Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Owner Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat. Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Kamis, 29 Agustus 2013

Harga emas semakin naik...Nilai rupiah semakin anjlok...So what gitu loooooooooo????


Orang kita memang aneh yaaaa?

Tahun 2011, ketika emas sudah mulai tembus 480 ribu, kita berbondong2 belanja emas. Masih ingat kan antrian di toko2 emas ? Masih ingat juga kan begitu langkanya emas, sampai2 website Antam cuma keluar daftar harga tapi barang kosong semua ? 

Tapi tahun 2013 ini, cuma selisih 2 tahun lho, ketika emas sudah lebih dari 3 hari tembua 500 ribu, kita malah tenang2 saja. Toko2 emas masih sedia stok lumayan banyak. Stok di Antam hanya pecahan 4 gr dan 250 gr yg kosong, sisanya available.

begitu juga dengan dinar emas...saat bulan puasa kemaren sekeping sampai anjlok di harga 1,7 juta,,,alhamdulillah hari ini menggapai di harga 2,2 juta lebih,,,,walaupun terakhir di awal tahun pernah juga di harga 2,350 juta...




Ada apakah ? 
Mungkin itulah uniknya bangsa kita, cepat sekali adaptasi thd krisis dan perubahan. Pdhl market global sdh heboh berburu emas, tapi kita asik2 aja sibuk pilkada di mana2 hehe. Gak heran oleh PBB kita disebut "resilient country" alias bandel dan tahan banting luar biasa. 

Krisis ? Ah, itu mah udh biasa.... :)
 
Harga emas naik ? So what gitu loh....

Eh, jangan sampe melewatkan peluang di depan mata dan menyesal belakangan lho. Rupiah makin lemah, emas makin mahal, gak pegang emas bisa runyam.

Memang seberapa besar sih peluang kenaikan emas ? 

Ingat gak kenapa tahun 2011 emas sampai tembus USD 1,900? Krn ada 4 faktor : 
1) krisis debt ceiling AS, 
2) diwali di India, 
3) krisis subprime mortgage, dan 
4) krisis hutang eropa.

Nah, bgm dg tahun ini ? Diwali sih saya prediksi tdk akan terlalu mendorong harga emas, krn India sdg hancur rupeenya dan pajak impor emas sdh terlalu tinggi. Tapi setidaknya ada 3 faktor yg perlu kita cermati lho :

1) 2 bulan lagi tepatnya pertengahan Okt, AS bakal mengulang krisis debt ceiling lagi. Persis spt thn 2011. Skrg Obama sdh woro2 bakal minta kenaikan batas hutang, krn batas hutang AS sdh nyaris mentok. Investor emas dunia sdh siap ancang2 kalau emas bakal makin naik.

2) Krisis Mesir dan Syria. Keduanya sdh terbukti mendorong harga minyak dunia menanjak, dan biasanya kalo minyak makin mahal, emas juga makin tinggi. Apalagi AS sdh siap2 mau menyerang Syria. Biasanya kalau AS turun perang, gak lama lagi emas melambung. Ingat jaman perang teluk.

3) Dollar AS sdg mahal di Indonesia, gara2 The Fed katanya mau menghentikan  QE3 (biarpun menggantung gak jelas) dan kebetulan ekonomi kita defisit. Dlm hal ini kondisi kita mirip dg India deh, emas bakal terasa makin mahal di pasar lokal.

Apakah emas bakal tembus USD 1,900/oz lagi ? Belum tentu, krn faktor penekan harga emas jg cukup kuat, yakni penghentian QE3 dan dropnya demand India.

Tapi bayangin deh ! Dulu ketika emas di USD 1,900 dollar itu di sekitar Rp 9,200 jadi harga emas tertinggi wkt itu sekitar Rp 560ribuan. Itu aja udh rekor di Indonesia.

Lha sekarang ? Dollar di Rp 11.350 (kurs bank). Jadi kalau emas dunia naik ke USD 1,600 aja, emas bakal tembus Rp 580ribu / gram lho. Lbh tinggi dr thn 2011.

Apalagi kalo emas spt diprediksi banyak kalangan tembus USD 1,800/oz. Walah, itu kalau dikurs ke rupiah bisa melambung sampe Rp 650ribu/gram ! 

Nah, masih mau adem ayem aja ?,,,segera alihkan investasi anda ke emas,,apakah dalam bentuk emas batangan atau kepingan

Have a gold day

Wassalam

sumber : lyra puspa- pilar

Rabu, 28 Agustus 2013

Prinsip 1/3 pengelolaan harta kita -- Tribute to Chinese..


