabui manusia dengan menampakkan air sebagai api dan api sebagai air. Ia juga menampakkan uang kertas takbernilai sebagai harta bernilai.

Salah satu pertanda dekatnya hari kiamat adalah merajalelanya Dajjal serta Ya'jud dan Ma'jud di muka bumi ini. Terlepas dari berbagai macam tafsiran akan bangsa Ya'jud dan Ma'jud serta Dajjal ini, Rosulullah Muhammad sallalahu alayhi wa sallam telah memberikan kabar bahwa salah satu ciri dari Dajjal ini adalah bahwa mereka membawa/menawarkan surga dan neraka, membawa sungai api dan sungai air. Tapi, sebenarnya surga yang ditawarkan adalah neraka sedangkan yang neraka adalah surga. Demikian juga halnya sungai api adalah sungai air sedangkan sungai air adalah api.

Demikian diungkapkan oleh Maulana Muhammad Ali dalam terbitan Darul Kutubil Islamiyah Jakarta setelah diterjemahkan oleh H.M. Bachrun dalam buku yang berjudul Dajjal, Ya'jud dan Ma'jud. Dalam kitab Shahih Muslim No.5227 disebutkan, Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah sallalahu alayhi wa sallam. bersabda: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang Dajjal, suatu keterangan yang belum pernah diceritakan seorang nabi kepada kaumnya? Sesungguhnya ia buta sebelah mata, ia datang dengan membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Maka apa yang dikatakannya surga adalah neraka dan aku telah memperingatkan kalian terhadapnya sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkan kaumnya.'

Siapa Dajjal?
Maulana Muhammad Ali juga menuliskan bahwa mengalahkan Dajjal adalah dengan dalil. Itulah salah satu cara membentengi diri. Masih menurut Maulana Muhammad Ali, bahwa Dajjal bukanlah satu mahluk melainkan segolongan bangsa. Kamus Lisanul Arab menyebutkan beberapa pendapat mengenai hal ini, mengapa disebut namanya sebagai Dajjal. Kata Dajjal sendiri bersal dari kata dajala yang artinya menutupi (sesuatu).

Beberapa pendapat yang dikemukakan dalam kamus tersebut antara lain bahwa ia disebut Dajjal karena ia pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lain menyatakan karena ia menutupi bumi dengan bilangan atau jumlahnya yang sangat besar. Pendapat lain mengemukakan bahwa karena ia menutupi manusia dengan kekafiran maka ia disebut Dajjal. Adapula yang mengatakan karena mereka tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.

Pendapat terakhir menyatakan bahwa dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang produksinya, barang buatannya keseluruh dunia. Artinya ia menutupi dunia dengan barang dagangannya dan ia mentupi maksud hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata palsu dan tipu muslihat.

Uang Kertas Sihir Dajjal
Membaca ulasan Bapak Marsono, Al Wakil Wakala At Tawazun dalam artikelnya, Uang di Dunia Matrix, bahwa selama ratusan tahun kita terbelenggu dengan kesejahteraan semu dengan penggunaan uang kertas tanpa kita menyadari bahwa dengan sistem moneter tersebut, secara pasti kesejahteraan kita terampok oleh inflasi dan tatanan kehidupan kita rusak karena riba yang merajalela. Menurut A Riawan Amin dalam Satanic Finance: True Conspiracies, uang kertas terutama dalam wujud dollar adalah komoditi ekspor yang sangat laku. Padahal ini uang yang tak bernilai sama sekali.

A Riawan Amin juga mengungkapkan bahwa sistem moneter dunia saat ini didasarkan atas tiga pilar setan yang salah satunya adalah konsep system fiat money. Apa bila diistilahkan maka fiat money alias uang kertas tidak lain adalah uang semu yang sama sekali tidak memiliki daya beli. Uang yang sayang sekali adalah pegangan hampir seluruh manusia dibumi dimasa ini.

