Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Owner Gold Dinar Jameela

Gold Dinar Jameela...Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat. Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Gold Dinar Jameela

Kunjungi kami di Mila Salon Jl.Kota Bambu Raya RT 008 RW 04 No:7 Kota Bambu Selatan-Jakarta Barat Belakang RS.Harapan Kita dan RS.Dharmais-Slipi 021-5653390 Mobile-phone:085880957788.

Sabtu, 28 Januari 2012

Dinar 1970-2010...Bagaimana dengan 2011 dan 2012????

dnr


Dinar di medio 2011 bernilai sekitar Rp.1.700.000,- hingga Rp.1.800.000,- dan melesat naik saat agustus-September senilai Rp.2.2 Jutaan dan berthaan sampai sekarang...di nilai Rp.2,1 juta hingga 2,2 Juta-an...

Sedikit cerita tentang penghasilan seorang karyawan dengan jabatan tinggi....Penghasilan dia tahun 1995 yang Rp 10 juta saat itu kurang lebih setara dengan 82.29 Dinar. Dengan harga Dinar pagi ini dikisaran Rp 2,200.000,-/Dinar , penghasilan dia yang Rp 100 juta hanya setara dengan 47  Dinar !. Jadi setelah bekerja 15 tahun lebih dengan penghasilan dalam Rupiah yang sudah meningkat 10 kali lipat, tentu saja sang direktur tidak merasakan peningkatan kemakmuran karena daya beli riil dia selama ini bukannya naik tetapi malah turun.

Mengapa harga Dinar ini lebih akurat untuk mengukur daya beli riil kita ketimbang data inflasi di negara maju sekalipun ?; adalah sejarah ribuan tahun yang membuktikan hal ini. 1 Dinar di jaman Rasulullah SAW dapat untuk membeli 1 ekor kambing kurban yang baik, kini dengan 1 Dinar yang sama Anda tetap dapat memilih kambing kelas A untuk ber-kurban. Bila Dinar stabil daya belinya terhadap kambing, tentu dia juga memiliki daya beli stabil untuk kebutuhan kita lainnya.

Berati satu ekor kambing qurban tahun 1970, hanya sekitar dibawah Rp.10.000 saja...yang setara dengan 1 dinar pada saat itu...harga kambing senilai Rp.50.000 saja pada tahun 1980, yang berarti meningkat 500 persen!!!!...Harga kambing senilai Rp.100 ribuan pada tahun 1990, berarti meningkat 100 persen sejak tahun 1980.....harga kambing ...sekitar 400 ribuan pada awal tahun 2000-an...dan di Tahun 2010, harga kambing qurban yang layak mencapai Rp.1.500.000,- dan di tahun 2012 dengan perkiraan estimasi sekrang sekitar 2,2 juta hingga 2,3 juta  per dinarnya, maka harga kambing qurban yang layak pun sebesar tu harganya...



Dengan menggunakan tabel yang sama, Anda juga dapat mengukur kinerja financial Anda dalam perjalanan karir Anda selama ini – jangan-jangan tanpa Anda sadari - Anda juga menjadi korban penurunan daya beli seperti teman saya tersebut. Lantas apa manfaatnya mengetahui kondisi riil kita ini ?. Bila kita berhasil mengidentifikasi masalahnya, maka ada kemungkinan kita bisa memperbaiki situasinya. Sebaliknya bila kita tidak tahu masalahnya, tentu akan sulit untuk mencari pemecahannya.
Untuk kasus teman saya tersebut misalnya; dengan penghasilannya sebagai direktur yang sekarang mendekati 48 Dinar per bulan – memang lebih rendah dari penghasilan dia sebagai manager tahun 1995 yang diatas 80 Dinar per bulan; tetapi sesungguhnya dia masih mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk diinvestasikan di sektor riil.

Apa dampaknya bila dia tidak melakukan action ini sekarang ?, penghasilan dia akan semakin menurun kedepan (dalam Dinar) padahal dia semakin  dekat ke usia pensiun yang kurang dari 10 tahun mendatang. Bila ini terjadi, maka dari sisi financial dia tidak akan lebih baik dari posisi financial dia di masa mudanya. Inilah mayoritas yang dialami oleh pegawai di sektor apapun pada tingkat apapun – bila dia tidak mulai mengambil aksi investasi pada bentuk-bentuk investasi yang bisa mengalahkan penurunan daya beli mata uang kertas.
Bentuk investasi sektor riil yang sederhana tetapi akan mampu mengalahkan penurunan daya beli mata uang salah satunya adalah perdagangan.

Bila Anda berdagang beras misalnya. Anda mengambil dari Cianjur dan menjualnya di Jakarta dengan keuntungan bersih 10 %, maka keuntungan Anda yang 10 % dari harga beras ini akan mampu melawan inflasi atau penurunan daya beli mata uang karena ketika inflasi itu terjadi harga beras otomatis naik dan penghasilan Anda juga otomatis naik – seiring kenaikan harga beras.

Bila sekarang Anda mulai menjual 1 ton beras per bulan, 10 tahun lagi mampu menjual 10 ton beras per bulan, maka kenaikan penghasilan Anda akan merupakan kenaikan penghasilan yang riil karena dikaitkan langsung dengan daya beli terhadap beras – bukan kenaikan semu hanya dalam angka seperti dalam contoh kasus teman saya tersebut diatas.

Jadi mengenal yardstick atau tolok ukur yang benar, bisa menjadi awal Anda untuk membuat perencanaan keuangan masa depan yang lebih akurat dan memakmurkan. InsyaAllah.

Gak Zaman Bakar Ayam-Kambing-Atau Ikan...Sekarang Harus Bakar Kapal.....



saya dahulu sering mengalami penyakit bad days - hari-hari dimana saya merasa stuck, bosan, jenuh dan sejenisnya. Bila penyakit bad days tersebut menyerang, yang kemudian sering muncul dalam pikiran saya adalah – “bagaimana kalau saya keluar saja dari pekerjaan hari ini ?”, tetapi kemudian niat tersebut selalu urung karena tidak mudah untuk menjawab rangkaian pertanyaan-pertanyaan berikutnya “lha terus saya akan kerja apa ?, bagaimana tanggung jawab terhadap keluarga ?, bagaimana membayar biaya-biaya ? dlsb. dlsb.”.  Saya yakin penyakit semacam ini juga pernah menyerang Anda.