By : muhaimin iqbal - gerai dinar

Hampir lima tahun lalu tepatnya tanggal 22/11/2008 saya menulis “ Prinsip 1/3 Dalam Pengelolaan Harta”. Saya kembali angkat tema ini karena adanya fenomena yang menarik tentang proses kebangkitan ekonomi China, sampai-sampai gurunya investasi dunia barat seperti Jim Rogers-pun memindahkan fokus investasinya dari Amerika ke China. Ternyata negeri China bangkit ekonominya dalam 30 tahun terakhir menggunakan prinsip yang mirip dengan prinsip 1/3 ini.

Tiga puluh tahun lalu GDP per capita di China hanya sekitar US$ 400, kini di kisaran US$ 5,400. Tidak terlalu tinggi memang, tetapi perlu diingat bahwa ini untuk negeri dengan penduduk 1.4 milyar. Artinya ada pergerakan peningkatan kemakmuran yang masif untuk begitu banyak orang hanya dalam tiga dasawarsa.

Bagaimana mereka melakukannya ? dari mana dana untuk membiayai pertumbuhannya ? ternyata bukan dengan hutang sebagaimana banyak dilakukan oleh negara-negara lain yang ingin membangun kekuatan ekonominya.

Sekitar 30 tahun lalu ada perubahan sikap besar-besaran di China dari rakyat yang penghasilan rata-ratanya masih US$ 400 saat itu. Perubahan itu adalah mereka berhemat, mengkonsumsi hanya sekitar 30 % penghasilannya, menyimpan 35% dan yang 35 % sisanya diinvestasikan. Mereka berubah dari orientasi hidup untuk saat ini, menjadi untuk masa depan.

Mereka komunis, tidak berharap adanya kehidupan setelah kematian – itupun bersedia berkorban untuk kehidupan masa depan – dan mereka sukses untuk apa yang mereka lakukan.

Prinsip 1/3 untuk umat Islam mestinya bisa lebih dari apa yang dilakukan oleh rakyat China. Dengan mengkonsumsi 1/3 dari penghasilan kita, menginfaqkan 1/3-nya dan menginvestasikan 1/3-nya. Inilah keseimbangan dalam Islam.

Sepertiga yang dikonsumsi adalah agar kita bisa hidup layak saat ini, 1/3 yang diinvestasikan adalah untuk masa depan kita dan anak-anak kita  dan 1/3 yang diinfaqkan adalah untuk kehidupan abadi kelak kita setelah mati.

Bayangkan bila prinsip 1/3 ini bisa menjadi gerakkan masif di negeri ini seperti yang terjadi di China 30 tahun lalu, maka akan ada bahan bakar pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di negeri ini. Sepertiga yang diinvestasikan akan menumbuh-kembangkan sektor riil yang sebelumnya dalam ekonomi ribawi dibebani dengan beban bunga – menjadi tidak lagi terbebani beban bunga.

Sepertiga yang diinfaqkan bisa menumbuh-kembangkan social business sehingga simiskin-pun bisa memiliki akses modal yang murah dan mudah, mereka tidak lagi dicekik oleh rentenir dan sejenisnya.

Apakah penerapan prinsip 1/3 ini sulit ? insyaAllah tidak, karena selama ini para pegawai-pun kurang lebih sudah menerapkannya – hanya penerapannya yang barangkali belum pas !

Rata-rata pegawai hanya mengkonsumsi 1/3 dari penghasilannya – jadi mereka sudah terbiasa, tinggal memperbaiki alokasi yang 2/3-nya.

Selama ini yang 1/3 lagi dipakai untuk membayar hutang jangka panjang – yaitu kredit rumah. Seolah dunia perbankan ribawi juga tahu prinsip 1/3 ini sehingga ketika mereka akan memberikan kredit ke nasabahnya, mereka batasi kredit tersebut sehingga si peminjam ini nantinya mampu membayar cicilan tidak lebih dari 1/3 dari penghasilannya.

Sepertiganya lagi macam-macam penggunaannya. Yang boros menggunakan 1/3-nya untuk mencicil hutang jangka pendek seperti kredit mobil, membayar credit card dan barang-barang konsumtif lainnya. Yang hemat menginvestasikannya di asuransi, bursa saham, reksadana dan sejenisnya.

Intinya tidak sulit, hanya perlu menata kembali apa yang kita lakukan sehari-hari. Yang 1/3 untuk konsumsi ini memang harus, jadi biarkan demikian. Yang 1/3 untuk membayar hutang jangka panjang dan umumnya rumah, ini juga insyaAllah masih aman – hanya semaksimal mungkin tinggalkan riba agar keberkahan mendatangi  Anda – dan ini menjadi peluang bagi teman-teman di bank syariah mestinya.