Inilah salah satu bentuk muslihat yang dibawa oleh Dajjal. Mereka membawa sungai air, yang dalam hal ini adalah uang kertas yang tiada memiliki nilai, tidak memiliki harga yang materiil. Dengan uang ini manusia dibuai dengan kekayaan, dengan uang semu ini pula ummat Islam dicederai dalam pelaksanaan agamanya. Ummat Islam dibuai bahwa kepraktisan uang kertas akan memudahlan dalam menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta'ala. Menghitung segala bentuk infaq, menentukan zakat, shodaqoh dan lain sebagainya dengan uang kertas. Maka Ummat Islampun kehilangan ruh dari pelaksanaan syariat. Ummat islam menjadi terbiasa dengan hitungan hitungan semu dan diperdaya oleh akad-akad penuh tipu muslihat dan kecurangan dalam setiap muamalahnya. Dan hasilnya adalah kekalahan secara ekonomi pada masa kontemporer ini.

Rasululloh Muhammad sallalahu alayhi wa sallam telah berpesan untuk melawan dajjal dengan dalil, maka untuk melawan sungai air yang ditawarkan oleh golongan dajjal dalam sistem ekonomi ini, sudah tentu harus kembali pada nuqud nabawiah, mata uang surgawi dalam istilah A Riawan Amin. Mata uang yang dicontohkan Nabi Muhammad sallalahu alayhi wa sallam dalam kehidupan sehari-hari beliau, mata uang nabawiyah. Penerapan kembali uang emas dan perak seperti pada masa Rosululloh Muhammad sallalahu alayhi wa sallam dalam perekenomian internasional adalah suatu keharusan. Mengembalikan kembali tatanan perekonomian yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Kesimpulan
Mempraktekkan kembali penggunaan nuqud nabawiyah, dinar dan dirham dengan standar yang benar dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam kewajiban berzakat, ketentuan tentang diyat dan hudud, serta sunnah Nabi, sallalahu alayhi wa sallam, seperti pembayaran mahar, sedekah, maupun ketentuan dalam muamalat seperti shirkat, qirad, dan lain sebagainya adalah suatu keharusan. Pelaksanaannya dengan sebaik-baiknya akan menjadikan perekonomian Ummat Islam kembali kuat dan sekaligus membentengi diri dari pengaruh Dajjal. Tidak akan ada lagi istilah krisis moneter yang tak lain akibat dari sistem uang kertas, yang sepenuhnya berbasis pada riba. Dinar dan Dirham adalah jawabannya, solusi perbaikan ekonomi Ummat.

sumber : wakalanusantara

Belajar dari negara Iran


Ini adalah sebuah  Negara di Timur  Tengah yang begitu kekehnya mempertahankan kedaulatan negerinya untuk terus membangun program nuklirnya yang oleh Barat dikatakan sedang mengembangkan senjata Nuklir, padahal menurut Para petinggi Iran sendiri mereka membangun fasilitas nuklir untuk tujuan kemanusian seperti membangun pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

Hal yang nyata  adalah Negara mereka sendiri punya senjata Nuklir yang jumlahnya ratusan bahkan mungkin ribuan, sekutu mereka   juga memiliki senjata Nuklir sebut saja para Anggota Nato, Israil bahkan Pakistan. Kenapa Negara2 tersebut tidak dipermasalahkan ?.

Negara ini salah satu negara yang yang mempunyai mata uang yang lebih rendah dari mata uang tercinta milik kita yaitu Rupiah.  Dalam daftar mata uang pada sebuah situs yang saya search dari mbah Google ada Daftar Kurs sekitar 55 Negara, maka nilai terendahnya di tempati Rial punya Iran, kemudian terendah kedua adalah Rupiah milik Indonesia, saya nggak tau kenapa mata uang Vietnam tidak tercantum, barangkali belum begitu banyak diperdagangkan di Pasar uang. Padahal seingat saya Mata uang Vietnam dan Zimbabwe  juga rendah.   Saat ini untuk  US$1 = IRR12.271 dan US$ 1 = IDR 9.322, kita masih bisa tersenyum kan ?. kenyataannya kita lebih tinggi. Eits…… nanti dulu. Kenapa IRR (Iran Rial) bisa serendah itu padahal Negeri yang kaya minya di Timur Tengah tersebut bukankah tergolong mampu dan biasanya Negara-Negara Jazirah Arab memiliki mata uang yang kuat.