Kemungkinannya dua,  pertama Anda bisa mengatasinya sehingga tetap dapat menikmati pekerjaan Anda hingga kini. Kedua adalah Anda terpaksa hidup dengan penyakit bad days tersebut secara berkelanjutan, karena tidak tahu harus berbuat apa bila Anda keluar dari pekerjaan Anda hari ini. Maka tulisan ini adalah untuk menyemangati Anda yang masuk kategori dua, dan  bukan untuk ‘meracuni’ Anda yang masuk kategori pertama.

Berikut adalah beberapa contoh ‘ide yang tidak biasa’ yang dilakukan orang ketika mereka memutuskan “hari ini saya keluar dari pekerjaan”. Sumbernya saya ambilkan dari CNBC “People Who Quite Their Jobs And Made Millions” dipadukan dengan  pengalaman saya sendiri. Saya tidak mau menggunakan kisah sukses orang-orang terkenal karena nanti sulit ditiru, yang simple dan dekat dengan kehidupan kita akan lebih mudah ditiru.

Murray Bersaudara

Mereka tersiksa dengan pekerjaannya di belakang meja di sebuah perusahaan public relation kecil. Keduanya kemudian memutuskan untuk berhenti bekerja secara bersamaan. Lantas apa yang mereka lakukan ?, jualan dasi !. Awalnya belum mempunyai toko, mereka jualan secara asongan – backpacks.

Dimana saja ada kerumunan masa, mereka menggelar lapaknya. Tetapi karena yang dijual memang barang yang bagus – kini 14 tahun setelah mereka mulai, jaringan outlet-nya ada di 500 pertokoan lebih.

Dana Sinkler dan Alex Dzieduszyscki

Dua orang ini lagi bekerja pada sebuah restaurant mewah di Lafayette – New York ketika penyakit bad  days menyerang. Mereka ingin berbuat sesuatu yang berbeda, tetapi tetap meng-elaborasi pengalamannya yang kuat di bidang kuliner.

Hasilnya adalah sebuah kripik warna-warni yang yang mereka beri tagline : Exotic Vegetable Chips. Anda bisa bayangkan kalau umbi merah, ungu, kuning, krem dlsb. digoreng dengan warna orisinil-nya (tanpa pewarna apapun) dan ditaruh di packing yang sama; belum mencoba rasanya-pun orang sudah tertarik dahulu dengan warna-warninya. Penjualan kripik eksotis a la Dana dan Alex ini kini telah mencapai US$ 23 juta setahun.

Murray Bersaudara, Dana dan Alex adalah orang-orang biasa seperti saya dan Anda. Tidak ada potongan atau turunan pengusaha, tetapi ketika bekerja di instansi atau perusahaan orang lain sering terserang penyakit bad days  - kehilangan semangat dan gairah untuk bekerja.

Daripada bekerja terus juga tidak memberikan hasil yang optimal dan menyiksa diri, maka melompat keluar dari pekerjaan memang bisa menjadi salah satu solusi - meskipun tidak ada jaminan akan pasti berhasil.

Lihat persamaan apa yang dilakukan oleh dua kelompok orang-orang dalam contoh tersebut diatas, keduanya menggarap sesuatu yang sangat biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. Jualan dasi dan jualan keripik adalah biasa, visi dan implementasi mereka yang membuatnya luar biasa.

Jadi bila penyakit yang sama hari ini menyerang Anda, Anda bisa mulai melihat apa yang ada di sekeliling Anda. Anda akan menemui benda-benda yang biasa, dasi, keripik, teh, sepatu dlsb. dlsb ; bisakah Anda memvisikan sesuatu yang luar biasa dari apa-apa yang sudah ada (ataupun yang belum ada)  di sekitar Anda tersebut ?. Bila jawabannya “Ya” ; maka Anda dapat mendatangi bos Anda hari ini dan bilang ‘I Quit’ !.

Senin, 23 Januari 2012

Investasi Tanah atau Dinar Emas????


Tulisan ini untuk me-respon banyaknya permintaan pembaca yang meminta saya membandingkan pilihan investasi apakah lebih baik investasi di tanah atau Dinar. Keduanya memiliki kesamaan yaitu harga yang memiliki trend naik dari waktu ke waktu. Keduanya juga bersifat proteksi nilai, artinya ketika nilai mata uang hancur karena inflasi – harga tanah atau Dinar akan otomatis naik.
Bedanya adalah kalau Dinar naik turunnya bersifat responsive bergerak setiap detik mengikuti pergerakan harga emas dunia yang dipengaruhi oleh sekian banyak isu-isu ekonomi. Kenaikan harga tanah secara umum bersifat gradual – tidak fluktuatif, tidak dipengaruhi secara langsung oleh isu-isu ekonomi sesaat. Grafik disamping menunjukkan perbedaan pola kenaikan harga tanah dengan Dinar.

Bedanya lagi, trend naik turunnya harga Dinar berlaku universal artinya kalau harga emas dunia naik secara umum kenaikan ini berlaku pula untuk harga Dinar di seluruh dunia – demikian pula sebaliknya bila harga turun. Tanah tidak demikian, di satu negara saja – harga tanah bisa sangat bervariasi kemungkinan naiknya. Jadi selain tingkat inflasi, lokasi juga sangat menentukan untuk tanah.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing.Kelebihan investasi tanah dibandingkan Dinar :
  1. Kenaikan harganya cenderung linier, tidak berfluktuasi.
  2. Untuk lokasi yang prima, bisa naik lebih tinggi dari harga Dinar.
  3. Supply bersifat fix (tidak mungkin tumbuh) sementara demand terus tumbuh.
  4. Bisa diproduktifkan dan memberi hasil lebih dari sekedar investasi tanahnya.

Kelemahan investasi tanah dibandingkan Dinar :
  1. Tidak terlalu liquid, belum tentu bisa jadi uang pada saat dibutuhkan.
  2. Bila salah pilih lokasi, harga akan lamban naik.
  3. Tidak ada standard harga.
  4. Bila tidak diproduktif-kan akan cenderung menjadi beban (pajak, perawatan, penjagaan dlsb).