Nah mulai dari yang 1/3 yang terakhir yang dibenahi total. Yang biasanya habis untuk membayar hutang jangka pendek, credit card dan yang sejenisnya – bisa mulai diubah arahnya menjadi investasi sektor riil. Dari sinilah ekonomi sektor riil akan mendapatkan sumber bahan bakar pertumbuhannya dan dari sini pulalah peluang Anda untuk beramal secara nyata terbuka.

Sambil melakukan perubahan ini, niatkan pula untuk menginfaqkan 1/3 dari hasil investasi Anda di sektor riil ini. InsyaAllah setelah investasi Anda di sektor riil berhasil, Anda bisa pindah kwadran dari employee ke self-employed,business owner atau bahkan investor – dan saat itu Anda sudah terbiasa mengelola harta Anda dengan prinsip 1/3 yang sesungguhnya.

Sepertiga untuk dikonsumsi, 1/3 untuk investasi dan 1/3 untuk sedeqah – insyaAllah Allah akan menurunkan ‘hujan’ khusus untuk Anda. Amin.

Selasa, 27 Agustus 2013

Uang itu Dari emas....bukan uang kertas dollar, rupiah, yen, euro...atau apalah namanya....


Ketika terjadi hyperinflasi mencapai 89.7 sextillion (1021) persen atau 89,700,000,000,000,000,000,000 di Zimbabwe dua tahun lalu , banyak penduduknya menjadi kehilangan orientasi nilai—perlu berapa Dollar Zimbabwe untuk bisa membeli roti? Dalam situasi seperti ini, bila seorang bekerja sebagai pegawai atau buruh—berapa upah yang pantas? dibayar 1 Milyar Dollar sehari-pun belum cukup untuk membeli roti! Maka pekerjaan (baru) yang rame-rame dilakukan oleh warga Zimbabwe saat itu adalah pergi ke sungai-sungai untuk berburu emas, bila mereka mendapatkan 0.1 gram emas sehari saja—maka cukup untuk membeli roti bagi keluarganya hari itu.

Karena pengalaman Zimbabwe tersebut, belum lama ini National Inflation Association (NIA) –Lembaga Swadaya di Amerika yang misi-nya mempersiapkan warganya untuk menghadapi hyperinflasi– merekomendasikan seluruh warga Amerika agar rame-rame belajar mencari emas secara tradisional di sungai-sungai, bahkan teknisnya diajarkan di artikel ehow !

Berlebihankah rekomendasi NIA ini? menurut mereka sih tidak, karena berdasarkan pemantauan mereka akan tingkah laku penguasa —khususnya the Fed— negeri itu akan menuju kehancuran mata uang Dollarnya. Menurut saya sendiri berlebihan, bukan karena saya percaya Dollar-nya—tetapi banyak benda fisik lain yang dapat berfungsi sebagai uang selain emas. Jadi sama dengan Dollar Zimbabwe, Dollar Amerika juga akhirnya akan kehilangan daya belinya —sekarang-pun sudah— hanya tentu belum seburuk Zimbabwe—tetapi gantinya tidak mutlak harus emas.

Bila situasi seperti di Zimbabwe dua tahun lalu terjadi di Amerika, kemudian berdampak ke negara lain termasuk negeri ini—lantas apa uang yang bisa dipakai dalam situasi hyperinflasi ini? Berikut adalah 10 kriteria benda-benda yang bisa menjadi ‘uang’ bagi kita dalam situasi seperti apapun.

  1. Dia harus liquid, bisa dipertukarkan atau diperjual belikan dengan mudah.
  2. Dia harus acceptable, semua orang mau menerimanya dan mengakui nilainya.
  3. Harus divisible, bisa dibagi-bagi dalam unit yang lebih kecil tanpa harus kehilangan nilai (Kalung, gelang, berlian dan perhiasan lainnya tidak bisa dibagi-bagi karena akan kehilangan/berkurang nilainya)
  4. Dia harus addable, bisa dijumlahkan dan menghasilkan nilai yang proporsional dengan penjumlahan tersebut.
  5. Dia harus dapat secara spesifik diukur dalam berat, jumlah, karat, volume dlsb.
  6. Dia harus durable – bertahan dalam waktu lama tanpa kehilangan nilai ( Banyak pencari harta karun di laut-laut dalam berburu emas yang umurnya ratusan atau bahkan ribuan tahun, tetapi tidak ada orang berburu harta karun berupa Dollar !).
  7. Dia harus tidak mudah busuk dan kehilangan harganya – paling tidak selama proses jual beli berlangsung sampai diambil manfaatnya. Di sini termasuk kurma dan gandum yang disebut dalam hadits jual beli – karena dalam kondisi kering keduanya mampu bertahan lama – beda dengan daging, sayur dan buah-buahan misalnya.
  8. Dia harus memiliki nilai yang terbentuk oleh mekanisme pasar sempurna, tidak ditentukan oleh penguasa (bila yang menentukan nilainya penguasa – maka dalam kondisi krisis penguasa bisa kembali menghancurkan nilainya seperti yang terjadi di Zimbabwe tersebut diatas)
  9. Dia harus terkendali jumlahnya – bila bisa berlebihan dalam jumlah – maka dia akan otomatis kehilangan nilai.
  10. Dia harus tidak mudah untuk dipalsukan, hingga kini orang tidak mudah (tidak bisa) memalsukan perak, emas, gandum, kurma dan bahkan garam yang semuanya disebut dalam hadits jual beli.