Sekitar 10 tahun atau pada May 2002 yang lalu saat kurs US$ terhadap Rupiah sekitar 9000-an, maka kurs US$ terhadap IRR dikisaran 1700, dan namun begitu penentangan Barat terhadap Negara tersebut pada program nuklirnya  kurs IRR merosot tajam. Bahkan puncak tertingginya pada Maret lalu menjadi IRR19.000 untuk US$1. Hal ini akibat kengototan Amerika untuk mengembargo ekonomi bagi Negaranya Presiden Ahmadinejad itu.  Lalu apa langkah Iran untuk mengamankan Kursnya dari ambang kehancuran?. Sikapnya sedikit melunak dengan kembali membicarakan masalah nuklirnya yang berakibat kurnya menurun menjadi 16.000 dan kemudian dikisaran 12.000.

Disamping langkah melunaknya tersebut, ternyata Iran meningkatkan impor emasnya, terutama dari Dubai dan Turki, Seperti apa yang disampikan oleh Turki Statistik Institute bahwa ekpor emas Turki meningkat menjadi 9ton pada Bulan Maret 2012, dari hanya 289Kg pada tahun sebelumnya.  Dan hal ini selaras dengan publikasi dari kantor berita Iran IRNA bahwa Iran akan menambah cadangan emas pertahunnya 300ton, namun karena kurangnya data di Iran hal ini akan sulit diukur.

"Tidak akan salah untuk mengatakan Iran memilih Turki untuk impor emas karena embargo," kata Gokhan Aksu, wakil ketua Kilang Emas Istanbul, salah satu perusahaan emas terbesar di  Turki. "Iran lebih memilih perhiasan dan batu mulia untuk melindungi nilai uang mereka dan melarikan diri dari ketidakstabilan," katanya kepada Reuters.

Kita bisa belajar dari Fenomena Negara lain ini dari keterpurukan, agar mata uangnya  kuat dan negaranya stabil ekonominya maka perlu menambah cadangan emas, karena emas akan menjadi buffer yang mempertahankan nilai  kekayaan saat mata uangnya  terpuruk.  Apakah ini bisa diterapkan dalam setiap Individu  di Negeri ini ?. Jawabannya pasti bisa. Rubah mindset menabung  konvensional kita menjadi tabungan yang bisa menjaga dari keterpurukan mata uang. Dan saat ini mudah sekali dalam mewujudkan jerih payah kita menjadi sesuatu yang nilainya terus abadi sepanjang masa. “Emas”

So...starts from gold....invest u’r asset to gold...>>>> Have A Gold Day!!!!

Rabu, 20 Juni 2012

Etos kerja ..antara bebek dan kambing...


By: muhaimin iqbal-gerai dinar

Suatu pagi seekor bebek berjalan berdampingan dengan seekor kambing di pasar desa. Melihat ada tumpukan telur bebek yang dijual oleh seorang pedagang, sang bebek berkata ringan ‘wek wek wek, wek wek wek…’ yang artinya kurang lebih ‘itulah karyaku, itulah karyaku…’. Sambil terus berjalan keduanya kemudian melihat ada pedagang lain yang sedang menggantung karkas kambing yang baru dipotongnya. Dengan suaranya yang berat dan bergetar, sang kambing berkata ‘mbek, mbeek, mbeeek…’, yang artinya kurang lebih ‘itulah pengorbananku, pengorbanan keluargaku, pengorbanan bangsaku…’.

Bagi seekor bebek menghasilkan telur adalah pekerjaannya sehari-hari, dia melakukan rutinitas bertelur ini dengan ringan – tanpa beban dan tanpa perlu komitmen yang besar. Situasinya sangat berbeda bagi kambing, menghasilkan daging adalah suatu perwujudan pengorbanan dan  komitmen yang luar biasa. Kambing hanya bisa menghasilkan daging dengan mengorbankan dirinya !.