Kelebihan investasi Dinar dibandingkan tanah :
  1. Dinar sangat likwid, bisa jadi uang kapan saja dibutuhkan.
  2. Harga Dinar yang relatif standard dan trasparan karena mengikuti perkembangan harga emas dunia.
  3. Relatif tidak ada biaya investasi yang dibutuhkan ( seperti kalau di tanah biaya jual beli, notaris, perawatan dlsb).
  4. Mudah dijual belikan dalam pecahan-pecahan kecil sesuai dengan kebutuhan.

Kelemahan investasi Dinar dibandingkan dengan tanah:
  1. Jangka pendek bisa saja rugi ketika fluktuasi harga lagi menurun.
  2. Kemungkinan diproduktifkannya lebih rendah ketimbang tanah.
  3. Risiko menyimpannya lebih tinggi dari risiko tanah.
  4. Memerlukan pemahaman investasi yang lebih tinggi ketimbang tanah.

Dengan perbandingan tersebut diatas, Anda bisa memilih sendiri mana yang lebih sesuai untuk Anda. Bila Anda yakin keuangan Anda tidak masalah dalam periode investasi, dan juga yakin bisa memproduktifkan investasi tanah Anda – maka pilihan investasi tanah insyaallah akan lebih baik.

Sebaliknya bila ada kemungkinan Anda membutuhkan dana investasi kapan saja selama periode investasi, dan Anda tidak juga yakin bisa memproduktifkan atau menjual tanah Anda pada waktu dibutuhkan – maka investasi Dinar akan lebih aman untuk Anda. Wa Allahu A’lam.

Perkembangan Dinar Di Malaysia >> Sebagai Study Banding

Jika pernah membaca serial komik Asterix, ada sebuah desa bernama Galia. Ketika semua bagian negara sudah dikuasai oleh Romawi, itulah satu-satunya desa yang tak pernah terjajah dan tak pernah tersentuh. Kelantan di Malaysia, mungkin juga seperti Galia. Di Kelantan, kekuasaan kapitalisme tampaknya sedikit sekali menyentuhnya.

Keputusan untuk memperkenalkan Dinar dan Dirham sebagai mata uang barter baru di negeri ini telah menyebabkan kegemparan internasional. Sementara Eropa masih agak lumpuh karena mencari jalan keluar dari dilema keuangan yang irasional, tetapi kenyataan sebenarnya hanya terus mencetak lebih banyak uang lagi; sementara negara kecil ini berani menghadapinya.


Sensasi itu telah cepat menyebar: Di tengah krisis keuangan historis dan banjir uang kertas terbesar dalam sejarah manusia, Kelantan yang kecil dengan penduduk sekitar dua juta orang, telah mengingatkan kita semua pada tradisi lama yang sangat anti-inflasi. Jika tiba di Kelantan, sebuah billboard besar akan menyambut Anda di bandaranya, "Negara Dinar dan Dirham." Jelas, dinar dan dirham memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan juga menjadi identitas, dan mungkin memiliki lebih dari sekadar efek simbolis dan kebetulan juga, hal ini telah menyebabkan 'gempa' dalam kebijakan keuangan Asia.

Para pemimpin (Kelantan) tidak hanya melihat Dinar sebagai tautan yang mengembalikan tradisi ekonomi Islam fundamental, tetapi lebih sebagai alat yang berguna untuk membentuk masa depan ekonomi rakyat. Rencana ini menjadi sangat populer di kalangan rakyat dan memiliki tujuan yang jelas untuk melindungi rakyat di saat krisis keuangan.

Fakta berbicara sendiri, setiap orang yang memiliki Dinar, dan keberhasilannya dapat dilihat dalam kinerja yang stabil dan positif dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini khususnya devaluasi mata uang kertas, yang mendesak para pemimpin negeri kecil itu untuk bertindak seperti sekarang.

Islam tahu bahwa strategi keuangan tidak hanya berisfat romantisme pada masa lalu, atau bahkan melarikan diri dari modernitas yang usang. Strategi ini sebenarnya berdasarkan efektivitas model keuangan asli Islam: pasar bebas dan uang gratis. Pelaksanaan pemberlakuan Dinar-Dirham ini sangat revolusioner. Bahkan para pekerja, jika mereka menghendaki, menerima seperempat upah mereka dalam emas dan perak, seperti dalam Dinar dan Dirham, dan mereka juga dapat membayar tagihan bulanan listrik dan air dengan itu.

Tetapi juga kewajiban zakat, sekadar mengingatkan tidak dapat dibayarkan dalam mata uang kertas. Para pengusaha di Kelantan bahkan telah secara resmi resmi meluncurkan "Kelantan-Dinar". Dalam hal ini, kita hanya perlu melakukan perkiraan kasar untuk mewujudkan apa artinya jika jutaan umat Islam di Asia sekali lagi membayar zakat mereka dengan menggunakan emas dan perak, atau Dinar-Dirham itu.

Menurut penasihat keuangan pemerintah, Umar Vadillo, arena yang paling penting bagi Dinar hanya pasar di kota-kota saja. Mulai sekarang, tingkat konversi akan selalu ditampilkan pada layar digital. Antusiasme di ibu kota bahkan sangat besar—hampir 1.000 toko telah mengumumkan penerapan Dinar. Apa yang terjadi di Kelantan bukan penimbunan emas, melainkan sirkulasi aktif.

Di Malaysia, bab lain yang menarik dalam perdebatan mata uang telah dimulai. Sejak mantan perdana negara, Dr, Mahathir mempromosikan "Gold Dinar" setelah spekulasi mata uang yang agresif di 90-an, tema "Gold" telah menjadi bagian integral dari perdebatan politik dalam negeri di Kuala Lumpur. Rencana Mahathir awalnya untuk memperkenalkan Dinar dalam perdagangan asing di negara itu. Namun kemudian kebijakan ini mengusik Malaysia National Bank. Bank Nasional takut jika Dinar dapat, dalam jangka panjang, menggantikan mata uang nasional.