Dengan sepuluh kriteria tersebut, sesungguhnya mudah untuk melihat mana benda-benda yang sesungguhnya adalah uang dan mana yang bukan. Maka ketika kendali uang di dunia ditangan orang-orang seperti Ben Bernanke (the Fed Chairman, US) —yang menyatakan bahwa yang sesungguhnya uang (emas) adalah bukan uang dan yang bukan uang (Dollar) adalah uang— bisa dibayangkan dampak yang bisa terjadi di sistem uang dunia yang kini berlaku—krisis ala Zimbabwe bisa terjadi di mana saja termasuk di Amerika yang mengaku adikuasa sekalipun. Di Youtube ada diskusi menarik tentang uang dan bukan uang ini antara senator Ron Paul dengan Ben Bernanke—untuk menambah wawasan kita.

Dengan sepuluh kriteria tersebut, kita kini punya semacam checklist untuk memverifikasi apakah ‘tabungan’ kita selama ini adalah uang atau bukan uang. Bila dia bukan uang-pun tidak menjadi masalah, asal dia adalah growing asset yang nilainya tumbuh seperti pohon-pohon, kebun dlsb. Yang perlu dihindari adalah jangan sampai tabungan itu tidak berupa uang yang sesungguhnya dan tidak pula berupa asset yang tumbuh – dia tidak akan memakmurkan malah sebaliknya dia menjadi wealth reducing assets – aset yang menurunkan kemakmuran pemiliknya !. 

Wa Allahu A’lam.

Senin, 26 Agustus 2013

Puncak produksi emas, sirkulasi dan harga emas itu sendiri



By : muhaimin iqbal - gerai dinar

Dalam dunia pertambangan dikenal istilah ‘peak’ untuk menggambarkan puncak produksi yang kemudian diikuti dengan penurunan produksi secara terus menerus. Pada hampir semua jenis pertambangan, para ahli tidak pernah bersepakat masalah kapan terjadinya ‘peak’ ini, apakah sudah lewat atau masih akan terjadi. Bagaimana dengan emas ? Apakah sudah terjadi peak gold ? indikator berikut bisa membantu kita memahami fenomenanya.

Data ini saya ambilkan dari Casey Research, yang menggambarkan hasil dari pertambangan-pertambangan emas terbesar dunia berdasarkan grade-nya. Yang disebut grade disini adalah berapa gram emas bisa diperoleh dari setiap ton penambangan bijih emas (Aurum Ore).


Source : Casey Research


Dari grafik di atas kita bisa tahu bahwa ada trend penurunan grade yang significant dari 10 penambang terbesar dunia. Bila 15 tahun lalu (1998) para penambang besar rata-rata masih bisa memperoleh sekitar 4.6 gram dari setiap ton bijih emas , kini hasil tersebut hanya berada pada kisaran 1.1 gram.

Apa artinya ini ?, para penambang-penambang besar kini pada umumnya tinggal mengkorek sisa-sisa dari penambangannya. Sekarang dibutuhkan kerja lebih dari empat kali lebih berat untuk mengambil material yang empat kali lebih banyak – sekedar untuk menghasilkan jumlah emas yang sama dengan 15 tahun lalu.

Apa pengaruh indikator peak gold ini pada harga emas dunia ?, karena kebutuhan emas dunia akan cenderung meningkat setidaknya dengan meningkatnya jumlah penduduk – sementara produksinya cenderung menurun, maka harga jangka panjang emas dunia tentu akan juga cenderung meningkat.

Lantas dengan demikian apakah ini cukup untuk men-justifikasi bahwa emas tidak akan cukup untuk digunakan sebagai uang dunia ? jawabannya adalah tidak ! Emas insyaallah tetap akan cukup untuk digunakan sebagai uang atau timbangan yang adil bagi muamalah penduduk seluruh dunia – karena bukan jumlahlah yang menentukan tetapi sirkulasi atau putarannya.