Dalam bekerja ataupun berusaha, kita juga mengalami suatu kondisi yang seperti telur bebek dan daging kambing tersebut. Ada yang melaksanakan pekerjaannya hanya sekedar rutinitas harian, pagi pergi ke kantor melaksanakan apa yang harus dilaksanakannya sesuai job description yang dia miliki – kemudian sore hari pulang. Begitu seterusnya hari demi hari dilalui sebagai rutinitas, ringan, tanpa beban dan tanpa komitmen pengorbanan yang besar.

Tetapi ada pula orang-orang yang bekerja atau berusaha di segala bidang dengan total commitment, dia memperjuangkan nilai atau sesuatu yang lebih dari sekedar bekerja untuk mendapatkan penghasilan, bahkan dia rela untuk mengorbankan dirinya untuk ini.

Di segala bidang pekerjaan, selalu ada orang yang masuk kategori pertama maupun kategori kedua. Bahkan di kelompok pengusaha atau yang ingin disebut dirinya pengusaha-pun ada yang seperti bebek tersebut, sekedar melaksanakan rutinitas – tanpa komitmen apalagi pengorbanan.

Saya mengenal ada seorang dokter kandungan yang luar biasa, dia bekerja siang malam tidak mengenal lelah. Dia selalu siap dipanggil jam berapapun – bila pasiennya membutuhkannya, dan bahkan rela meninggalkan liburan bersama keluarganya untuk menolong pasiennya yang akan melahirkan. Baginya bekerja lebih dari sekedar mencari nafkah, dia tidak mengenal lelah untuk bekerja karena setiap saat berangkat menolong kelahiran jam berapapun (24/7/365) – dia niatkan saat itu dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk bisa membantu menyelamatkan dua nyawa sekaligus, nyawa si bayi dan nyawa si ibunya sendiri.

Kita juga mengenal sangat banyak melalui media, bahwa di tengah tanggung jawab besar untuk menyelamatkan rakyat dari kemiskinan dan keterpurukan, wakil-wakil terhormat kita malah malas bersidang. Kalau toh mereka hadir sidang, mereka asyik bercengkerama satu sama lain, browsing internet, chatting, baca koran, tidur dan bahkan ada yang tertangkap basah sedang nonton video porno. Mereka punya tanggung jawab besar, tetapi disikapinya tanpa komitmen apalagi pengorbanan – bagi mereka pekerjaan itu adalah rutinitas semata, berangkat kantor, menunggu (membuang ) waktu, menikmati fasilitas dan tanpa beban. Tentu tidak semuanya demikian, tetapi citra demikian mudah kita peroleh dari berbagai media dan berita.

Yang bisa kita ambil pelajaran adalah bahwa baik yang bekerja sekedar melaksanakan rutinitas maupun yang bekerja dengan full commitment dan pengorbanan, waktu yang tersedia itu sesungguhnya sama. Hanya saja yang bekerja melaksanakan rutinitas semata akan merasa waktu itu panjang, maka dia berusaha membuang waktu dengan membaca koran, chatting dan sejenisnya.

Sebaliknya yang bekerja dengan full commitment seperti dokter kandungan yang saya ceritakan di atas, waktu terasa tidak pernah cukup baginya. Dia hanya sempat membaca pesan-pesan penting dari hp-nya, jangankan chatting atau browsing yang nggak perlu – baca koran-pun dia jarang sempat.

Hanya diri kita sendiri yang tahu, termasuk pekerja yang mana kita ini. Kita semua mempunyai waktu yang sama, tergantung kita untuk memanfaatkannya. Apakah akan kita buat rutin dan longgar sehingga waktu terasa lama dan membosankan. Atau kita isi dengan penuh komitmen dan pengorbanan sehingga waktu terasa padat dan bahkan terasa tidak pernah cukup.

Lebih dari itu semua, Di mata Allah niat yang akan membedakannya sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut : “Pada suatu hari, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiha mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan beberapa sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)””.

Mudah-mudahan ini bisa menyemangati kita dalam bekerja, sekaligus meluruskan niat – agar pekerjaan ini bisa masuk kedalam kategori Fi Sabilillah. Insyaallah.