Kebijakan, bank dan partai politik mungkin masing-masing memiliki niat mereka sendiri, tetapi pada akhirnya selalu akan sampai ke konsumen sendiri dalam memutuskan sengketa tersebut. Banyak orang Melayu yang melihat kebebasan untuk memilih uang mereka sendiri sebagai sebuah aspek penting dari kebebasan, yang sama dengan, misalnya, kebebasan berekspresi. Pada banyak forum internet dan di koran-koran memicu diskusi yang hidup dan keyakinan yang berbeda-beda tentang tema Dinar. Slogan sederhana beredar: "Anda menyimpan uang kertas Anda, kami akan menyimpan emas kami!" Referendum dalam proyek Gold-Dinar benar-benar akan menyita perhatian besar di pasar negara itu.

Secara resmi, Kelantan telah melebihi kekuatan hukum. Kelantan tidak pernah mengklaim bahwa Dinar adalah legal tender, yaitu mata uang resmi Malaysia, tidak seperti Kruger Rand di Afrika Selatan. Tapi ini mungkin hanya masalah waktu sebelum negara-negara Muslim akhirnya menerima Dinar sebagai alat pembayaran yang sah.

"Dinar", yang disebutkan dalam Al Qur'an, sama sekali, bukan hanya sebuah mata uang "alternatif" atau bahkan mata uang begitu saja seperti dalam pengertian modern. Dinar memiliki terminologi yang tidak biasa. Dalam Islam, uang bukanlah sesuatu yang disembah. Koin-koin tersebut bisa jadi sebanding dengan barang lain, seperti beras. Berbeda dengan mata uang modern, yang memiliki monopoli, dalam Islam tidak pernah ada hal seperti itu. Datuk Husam Musa, Ketua Komite Perencanaan Keuangan dan Ekonomi Kelantan tetap tegas dalam menghadapi perdebatan tentang Dinar: "Berbagai laporan mengklaim bahwa Dinar diatur untuk menjadi mata uang kedua Kelantan yang tidak akurat dan menimbulkan kebingungan. Saya tidak bisa mengerti mengapa pertanyaan itu meningkat setelah Kelantan menerapkan penggunaan Dinar. Dinar telah menjadi aspek Islam sejak awal." katanya kepada media.

Redenominasi dan Sanering Mata Uang


Ilmu ekonomi ribawi menyebutkan bahwa redenominasi itu berbeda dengan sanering. Jika redenominasi itu adalah pemotongan angka uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilainya. Sedangkan sanering adalah pemotongan nilai uang menjadi lebih kecil dan mengubah nilainya.

Dalam redenominasi, rp 10.000 dipotong menjadi rp 10, dengan harga barang yang semula rp 10.000 juga berubah menjadi seharga rp 10. Fisik kertasnya tidak digunting sebagaimana yang dilakukan di program sanering.

Berbeda dengan sanering yang secara fisik kertasnya dipotong atau digunting. Dimana rp 10.000 dipotong menjadi rp 10, sehingga dengan demikian harga barang yang semula rp 10.000 belum tentu berubah menjadi seharga rp 10.

Jadi, katanya redenominasi hanya semacam penyederhanaan penulisannya saja yang tidak akan merugikan. Sedangkan sanering itu merugikan, lantaran berubah nilainya. Katanya program sanering itu dilakukan karena ekonomi negara itu sangat buruk yang mendekati ambruk karena hiper inflasi. Sedangkan program redenominasi itu dilakukan karena tujuan efisien penulisan dan pembukuan saja. Benarkah begitu ?


Pemotongan sejumlah digit nominal kertas pada program redenominasi itu ternyata juga ada potensi meleset, dalam arti kata tak serta merta pasti diikuti dengan penyesuaian harga berdasarkan nominal baru itu.

Terlepas dari perdebatan soal definisi dan tetek bengek perbedaan antara redenominasi dengan sanering, sebenarnya ada apa kok Bank Indonesia mulai mewacanakan akan melakukan redenominasi seperti yang dilansir di Republika online.

”Redenominasi berbeda dengan sanering. Ini nilainya tidak berubah, hanya penulisannya disederhanakan,” kata Kepala Biro Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Iskandar Simorangkir, Menurutnya, saat ini sudah banyak pertokoan besar yang juga sudah mempraktikkan ‘redenominasi’ dalam pelabelan harga.

Untuk menyederhanakan perbedaan redenominasi dengan sanering, Iskandar memberikan contoh harga beras. Misalnya, harga beras satu kilogram Rp 5.000. Dengan redenominasi, tiga digit nol dihilangkan, maka harga beras menjadi Rp 5. Harga beras tetap, hanya nominalnya disederhanakan. Daya beli uang yang terkena redenominasi pun tetap. Uang Rp 5 tetap bisa membeli satu kilogram beras.

Jika sanering yang berlaku, harga beras yang semula Rp 5.000 itu tidak serta-merta ikut menjadi Rp 5. Bisa jadi harga beras tetap Rp 5.000 atau Rp 50. ”Dengan sanering , yang berubah adalah nilai uangnya, bukan penulisan nominalnya. Ini yang merugikan rakyat,” kata Iskandar.

Menurut kabar, kewenangan mengetuk palu perihal keputusan kebijakan redenominasi itu, jika jadi dilaksanakan, ada pada pemerintah (lembaga eksekutif) bukan pada BI (Bank Indonesia).

Pemilik Pecahan Uang Kertas dengan Angka Terbesar di Dunia

Indonesia adalah negara pemilik pecahan mata uang terbesar ketiga di dunia, dengan pecahan mata Rupiah sebesar 100.000. Negara pemilik pecahan mata uang terbesar kedua di dunia adalah Vietnam, dengan pecahan mata uang Dong Vietnam sebesar 500.000. Zimbabwe di urutan pertama dengan pecahan sebesar 10 juta dolar Zimbabwe. Makanya Zimbabwe melakukan redenominasi.

Nah, jika Indonesia kemudian mengikuti jejak langkah Zimbabwe dengan melakukan redenominasi, maka Indonesia inginnya terlepas dari daftar negara-negara dengan pecahan angka kertas terbesar di dunia. Karena hanya ada 2 pilihan, mau cetak kertas dengan angka yang lebih banyak lagi atau angkanya mau dipotong biar kelihatan lebih sedikit.

Redenominasi Zimbabwe

Pada tanggal 1 Agustus 2006 pemerintah Zimbabwe mendevaluasi uangnya 60 % dan pada saat yang sama melakukan redenominasi dengan menghilangkan tiga angka nol di belakang. Sebelumnya us$ 1 = zwd 101,000 menjadi us$ 1 = zwd 250.