Itulah sebabnya emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan perhiasan lelaki, tidak boleh untuk alat-alat makan dlsb. agar emas tetap tersedia dalam jumlah cukup untuk beredar dan berperan sebagai uang atau timbangan muamalah yang adil.

Dari sini pulalah perlunya pemahaman fiqih jual beli emas yang sesuai jamannya di era teknologi informasi dan perdagangan dunia ini. Bila jual beli emas dari tangan ke tangan diartikan harus secara fisik pindah dari tangan ke tangan – maka teknologi informasi tidak bisa berperan dalam perdagangan emas. Pengertian pindah dari tangan ke tangan secara fisik juga menjadi sulit diterapkan manakala kita harus mengimpor atau mengekspor emas dalam jumlah besar.

Maka pengertian dari tangan ke tangan berupa berpindahnya akses penggunaan/kontrol atau pengelolaan dari penjual ke pembeli menjadi lebih sesuai untuk jaman ini. Sama dengan ketika Anda berjual beli gandum satu gudang, kan tidak berarti gandumnya diserahkan secara fisik dari tangan penjual ke Anda sebagai pembeli. Penjual cukup menyerahkan dokumen atau kunci gudang dan Anda sudah menjadi pemilik yang sah atas gandum segudang tersebut.

Dokumen atau kunci gudang di jaman teknologi informasi ini bisa berupa electronic record, password dlsb. yang merepresentasikan kepemilikan yang sah sehingga pembeli bisa memanfaatkan atau mengelola emas atau gandum yang dibelinya dari si penjual.

Melalui sarana teknologi informasi inilah perputaran emas menjadi bisa berjalan jauh lebih cepat, artinya dengan jumlah yang lebih sedikitpun tetapi berputar lebih banyak – dia akan bisa memutar ekonomi secara lebih banyak pula. Dengan kecepatan berputar yang lebih tinggi inilah emas insyaAllah akan tetap cukup untuk digunakan sebagai uang atau timbangan yang adil bagi muamalah penduduk seluruh dunia – meskipun seandainya jumlah emas yang ditambang sudah semakin sedikit ketimbang jumlah penduduk dunia yang terus tumbuh.

Emas memang kemungkinan besarnya akan terus bertambah mahal – bila dibeli dengan uang kertas yang semakin tidak bernilai, tetapi dia tetap akan bisa secara cukup berfungsi sebagai alat tukar atau timbangan yang adil bagi muamalah barang-barang kebutuhan manusia yang riil – bila dia dikelola sesuai dengan jamannya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip syariat yang dijamin kebenarannya sepanjang jaman.

ketika kurs mata uang kita semakin tidak jelas,,,beralihlah ke mata uang emas

 
Barangkali mayoritas ekonomi akan sepakat dengan pendapat bahwa koin emas (dinar) dan koin perak (dirham) merupakan alternatif mata uang yang lebih baik dibandingkan dengan mata uang kertas yang sehari-hari kita pakai sekarang. Ada juga yang mempromosikan dua jenis mata uang tersebut dengan landasan nostalgia masa kejayaan kekhalifahan Islam.

Tapi kerinduan historis itu tidak semestinya membuat kita lupa bahwa sebetulnya tugas kita adalah menyusun dan menapaki masa depan yang lebih baik. Masa lalu memang bisa menjadi guru, namun kalau terlalu lama menengok ke belakang maka rintangan di depan terkadang tak pernah kita lihat dengan begitu jelas. Akibatnya, kita bisa hanyut dalam suramnya masa depan karena terlalu terlena dengan kejayaan masa lalu yang sebenarnya bukanlah milik siapapun yang hidup sekarang.

Mungkin saking semangatnya mempromosikan dinar – dirham, ada yang menyebutnya sebagai mata uang yang Islami, atau setidak-tidaknya merupakan warisan Islam. Itu sah saja, karena memang mata uang tersebut digunakan dalam berbagai masa kekhalifahan. Tapi, dinar merupakan terjemahan langsung dari denarius yang merupakan jenis koin emas di masa Romawi. Artinya, bangsa Arab mewarisinya dari kekaisaran Romawi.

Karena itu, pertanyaan mendasarnya adalah apakah koin emas dan perak bisa mengatasi berbagai kelemahan mata uang kertas di masa sekarang dan akan datang. Ada beberapa isu yang membuat dinar – dirham lebih unggul.