Fahami bagaimana bank itu bekerja



By. Rizki Wicaksono- Wakalasauqi


Sejarah GWM

Jaman dulu orang menitipkan emasnya ke goldsmith dan menerima kuitansi sebagai bukti deposit emas. Bila suatu saat dibutuhkan, orang bisa membawa kuitansi tersebut untuk mengambil emasnya kembali.

Goldsmith juga mengamati bahwa dari semua emas yang dibrankas, ternyata hanya sebagian kecil saja yang diambil. Artinya walaupun di brankas hanya ada sejumlah kecil emas saja, orang tidak akan curiga sepanjang setiap permintaan penukaran kuitansi dengan emas fisik selalu dipenuhi.

Persentase emas yang diambil inilah yang kemudian menjadi reserve requirement atau dalam bahasa kita disebut GWM/Giro Wajib Minimum. Sejak Nov 2010, GWM ditetapkan BI sebesar 8%. Silakan googling:GWM BI

GWM = Minimal jumlah emas yang harus ada di brankas agar setiap permintan pengambilan emas selalu bisa dipenuhi goldsmith

Kuitansi Deposit = Uang

Tidak lama kemudian, orang mulai memakai kuitansi deposit emas ini sebagai alat tukar menggantikan jual beli dengan koin emas karena lebih praktis. Pembeli membayar dengan kuitansi deposit emas dan penjual bisa menukarkan kuitansi deposit itu ke goldsmith untuk mendapatkan emas fisiknya.

Jadi kuitansi deposit emas berperan sebagai uang yang diterima masyarakat karena kepercayaan masyarakat pada goldsmith. Orang mau memakai kuitansi deposit sebagai uang karena mereka percaya untuk setiap kuitansi deposit yang beredar dibackup dengan emas fisik sejumlah yang tertulis pada kuitansi deposit.

Walaupun masyarakat tidak pernah melihat isi brankas goldsmith, masyarakat tetap percaya karena tidak pernah sekalipun mereka gagal mencairkan kuitansi depositnya dengan emas fisik.

Goldsmith menjaga kepercayaan pemegang kuitansi depositnya dengan menjaga agar jumlah emas dalam brankasnya tidak di bawah level minimum tertentu (GWM/reserve requirement).

Mencetak Uang dengan Kuitansi Deposit Bodong

Karena emas yang ada di brankas goldsmith tidak perlu tersedia penuh 100% sejumlah kuitansi deposit yang diterbitkan, maka goldsmith leluasa membuat kuitansi deposit bodong yang tidak ada wujud fisik emasnya berkali-kali lipat lebih banyak dari jumlah emas dalam brankasnya.

Karena kuitansi deposit dianggap uang, maka kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang walau sebenarnya tidak ada emasnya. Kepercayaan ini tetap terjaga karena kuitansi deposit baik yang bodong maupun yang tidak bodong tidak pernah gagal dicairkan.

Setiap kuitansi deposit bodong yang tercipta, membuat money supply berkembang (ekspansi) karena kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang oleh masyarakat

Berapa Banyak Kuitansi Deposit Bodong bisa Dibuat Goldsmith?

Goldsmith harus tetap berhati-hati agar tidak terlalu banyak membuat kuitansi deposit bodong untuk menjaga kepercayaan pemegang kuitansi depositnya. Jumlah kuitansi deposit bodong yang diterbitkan goldsmith harus dijaga pada level tertentu agar setiap permintaan penarikan emas selalu bisa dipenuhi.

Level minimum ini yang kita sebut dengan GWM atau reserve requirement.
  • Bila level minimum itu adalah 10%, artinya untuk setiap 1g emas di brankas, goldsmith hanya boleh membuat kuitansi deposit maksimal senilai 10g emas atau 10x dari emas di brankas.
  • Bila level minimum itu adalah 5%, artinya untuk setiap 1g emas di brankas, goldsmith hanya boleh membuat kuitansi deposit maksimal senilai 20g emas atau 20x dari emas di brankas.
Dengan menjaga level minimum ini, masyarakat tidak pernah gagal mencairkan kuitansi deposit, sehingga tetap mempercayai kuitansi deposit goldsmith sebagai uang.