Setelah langkah ini dilakukan ternyata tidak sesuai dengan dugaan karena harga-harga barang dan jasa tidak mau mengikutinya sehingga terjadi inflasi besar-besaran. Pada tahun 2007 pemerintah sampai harus membuat peraturan yang aneh yaitu menyatakan bahwa inflasi adalah melanggar hukum negeri itu, artinya tidak boleh ada pihak yang menaikkan harga.

Beberapa eksekutif perusahaan harus masuk bui gara-gara menaikkan harga produknya. Artinya harga barang dipaksa harus mengikuti nilai fiat money (nilai semu) bukan mengikuti nilai komoditi (nilai riil).

Langkah yang tidak biasa inipun tidak mempan juga, akhirnya terjadi lagi perubahan rate 11,900 % yaitu menjadi 1 US$ = ZWD 30,000 – ini angka resmi; angka tidak resminya ada di pasar gelap yaitu 1 US$ = ZWD 600,000.

Apakah dengan demikian uang kertas tersebut dapat diselamatkan? Tidak juga, per Juni 2008 Zimbabwe mengalami inflasi 9.030.000 %. Maka terjadilah redenominasi yang kedua dengan menghilangkan 6 angka di belakang (1.000.000 menjadi 1).

Redenominasi yang kedua sama saja malah memicu inflasi ribuan persen. Otoritas moneter Zimbabwe tidak melakukan pemotongan atas fisik uangnya, tapi dengan mengeluarkan pecahan dalam nilai baru yang sudah disesuaikan dengan nilai redenominasi.

Harga-harga barang dan jasa tidak mengikuti nilai redenominasi itu sehingga dimana program yang ingin dijalankannya itu sebenarnya adalah redenominasi, tapi kenyataan yang terjadi di lapangan menjadi sanering.

Satu pak kecil kopi produksi dalam negeri saat itu mencapai 1 miliar dolar Zimbabwe. Sepuluh tahun lalu, jumlah uang sebesar itu sudah dapat digunakan untuk membeli 60 mobil baru.

Sejumlah industri manufaktur saat itu beroperasi dengan kapasitas 30%. Hal itu karena semakin banyak karyawan yang tidak dapat pergi ke lokasi kerja karena lonjakan ongkos bus yang tinggi.

Pemotongan enam digit nominal mata uang tak diikuti dengan penyesuaian harga berdasarkan nominal baru. Jadi, harga barang dari 1.000.000 bukan menjadi 1, tetapi menjadi 1000. Ini yang memicu inflasi besar-besaran di Zimbabwe.

Banyak pihak juga akhirnya memilih menggunakan berbagai mata uang asing, akibatnya, hiperinflasi. Denominasi mata uang mengalami peningkatan, barisan angka nol pada mata uang semakin banyak. Tadinya ingin mengurangi angka nol malah tambah banyak.

Dolar Zimbabwe nyaris hilang nilainya baik dalam aktivitas komersil ataupun sebagai pendapatan. Saat itu, lebih banyak transaksi bisnis dilakukan dengan menggunakan dolar as, baik secara terbuka maupun tertutup. Ada juga orang yang mulai paham dengan menggunakan emas untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari sehingga tidak terkena dampak sanering.

Bulan Juli 2008, bank sentral Zimbabwe menerbitkan mata uang senilai 100 miliar dolar Zimbabwe setelah inflasi mencapai 2.000.000 %. Padahal, tiga bulan sebelumnya, baru dicetak mata uang 50 juta dolar Zimbabwe. Ketika itu, 100 miliar dolar Zimbabwe hanya bisa membeli tiga butir telur.

Kertas 500 juta dollar zimbabwe kalau dikonversi ke us dollar amerika cuma dihargai 2 dolar. Harga-harga melambung begitu cepat hanya dalam hitungan menit bahkan detik, tak heran jika karyawan toko-toko di zimbabwe begitu sibuk mengganti label harga jika terjadi perubahan harga.

Nilainya di pasar gelap hanya setimpal dengan 33 dolar us. Akhirnya pada Agustus 2008, dilakukan redenominasi yang ketiga kalinya yaitu pemangkasan 10 digit angka nol. Uang 10 miliar dolar menjadi 1 dolar.

Karena lonjakan inflasi semakin menggila, pada Januari 2009 bank sentral negeri Afrika itu kembali mencetak rekor dengan menerbitkan mata uang berdenominasi terbesar sepanjang sejarah manusia, 100 triliun dolar.

Februari 2009, bank sentral kembali melakukan redenominasi yang keempat kalinya dengan memangkas 12 digit angka nol. Mata uang 1 triliun dolar tinggal menjadi 1 dolar Zimbabwe. Pecahan mata uang terbesar hanya 500 dolar Zimbabwe. Kasihan, mau-maunya dibodoh-bodohin.

Sejarah Sanering di Nusantara

Sanering alias pemotongan nilai mata uang yang pernah terjadi di Indonesia pada 1952, 1959, dan 1966. Pada tahun 1952 yang lebih dikenal dengan “gunting syafruddin”, mata uang keluaran NICA (Belanda) dibelah dua dan hanya sebelah kiri yang berlaku dengan nilai setengahnya.

Tahun 1959, sebulan setelah Dekrit Presiden, juga dilakukan pemotongan nilai uang setengahnya. Tahun 1966, ketika inflasi sangat tinggi, kertas seribu rupiah dipotong menjadi tinggal 1 rupiah. Namun, situasi ekonomi yang masih kacau membuat harga barang kembali melonjak gila-gilaan, terutama bahan pokok, seperti beras yang masih banyak diimpor.

Gunting Syafruddin

Pada tanggal 19 Maret 1950,sanering pertama kali dikenal dengan nama “gunting syafrudin” dimana uang kertas betul-betul digunting menjadi dua secara fisik dan nilainya. Dia memerintahkan agar seluruh ‘uang merah’ NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie) dan uang De Javasche Bank/DJB (bentukan penjajah belanda yang kemudian berubah nama menjadi BI/Bank Indonesia) yang bernilai rp 5 ke atas digunting menjadi dua bagian.



Gunting Sjafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950.