Pertama, mata uang kertas yang diterbitkan oleh masing-masing negara telah berkembang menjadi sistem keuangan yang sangat kompleks. Akibatnya, transaksi mata uang menjadi sebuah rangkaian yang panjang dan tidak efisien. Untuk bisa membeli barang buatan Korea, rangkaian transaksi uang jauh lebih panjang dibanding transaksi barang. Arus barang hanya meliputi tiga tahap saja yaitu importer membeli dari produsen di Korea dan kemudian menyalurkan ke pengecer yang selanjutnya dijual kepada konsumen. Transaksi uang yang menyertainya setidaknya meliputi lima tahap:
 
(1) produsen dan importir bertransaksi dalam bentuk dolar Amerika,
(2) produsen di Korea menukar dolar menjadi won Korea,
(3) importir menukar rupiah menjadi dolar,
(4) pengecer menyetor rupiah kepada importir, dan
(5) pengecer mendapatkan rupiah dari konsumen akhir.
 
Padahal ide dasar penggunaan uang adalah untuk menyederhanakan transaksi di sektor riil. Kalau seluruh dunia menggunakan dinar atau denarius maka rantai transaksi uang akan sama dengan rantai perdagangan.

Kedua, dalam sistem kurs yang mengam bang, pelaku perdagangan antar negara menghadapi ketidakpastian kurs. Untuk mendapatkan kepastian, mereka harus melakukan hedge atau swap. Keduanya tentu menimbulkan biaya. Kalau seluruh dunia mengadopsi dinar maka otomatis biaya ini akan hilang karena ketidakpastian kurs menjadi tidak relevan.

Ketiga, inflasi di masing-masing negara cenderung sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Negara yang mengadopsi kebijakan moneter yang lebih longgar cenderung mengalami inflasi yang lebih tinggi. Karena itu, tingkat inflasi di berbagai negara cenderung berbeda. Kalau denarius menjadi mata uang tunggal dunia, hampir bisa dipastikan bahwa inflasi di semua negara akan kurang lebih sama. Yang menjadi pembeda adalah perkembang an harga di kelompok barang yang non-tradable seperti sewa rumah, ongkos angkutan umum dan tukang cukur.

Keempat, penggunaan mata uang yang berbeda antar negara dapat menimbulkan bahaya yang ditimbulkan oleh perang mata uang. Negara-negara yang menginginkan keunggulan daya saing di pasar internasional dapat merancang strategi supaya mata uangnya tetap under-value. Akibatnya, negara lain akan kalah dagang dan mengalami masalah pengangguran yang akut. Hal itu kemudian dapat memicu perang mata uang yang akan berujung pada instabilitas keuangan dunia.

Kalau saja dunia menganut satu mata uang, maka bahaya itu akan dapat dihindarkan. Kelima, negara-negara yang mata uangnya dijadikan denominasi dalam perdagangan internasional dapat dengan mudah “mengekspor” inflasi ke seluruh belahan dunia. Kebijakan moneter yang longgar di Amerika Serikat dapat memicu harga-harga di pasar dunia melonjak yang pada gilirannya memicu inflasi global. Pemerintah Amerika mendapatkan pendapatan seniorage dari pencetakan uang, dan ongkosnya harus ditanggung oleh penduduk di seluruh dunia. Amerika tidak mungkin bangkrut walaupun utangnya menggunung karena seluruh dunia memberikan dana talangan secara implisit. Kalau mata uang dunia adalah denarius, semua negara memiliki derajat yang sama dalam bidang moneter.

Disamping berbagai keunggulan dinar seperti yang disebutkan di atas, ada beberapa klaim yang cenderung misleading. Contohnya adalah bahwa dinar merupakan mata uang yang anti inflasi, anti riba, anti spekulasi dan lainnya. Untuk isu-isu tersebut, mungkin kami akan membahasnya dalam beberapa seri tulisan di bulan-bulan mendatang. Tujuannya adalah supaya kita bisa memahami dinar-dirham secara obyektif dan lurus. Disamping ada keunggulan, bukan berarti mata uang tersebut tanpa cacat. Kita tunggu saja, apakah kita ditakdirkan untuk memperjelas masalah ini.

Dr Iman Sugema, Dosen IE FEM IPB
M Iqbal Irfany, Dosen IE-FEM IPB
Sumber : Ekonomiislami.wordpress.com

Jumat, 23 Agustus 2013

Ketika India dan Indonesia gagal menjaga mata uangnya


India and Indonesia terjebak dalam penurunan mata uang mereka yang begitu cepat hari Senin lalu (19/8), dimana Rupee dan Rupiah jatuh dengan tajam terhadap Dollar AS, diduga karena aksi lepas saham di lantai bursa.

Rupee India terus menurun tanpa henti, menembus angka terendah dalam sejarah terhadap Dollar AS dan menggagalkan rencana pemerintah untuk menenangkan pasar keuangan yang rapuh.

Rupee menyentuh angka terendah Rs62.70 di siang hari, turun di bawah level terendah sebelumnya hari Jumat di angka 1,7% . Pada hari Senin indeks Sensex sebagai patokan nilai saham turun 2,3 %.