Kredit

Walaupun kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang, goldsmith menerbitkan kuitansi deposit bodong bukan untuk dibelanjakan sendiri sesuka hati. Goldsmith hanya menerbitkan kuitansi deposit bodong untuk dipinjamkan ke orang lain dengan bunga.

Jika ada yang datang meminjam sebesar 10g emas, maka goldsmith akan membuat kuitansi deposit bodong baru senilai 10g emas (bila cadangan emas di brankasnya masih terjaga di atas level minimum). Kuitansi deposit bodong yang baru ini juga dipercaya sebagai uang oleh masyarakat walaupun tidak ada emasnya.

Setiap goldsmith memberikan kredit, goldsmith menerbitkan kuitansi deposit bodong baru yang juga dipercaya sebagai uang. Artinya setiap kredit tercipta, uang baru tercipta sejumlah kredit yang diberikan goldsmith.

Fractional Reserve Banking System

Praktek yang dipakai goldsmith di atas adalah cikal bakal sistem fractional reserve banking (FRB) yang dipakai di semua bank di seluruh dunia baik konvensional maupun syariah.

Tidak ada bank syariah yang tidak memakai sistem FRB

Mari kita lihat proses penciptaan uang oleh bank komersial dalam sistem FRB dengan asumsi level GWM 10%.

1. Pada suatu hari Joni menabung uang Rp 100 juta di bank ABC dalam bentuk 1000 lembar uang 100rban.

Dari 100 juta ini, 10 juta harus dicadangkan dalam brankas (10%), dan 90 juta sisanya boleh dipinjamkan ke orang lain.

Neraca bank setelah deposit Joni adalah: (deposit/tabungan adalah liabilities bagi bank)

Aset
Cash: 100 juta
Total: 100 juta

Liabilities
Rekening Joni:100 juta
Total: 100 juta

Berapa money supply sekarang?

Saldo Rek. Joni di bank ABC: 100 juta. Total money supply = 100 juta. Uang fisik 100 juta. Rasio uang fisik
terhadap total saldo adalah 100juta/100juta = 100% (masih jauh > 10% GWM)

2. Dul datang meminjam uang Rp 90 juta dari bank ABC.

Konon kabarnya bank menyalurkan uang nasabah kepada orang yang meminjam uang (fungsi intermediasi bank). Konon katanya uang deposan disalurkan dalam bentuk pinjaman. Kalau benar begitu, berapakah uang Joni sekarang setelah Dul meminjam 90 juta?

Kalau benar uang deposan disalurkan dalam bentuk pinjaman mestinya uang Joni tinggal 10 juta, karena dipinjam Dul 90 juta.

Ternyata, uang Joni tetap utuh 100 juta dan ajaibnya Dul juga menerima 90 juta dari bank sebagai pinjaman. Lho kok bisa, berarti ada uang baru 90 juta dong?

Dari mana 90 juta ini berasal?

90 juta ini adalah uang baru ciptaan bank, hanya dengan membuat entry baru pada akuntansi bank. Inilah yang disebut dengan uang bodong, uang yang tercipta hanya dengan byte komputer di sistem akuntansi bank.

Apa yang dimaksud dengan membuat uang dalam akuntansi bank? Mari kita lihat dari kacamata akuntansi, bagaimana posisi neraca bank ABC setelah Dul meminjam 90juta:

Aset
Cash:100 juta
Piutang Dul:90 juta
Total: 190 juta

Liabilitas
Rekening Joni: 100 juta
Rekening Dul: 90 juta
Total: 190 juta

Berapa money supply sekarang?

Saldo Rek. Joni di bank ABC: 100 juta
Saldo Rek. Dul: di bank ABC 90 juta

Total money supply = 190 juta (bertambah 90 juta dari semula 100 juta) dengan uang fisik di brankas tetap 100 juta. Rasio uang fisik terhadap total money supply adalah 100/190 = 52,6% masih jauh di atas batas GWM 10%, artinya masih terbuka lebar penciptaan uang lebih banyak lagi.