Menurut kebijakan itu, “uang merah” (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9 Agustus pukul 18.00.

Mulai 22 Maret sampai 16 April, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut, maka bagian kiri itu tidak berlaku lagi alias dibuang.

Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar 40 tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. “Gunting Sjafruddin” itu juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia).

Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi negara yang saat itu sedang terpuruk yaitu utang menumpuk, inflasi tinggi dan harga melambung. Dengan politik pengebirian uang tersebut, bermaksud menjadi solusi jalan pintas untuk menekan inflasi, menurunkan harga barang dan mengisi kas pemerintah untuk membayar utang yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 milyar.

Pada tanggal 25 Agustus 1959 terjadi sanering kedua yaitu uang pecahan Rp 1000 (dijuluki Gajah) menjadi Rp 100, dan Rp 500 (dijuluki Macan) menjadi Rp 50. Deposito lebih dari Rp 25.000 dibekukan. 1 US $ = Rp 45. Setelah itu terus menerus terjadi penurunan nilai rupiah sehingga akhirnya pada Bulan Desember 1965, 1 US $ = Rp 35.000.

Seperti juga ‘gunting Syafrudin’, politik pengebirian uang yang dilakukan soekarno membuat masyarakat menjadi panik. Apalagi diumumkan secara diam-diam, sementara televisi belum muncul dan hanya diumumkan melalui RRI (Radio Republik Indonesia).

Karena dilakukan hari Sabtu, koran-koran baru memuatnya Senin. Dikabarkan banyak orang menjadi gila karena uang mereka nilainya hilang 50 persen. Yang paling menyedihkan mereka yang baru saja melakukan jual beli tiba-tiba mendapati nilai uangnya hilang separuh.

Pada tanggal 13 Desember 1965 dilakukan Sanering yang ketiga yaitu terjadi penurunan drastis dari nilai Rp 1.000 (uang lama) menjadi Rp 1 (uang baru). Sukarno melakukan sanering akibat laju inflasi tidak terkendali (650 persen). Harga-harga kebutuhan pokok naik setiap hari sementara pendapatan per kapita hanya 80 dolar us.

Sebelum sanering, pada bulan november 1965 harga bensin naik dari rp 4/liter menjadi rp 250/ liter (naik 62,5 kali). Nilai rupiah anjlok tinggal 1/75 (seper tujuh puluh lima) dari angka rp 160/ us$ menjadi Rp 120,000 /us$.



Setelah sanering ternyata bukan terjadi penurunan harga malah harga jadi pada naik. Pada tanggal 21 Januari 1966 harga bensin naik dari rp 250/liter menjadi rp 500/ liter & harga minyak tanah naik dari rp 100/ltr menjadi rp 200/ltr (naik 2 kali).

Sesudah itu tanpa henti terjadi depresiasi nilai rupiah sehingga ketika terjadi krisis moneter di Asia pada tahun 1997 nilai 1 us $ menjadi rp 5.500 dan puncaknya adalah mulai April 1998 sampai menjelang pernyataan lengsernya suharto maka nilai 1 us $ menjadi rp 17.200.

Lalu apakah kebijakan politik pengebirian nilai fiat money (uang kertas) ini bakal terulang lagi? Sebenarnya pengebirian nilai fiat money ini terjadi secara halus dan perlahan tapi pasti, buktinya bisa dilihat dari kenaikkan harga barang dari tahun ke tahun, yang sesungguhnya adalah pengurangan nilai fiat money. Padahal harga barang itu tetap, tapi karena nilai fiat money yang kita pegang angkanya makin banyak tapi daya belinya makin turun.

Fiat Money itu Angkanya Makin Banyak, Daya Belinya Makin Turun


Sampai awal 1950-an, orang yang punya rupiah jutaan belum banyak. Kalau ada mereka dijuluki jutawan atau ‘milioner’. Tapi sekarang mereka yang gajinya 5 juta di Jakarta, hidupnya pas-pasan. Kalau pertengahan 1950-an, harga mobil mewah mercedes benz hanya sekitar 1 juta rupiah (harga sekarang 2010 mungkin sekitar 1 miliar), setengah abad lalu tidak ada yang membayangkan ada orang yang memiliki kekayaan miliaran rupiah.

Seperti bekas rumah Raden Saleh di Cikini yang tidak kalah luasnya dengan Istana dilego dengan harga rp 25.000. Punya uang rp 25.000 bisa beli rumah besar tapi sekarang tahun 2010, rp 25.000 paling bisa buat beli 5 potong ayam goreng.

Pada 1950-an itu naik oplet hanya rp 1, sekarang tahun 2010 naik angkot minimal bayar rp 2000. Kalau. Langganan surat kabar rp 6 per bulan, eceran 35 sen (rp 0,35) tapi sekarang tahun 2010, harga surat kabar eceran rp 3000.
Salah Satu Tanda Akhir Zaman adalah Hancurnya Sistem Fiat Money dan Kembalinya kepada Sistem Keuangan Islam yaitu Dinar Emas dan Dirham Perak

Hari ini yang kita anggap uang adalah sesuatu yang tidak bernilai alias tidak ada fisiknya (hanya kertas bergambar), hanya angka-angka angan kosong belaka, maka uang akan akan kembali kepada fitrahnya yaitu sesuatu yang bernilai dan tetap yaitu dinar emas dan dirham perak.

Pada kondisi ini yang akan terjadi antara lain : pedagang hanya mau dibayar dengan dinar dirham, orang yang berpiutang hanya mau dibayar utangnya dengan dinar dirham dan pekerja hanya mau dibayar upahnya dengan dinar dan dirham seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam hadits.

Rasulullah Saw bersabda , “Akan datang suatu zaman dimana tidak ada yang bernilai kecuali dinar dan dirham”. (HR Ahmad).

RUU (Rancangan Undang Undang) Mata Uang

Setelah sempat dua kali tertunda, DPR dan pemerintah akhirnya mulai membahas RUU tentang Mata Uang. Pada rapat perdana, Senin (7/6/2010), Komisi Keuangan (XI) DPR selaku penyusun dan inisiator memaparkan secara garis besar calon beleid itu.