Rupiah Indonesia jatuh 2% , sehingga memicu indeks saham utama terkoreksi 5,6%. Data yang dirilis hari Jumat (16/8) oleh Bank Indonesia menunjukkan defisit neraca berjalan Indonesia semakin melebar di kwartal kedua sebesar 4,4% dari GDP. Sehingga dalam setahun ini saja Rupiah sudah turun 14% terhadap Dollar AS

Seperti India, Indonesia bergantung dari modal luar negeri untuk mendanai defisitnya. Namun investor internasional telah menarik dananya dari negara-negara berkembang sejak Mei lalu, di tengah harapan AS mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk membantu negara-negara berkembang.


Rupee India telah menyusul Dollar Australia dan Yen Jepang di jajaran kinerja mata uang terburuk di kawasan Asia tahun ini, dimana telah jatuh 12% terhadap Dollar AS. Di tingkat global hanya Real Brazil dan Rand Afrika Selatan yang mencatat penurunan nilai yang lebih besar.

Rangkaian intervensi oleh Bank Sentral India di pekan-pekan terakhir ini bertujuan untuk menjaga pasar obligasi mereka agar tidak jatuh terlalu jauh.



Selama akhir pekan lalu sejumlah pejabat tinggi negara termasuk PM India Manmohan Singh mencoba menenangkan kekhawatiran investor dari dua hal yaitu melemahnya pertumbuhan ekonomi dan melebarnya jurang defist neraca berjalan yang akan mendorong ekonomi India ke titik kritis.

Terlebih lagi, pemerintah melonggarkan kontrol modal investor asing, yang diikuti dengan serangkaian peraturan yang membatasi arus modal bagi institusi domestik sehingga menyebabkan pasar lebih berhati-hati. Derasnya arus modal dari luar negeri (khususnya dalam Dollar AS) akan segera menggerus mata uang domestik India.

"Saya tidak pernah melihat kepercayaan diri ekonomi India sedemikian rendah, terutama pada perusahaan-perusahaan domestik." kata seorang investor internasional pada sebuah institusi global yang tidak ingin disebut namanya.

"Tetapi masalahnya adalah tidak ada yang benar-benar bisa yang dilakukan oleh mereka (pemerintah) saat ini, mengingat semua ini terjadi akibat pasar global...Pemerintah dapat menghindari situasi yang makin memburuk dimana mereka gagal pekan lalu, namun sekarang semuanya sudah amat terlambat untuk menghentikan ini. Jurang defisit neraca berjalan sudah tinggi dan kepercayaan diri mereka telah hilang."

India saat ini menghadapi rangkaian pilihan kebijakan yang rumit, mengingat setiap langkah untuk memperbaiki masalah yang mendasar dari defisit neraca dapat menjadi bumerang, dan butuh beberapa bulan baru bisa dilihat hasilnya, sementara kepercayaan pasar terus turun dengan cepat, kata seorang analis.

"Turbulensi ini akan terus berlanjut dalam jangka pendek, namun kekacauan yang terjadi Jumat pekan lalu benar-benar dipicu oleh kekhawatiran bank sentral India (RBI) untuk melakukan kontrol modal asing," kata Shubhada Rao, ekonom senior Yes Bank di Mumbai. "Saya pikir hal ini berlebihan...tetapi masalahnya adalah ketika India mencoba untuk memperbaiki defisit neracanya dan ini butuh waktu lama, pasar sudah bereaksi cepat dengan berita hanya dalam semalam."



Kita butuh kurs yang selalu adil...


by : muhaimin iqbal

Bahwa kurs konversi antar mata uang bisa membuat badan penduduk negeri ini pada menjadi kurus, itu benar-benar bisa terjadi kini. Mata uang Dollar yang kita butuhkan untuk mengimpor barang-barang kebutuhan, telah naik sekitar 14 % terhadap uang Rupiah kita dalam setahun terakhir.  Tetapi hal ini mestinya bisa dicegah oleh kita semua, bagaimana caranya ?

Kebutuhan Dollar Amerika yang begitu tinggi untuk mengimpor barang-barang kebutuhan sehari-hari kita termasuk kebutuhan pokok pangan, membuat harga barang-barang yang diimpor secara umum menjadi lebih mahal. Kalau kenaikan ini terjadi pada barang-barang kebutuhan sekunder, masih bisa dihindari untuk sementara tidak membelinya.

Tetapi kalau barang-barang ini menyangkut kebutuhan primer seperti bahan pangan, maka biar harganya mahal dia tetap harus dibeli. Tempe-pun kini sudah semakin mahal karena kedelainya sebagian besar diimpor dan ini dengan Dollar yang lebih mahal. Demikian pula dengan gandum, bahan pangan yang sama sekali belum diproduksi oleh negeri ini sendiri.