Walaupun total saldo 190 juta, uang fisik hanya ada 100 juta. Selama keduanya tidak mengambil tunai semua uangnya bersamaan (bank run/rush), bank ABC akan baik-baik saja.

Agar terbayangkan betapa gilanya sistem ini. Bayangkan bila semula Adi punya 100 donat, kemudian diberikan ke Budi 90 donat, jumlah donat Adi+donat Budi malah menjadi 190 donat. Matematika bank: 100-90=190

Apakah 190 juta ini benar-benar bisa dibelanjakan?

Walaupun 90 jutanya adalah uang “bodong” (uang byte/elektronik), dan hanya 100 juta yang berupa uang fisik. Dul bisa membelanjakan 90 juta di rekeningnya untuk berbelanja di supermarket dengan menggesek debit cardnya, Dul bisa mentransfer ke bank lain, dan Dul juga bisa mengambil tunai di ATM.

Sangat sedikit transaksi yang melibatkan uang fisik, sebagian besar transaksi memakai uang elektronik

Jadi walaupun sebenarnya 90 juta ini adalah uang “bodong” (tidak ada wujud fisiknya), tapi karena semua orang percaya itu adalah uang, akhirnya adalah 90 juta ini juga dianggap sebagai uang dan bisa dibelanjakan.

Perhatikan bahwa ketika Dul pinjam 90 juta, suplai uang bertambah 90 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah

3. Dul mentransfer uang Rp 90 juta ke bank Syariah XYZ

Dul mentransfer uang hasil pinjamannya dari bank ABC ke bank Syariah XYZ. Artinya Dul menarik uang fisik 90 juta dari bank ABC kemudian disetorkan ke bank syariah XYZ.

Posisi Neraca bank ABC kini menjadi:

Aset
Cash: 10 juta
Piutang Dul: 90 juta
Total: 100 juta

Liabilities
Rekening Joni: 100 juta
Total: 100 juta

Rasio uang fisik terhadap total saldo di bank ABC adalah 10juta/100juta = 10%. Ini adalah rasio minimum, artinya bank ABC tidak boleh lagi meminjamkan uang kepada orang lain. Walaupun saldo Joni 100 juta di sini, sebenarnya bank ABC hanya punya uang fisik 10 juta saja. Selama Joni tidak mengambil semua uangnya, bank ABC akan baik-baik saja.

Sedangkan neraca bank Syariah XYZ kini menjadi:

Aset
Cash: 90 juta
Total: 90 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Total: 90 juta

Rasio uang fisik terhadap total saldo di bank Syariah XYZ dalah 90 juta/90 juta = 100% masih jauh > GWM 10%.

Berapa suplai uang sekarang (di semua bank)? Karena hanya transfer, tidak ada perubahan money supply.

Saldo Joni di bank ABC: 100 juta
Saldo Dul di bank Syariah XYZ:  90 juta

Total money supply: 190 juta. Uang fisik 100 juta (10 jt di bank ABC + 90jt di bank Syariah XYZ).

4. Toni meminjam 81 juta dari bank Syariah XYZ

Dari cash 90 juta dari rekening Dul, bank Syariah XYZ boleh meminjamkan 81 jutanya ke orang lain dan 9 juta disimpan sebagai cadangan (ingat aturan 10% GWM).

Neraca bank Syariah XYZ setelah Toni meminjam 81 juta menjadi:

Aset
Cash: 90 juta
Piutang Toni: 81 juta
Total: 171 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Rekening Toni: 81 juta
Total: 171 juta

Total money supply sekarang (di semua bank):
Saldo Joni di bank ABC: 100 juta

Saldo Dul di bank Syariah XYZ: 90 juta
Saldo Toni di bank Syariah XYZ: 81 juta

Total money supply: 271 juta (bertambah 81 juta dari sebelumnya 190 juta). Uang fisik tetap 100 juta. Rasio keseluruhan (semua bank) 100/271 = 36,9% (masih di atas batas minimal 10%).

Sekali lagi perhatikan ketika Toni meminjam 81 juta, suplai uang bertambah 81 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah.