Saat ini, pengelolaan uang dan mata uang diatur Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (BI). Meski akan diatur tersendiri, DPR menjamin, sejumlah kewenangan pengelolaan mata uang tetap berada di tangan bank sentral. Misalnya, hak untuk mencetak, mendistribusikan, mengawasi peredaran, menarik, memusnahkan uang, hingga penentuan jenis transaksi yang boleh memakai mata uang negara lain.

RUU Mata Uang mengatur kewajiban penggunaan rupiah sebagai alat pembayaran atau transaksi keuangan di wilayah Indonesia. Namun, aturan ini memberikan pengecualian, yakni BI dapat menetapkan penggunaan mata uang selain rupiah untuk jenis transaksi tertentu atau di wilayah tertentu.

Kewajiban penggunaan rupiah sekarang ini diatur dalam UU BI. Di beleid ini, bank sentral sebenarnya juga mewajibkan seluruh transaksi memakai mata uang Garuda. Namun, BI memberikan pengecualian. Untuk keperluan tertentu atau memenuhi kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis, rupiah boleh tidak dipakai.

RUU Mata Uang juga mengatur soal sanksi. Ambil contoh, setiap orang yang tidak menggunakan uang rupiah dalam transaksi ataupun menolak menerima rupiah sebagai alat bayar dapat dipidana dengan ancaman kurungan maksimal satu tahun dan denda Rp 200 juta.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo belum bisa berkomentar banyak atas RUU Mata Uang. “Kami akan mempelajari dahulu dan memberikan jawaban pekan depan,” ujar Agus. (JAKARTA, KOMPAS.com).

Jadi, transaksi di Indonesia harus menggunakan rupiah! Hukumnya fardhu ain alias wajib. Kalau tidak, pilihannya ada 2 yaitu dipenjara maksimal 1 tahun atau didenda rp 200 juta.

Israel adalah Satu-Satunya Negara yang Memakai Sistem Mata Uang Berbasis Emas dan Perak

Tentara Israel pun yang sudah membantai kaum muslimin digaji dengan uang emas dan perak. Misal seorang kapten mendapat gaji bulanan dalam koin shekel emas 25 gram. (Kompas 8/6/2001).

Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang memakai sistem uang emas dan perak yaitu koin shekel emas dan shekel perak. Makanya Israel adalah satu-satunya negara yang tidak terkena krisis moneter. Mereka pakai emas dan perak, sedangkan untuk kita dikasih kertas buatan mereka dan diwajibkan pula. Betapa licik dan zalim!

Impact Investing >> Peluang Dunia Syariah


Setelah kurang lebih empat tahun dunia investasi global diguncang krisis demi krisis, ternyata tidak semuanya berdampak buruk khususnya bagi dunia jangka panjang. Ketika orang mulai menyadari bahwa ternyata tidak ada cara yang mudah untuk bisa memperoleh hasil yang tinggi dengan risiko yang rendah, tidak ada passive income yang bener-bener passive atau bener-bener income (bukan malah expenses), kini mulai ada gelombang investasi baru yang disebut Impact investing.

Impact investing adalah ketika Anda dalam berinvestasi tidak hanya berfikir masalah risiko yang Anda hadapi atau hasil berupa uang atau materi yang Anda harapkan, tetapi lebih jauh dari itu – Anda berfikir tentang pengaruh (impact) dari investasi Anda pada keberadaan  kehidupan di dunia ini dalam jangka panjang.

Bila dalam pertimbangan investasi konvensional orang bersedia membabat hutan karena dengan biaya yang sedikit (risiko yang kecil) dapat memberikan hasil yang sangat banyak, mengeruk kekayaan alam tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya – maka dalam impact investing orang tidak meakukannya yang seperti ini.

Setiap investasi dipertimbangkan jauh pada pengaruh jangka panjangnya untuk keberadaan kehidupan di muka bumi, menyangkat tersedianya air yang tetap bersih layak minum, udara yang bersih layak hirup, kecukupan pangan yang berkelanjutan, tidak adanya penyakit yang tidak ditemukan obatnya, kesehatan yang terjaga, suhu udara yang tidak terus bertambah panas, bencana alam yang tidak terus terjadi dlsb.dlsb.

Impact investing intinya adalah investasi yang tidak hanya mengharapkan hasil jangka pendek atau menekan risiko jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan risiko jangka panjang dan hasil jangka panjang yang tidak sepenuhnya dapat dinilai dengan uang.

Saat ini didunia diperkirakan sudah ada lebih dari US$ 175 milyar dana diinvestasikan pada bidang-bidang investasi yang memenuhi kriteria impact investing ini. Salah satu cerita yang layak ditiru adalah apa yang dilakukan oleh Parag Gupta di India.

Gupta yang mendirikan ‘perusahaan pemulung’ pada tahun 2009, menjadi model pengelola investasi yang tidak hanya memberikan untung tetapi juga meningkatkan kwalitas hidup masyarakat yang dilayaninya secara langsung maupun tidak langsung.

Bila kita mengenal pemulung pada umumnya bekerja di tempat-tempat yang kotor, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah kota. Maka tidak demikian halnya dengan ‘perusahaan pemulung’ Gupta. Perusahaannya yang diberi nama  Waste Capital Partners mengambil sampah langsung dari rumah tangga - rumah tangga.

Perusahaan ini kemudian memilah-milah sampah tergantung dari jenisnya. Mengolah dan mendaur ulang bagi yang bisa didaur ulang, dan membuangnya secara proper untuk yang harus dibuang. Dengan cara ini perusahaan tersebut dapat menyelamatkan lingkungannya dari pencemaran dan meningkatkan pendapatan ‘para pemulung’ yang terlibat di dalamnya.

Konsep mereka yang sangat Indah dituangkan dalam koperasi khusus yang mereka sebut Waste Ventures, Anda dapat menyaksikan videonya yang sangat inspiratif di home page mereka.

Karena kerja yang luar biasa untuk memperbaiki taraf hidup dan lingkungan ini, perusahaan Gupta tersebut juga memperoleh ‘bonus’ dari negara-negara maju berupa dana dari Carbon Credit Market atas kontribusinya dalam mengurangi pencemaran CO2 di udara yang kini tengah menjadi isu global.