Apalagi daging yang harganya sudah terkerek naik sejak beberapa bulan lalu, belum nampak adanya upaya yang bisa efektif dan efisien dalam menurunkan harganya.

Walhasil kenaikan harga  tiga jenis bahan makanan kedelai, daging dan gandum ini saja sudah cukup untuk menguruskan badan rata-rata penduduk negeri ini.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa membebaskan diri dari problem yang klasik ini ? problem yang sama pernah memukul kita dengan begitu beratnya 15 tahun lalu dengan apa yang waktu itu kita sebut krisis moneter (krismon) .

15 tahun era reformasi nampaknya belum cukup untuk membuat kita sadar akan kelemahan arah pembangunan era-era sebelumnya dan kemudian memperbaikinya. Kita tetap bergantung begitu besar pada bahan pangan impor.

Padahal tidak kurang produk-produk pertanian lokal yang bisa dikembangkan untuk substitusi produk-produk impor tersebut. Koro pedang misalnya, bisa menggantikan kedelai impor bila dibudidayakan dan disosialisasikan dengan baik ke masyarakat serta dibangun industrinya. Kandungan protein keduanya cukup dekat yaitu koro pedang sekitar 27.4 % sedangkan kedelai 36.5 %. Kelebihan koro pedang adalah sifatnya yang bisa tumbuh di tanah marginal – bahkan bisa menjadi potensi untuk menyuburkan lahan-lahan gersang kita.

Sorgum yang memiliki kandungan protein dan karbohidrat (10.4% dan 70.7%) mirip dengan gandum (11.6% dan 71.0%), mestinya dapat menggantikan impor gandum yang telah berkembang hampir setengah abad di negeri ini. Memang sorgum tidak memiliki gluten seperti yang dimiliki oleh gandum, sehingga kurang cocok untuk dibuat roti dan mie yang memerlukan gluten tinggi. Tetapi kan roti dan mie memang mestinya bukan bentuk makanan pokok kita ? jadi kita musti bisa berkreasi dengan makanan-makanan yang lebih sesuai dengan kita dengan menggunakan bahan-bahan yang memang bisa kita produksi sendiri seperti sorgum ini.

Kelebihan sorgum dia bisa tumbuh hampir di mana saja termasuk di tanah yang marginal, kami sudah mencoba menumbuhkannya juga di Jonggol yang aslinya gersang dengan hasil yang baik.

Selain yang sifatnya ikhtiar dengan bekerja keras menanam sendiri tananam-tanaman untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang sesuai seperti dalam contoh koro pedang dan sorgum tersebut diatas, ada hal lain yang bisa menjamin kecukupan kebutuhan pangan kita dengan hasil panen yang banyak dan dengan rasa yang ueenak.

Hasil panenan yang banyak dengan rasa yang enak seperti ini dijanjikan oleh Allah untuk negeri yang diberkahi sebagaimana ayat berikut :

…Masuklah kamu ke negeri ini dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai …" (QS 2:58).

Yang dimaksud dengan ‘negeri ini’ yang memberikan hasil bumi yang banyak lagi enak pada ayat tersebut adalah Baitulmakdis – yang dalam ayat lain disebut secara spesifik sebagai negeri yang diberkahi (QS 17:1).

Kita memang tidak bisa menjadikan negeri kita Baitulmakdis atau bagian dari negeri Syam , tetapi kita penduduk negeri ini  bisa menjadikan negeri kita negeri yang diberkahi – bila kita bisa memenuhi syaratnya, yaitu bila penduduk negeri ini beriman dan bertakwa (QS 7:96).  Jadi kita sesungguhnya memiliki potensi ‘pupuk’ yang sangat unggul yang tidak bisa dihasilkan oleh pabrik pupuk manapun di dunia, yaitu pupuk yang dijamin memberikan hasil panenan yang banyak lagi enak – itulah ‘pupuk iman dan takwa’.

Dari rangkaian ayat-ayat inilah semuanya menjadi nyambung, bahwa bila kita bisa menjadikan diri-diri kita penduduk negeri yang beriman dan bertakwa, Allah membukakan berkahNya dari langit dan dari bumi. Kita menanam bahan pangan apa saja hasilnya banyak dan rasanya enak. Negeri ini akan cukup makan dari hasil bumi kita sendiri dan menjadikan negeri ini Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur (QS 34:15).

Bila kita makan hasil bumi kita sendiri secara cukup, kita tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara lain – kurs konversi menjadi tidak lagi relevan untuk kita. Kurs konversi tidak akan bisa menjadikan badan kita kurus karenanya. InsyaAllah.