5. Ani meminjam 72,9 juta dari bank Syariah XYZ

81 juta yang ada di rekening Toni juga boleh dipinjamkan 90%nya kepada orang lain, yaitu 72,9 juta dan 10% sisanya 8,1 juta disimpan sebagai cadangan.

Neraca bank Syariah XYZ setelah Ani meminjam 72,9juta adalah:

Aset
Cash: 90 juta
Piutang Toni: 81 juta
Piutang Ani: 72,9 juta
Total: 243,9 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Rekening Toni: 81 juta
Rekening Ani: 72,9 juta
Total: 243,9 juta

Total money supply sekarang adalah:
Saldo Joni di bank ABC: 100jt

Saldo Dul di bank Syariah XYZ: 90 juta
Saldo Toni di bank Syariah XYZ: 81 juta
Saldo Ani di bank Syariah XYZ: 72,9 juta

Total money supply: 343,9 juta (bertambah 72,9 juta dari sebelumnya 271 juta). Uang fisik tetap 100 juta. Rasio keseluruhan: 100/343,9 = 29% (masih > dari rasio 10%).

Lagi-lagi perhatikan, ketika Ani meminjam 72,9 juta, suplai uang juga bertambah 72,9 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah.

6. Dan seterusnya hingga total money supply mencapai 1M (10xlipat)

Kesimpulan
  • Tidak semua uang berwujud fisik, sebagian besar money supply (M2/M3) wujudnya hanya byte
  • Setiap orang menggesek kartu kredit atau mengambil kredit ke bank sebesar XX rupiah, maka detik itu juga suplai uang bertambah XX rupiah (tercipta uang baru sebesar kredit yang diambil).
  • Perhatikan bahwa uang yang tercipta hanya sebesar pokok hutangnya saja, namun bank meminta dikembalikan pokok plus bunga. Secara matematis tidak mungkin bunga ini bisa dibayarkan karena uang yang tercipta hanya sejumlah pokoknya saja. It is by design, untuk memastikan pasti akan ada yang gagal bayar utang agar bank bisa menyita kolateral/jaminan utang (properti, perusahaan atau aset lainnya).
  • Bank tidak bisa membuat uang sendirian (harus ada yang meminjam uang). Bank hanya bisa membuat uang bila bersekongkol dengan peminjam.
  • Proses ini disebut sebagai multiple expansion process karena penciptaan uang dari 100 juta sampai 1 M tidak terjadi dalam satu kali pemberian kredit, tapi berulang-ulang.
  • Bila kredit dilunasi, maka uang bodong yang tercipta ketika kredit diberikan akan hilang tak berbekas.
  • Jadi uang bodong ini ada umurnya, ada yang eksis selama 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, ada juga yang 15 tahun (contohnya KPR).
  • Seiring dengan pembayaran cicilan kredit, money supply pelan-pelan menyusut. Bila tidak diimbangi dengan penciptaan kredit baru, maka money supply akan menyusut terus dan akibatnya adalah bencana deflasi, ekonomi mandeg karena uang beredar sangat sedikit (tidak cukup).
  • Adanya bunga membuat laju penyusutan uang lebih cepat dari penciptaan uang. Contoh, ambil kredit 100 juta (uang tercipta 100 juta), harus dikembalikan 150 juta (uang menyusut 150 juta, lebih besar dari yang tercipta).
  • Itu sebabnya semua orang didorong untuk berhutang semakin banyak dan lebih banyak dari tahun lalu, dengan kata lain kredit harus bertumbuh (silakan googling: target pertumbuhan kredit BI), tujuannya untuk mengimbangi laju penyusutan suplai uang.
  • Kalau orang sudah tidak sanggup berhutang harus dibuat sanggup, salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan (BI rate), melonggarkan syarat kredit (pernah dengar subprime bukan?).
  • Kalau suku bunga acuan sudah diturunkan sampai hampir nol (Fed rate hanya nol koma sekian persen), syarat sudah dibuat longgar, masih saja kredit tidak tumbuh, artinya krisis ekonomi sudah menunggu (PHK massal, kelaparan, kerusuhan sosial dsb).