Jauh sebelum Gupta melahirkan perusahaan pemulungnya, jauh sebelum para investors yang concern bersedia mengumpulkan dana ratusan milyar Dollar untuk apa yang mereka sebut impact investing, sesungguhnya investasi seperti inilah yang antara lain seharusnya menjadi focus para pengelola investasi syariah.

Mengapa demikian ?,  kalau saya tafsirkan secara bebas  – investasi syariah kan mestinya investasi yang harus dapat menunjang tercapainya tujuan syariah atau yang biasa disebut maqasid syariah.  Maka investasi yang memiliki impact langsung maupun tidak langsung  dalam  mewujudkan atau menjaga iman, jiwa, akal, harta, kehormatan/keturunan-lah yang mestinya masuk kategori investasi syariah.

Jadi kalau ada perusahaan seperti ‘perusahaan pemulung’-nya Gupta tersebut di atas di Indonesia misalnya, maka perusahaan semacam inilah yang antara lain layak mendapatkan dukungan investasi syariah itu. Demikian juga usaha-usaha yang bisa menjaga ketersediaan air bersih tetapi bukan mengeksloitasinya, yang menanam banyak-banyak pohon bukan yang hanya menebangnya, yang mampu menjaga sumber daya alam dan bukan malah yang hanya mengeruknya.

Aktivitas semacam ini sesungguhnya juga sudah beberapa pula dilakukan oleh saudara-saudara kita yang concern - hanya kita mungkin belum mengenalnya saja. Masalahnya adalah  karena apa yang mereka lakukan dianggap tidak layak untuk disebut ‘investasi’ dalam pengertian konvensional – maka mereka jarang mendapatkan dukungan dana yang semestinya.

Salah satunya adalah apa yang saya saksikan sendiri selama akhir pekan kemarin. Selama ini kalau kita mengenal waduk, biasanya yang membuat pemerintah. Tetapi KH. Abdullah Said (Almarhum)- Pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah – telah membuat waduknya sendiri seluas +/- 10 ha di Gunung Tembak – Balikpapan sejak tiga dasawarsa lalu.

Danau buatan yang dibangun Almarhum bersama team dan santrinya tersebut hingga kini terus mengalirkan manfaat yang luar biasa bagi kwalitas kehidupan masyarakat di sekitarnya, menjaga ketersediaan air di wilayah itu, menjadi sumber protein hewani dari ikan-ikan yang di kelola di dalamnya, menjadikan lingkungan pesantren indah untuk ditinggali, dan bahkan TNI-pun menggunakannya sebagai salah satu tempat untuk mereka melatih para tentaranya.

Tetapi dengan segudang manfaat tersebut, siapa yang meniru dan mengikuti jejaknya untuk mau terus membangun waduk-waduk buatan seperti waduk buatan Almarhum ini – di berbagai wilayah tanah air yang banyak mengalami krisis air ?. Pastinya tidak banyak.

Mengapa ?, karena dalam konteks investasi konvensional – apa yang beliau lakukan tersebut dan juga kami berusaha tiru - tidak dianggap investasi. Manfaat yang begitu besar bagi kehidupan – jauh melampaui usia para pelakunya – pun tidak dianggap sebagai hasil oleh dunia investasi konvensional. Maka tidak banyak yang mau mendanai project semacam ini, tidak banyak yang mengikutinya karena dianggap bukan investasi.

Nah kalau orang-orang diluar Islam saja concern untuk kehidupan yang panjang sehingga mereka rela menggerakkan apa yang mereka sebut impact investing, masak kita yang mengenal syariah, yang yakin bahwa hidup sesudah mati itu ada, akhirat itu benar dan janji Allah dalam Al-qur’an itu pasti benar -  tidak yakin dengan  hal jazaa ‘ul ihsaani illal ihsan – tidak ada balasan suatu kebaikan selain kebaikan pula ?.

Dari dua contoh investasi yang tidak biasa tersebut diatas, satu dari apa yang dilakukan orang lain di luar Islam, dan satu dari apa yang dilakukan oleh umat ini - maka semacam itulah antara lain jenis-jenis investasi syariah yang perlu terus kita explore peluangnya. Wa Allahu A’lam

Jumat, 20 Januari 2012

Bukti Stabilitas Daya Beli Dinar (Emas) dan Dirham (Perak) dari Al-Qur'an dan Al- Hadits

 

M. Iqbal
Mungkin Anda bertanya apakah ada uang atau unit of account di zaman ini yang tidak terpengaruh oleh inflasi ?, jawabnya ada yaitu mata uang yang memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nominalnya yaitu mata uang yang berupa emas dan perak atau dalam khasanah Islam disebut sebagai Dinar dan Dirham.

Mungkin pertanyaan Anda selanjutnya adalah apa benar emas dan perak atau Dinar dan Dirham tidak terpengaruh oleh inflasi atau daya belinya memang tetap sepanjang zaman ?, untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan uraian yang agak panjang sebagi berikut :

Beberapa bukti sejarah yang sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam al-Qur’an dan Hadits dapat kita pakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas (Dinar) dan perak (Dirham) yang tetap, sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan daya beli (terjadi inflasi).

Dalam Al-Qur'an yang agung, Allah berfirman :"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: ”Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita tinggal (di sini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu tinggal (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun". (Al-Kahf 019)

Di ayat tersebut diatas diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya. Tidak dijelaskan jumlahnya, tetapi yang jelas uang perak. Kalau kita asumsikan para pemuda tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja, maka ini konversinya ke nilai Rupiah sekarang akan berkisar Rp 210,000. Dengan uang perak yang sama sekarang (1 Dirham sekarang sekitar Rp 70,000) kita dapat membeli makanan untuk beberapa orang. Jadi setelah lebih kurang 18 abad, daya beli uang perak relatif sama. Coba bandingkan dengan Rupiah, tahun 70-an akhir sebagai anak SMA yang kos saya bisa makan satu bulan dengan uang Rp 10,000,-. Apakah sekarang ada anak kos yang bisa makan satu bulan dengan uang hanya Rp 10,000 ? jawabannya tentu tidak. Jadi hanya dalam tempo kurang dari 30 tahun saja uang kertas kita sudah amat sangat jauh perbedaan nilai atau kemampuan daya belinya.

Mengenai daya beli uang emas Dinar dapat kita lihat dari Hadits berikut :

”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)

Dari hadits tersebut kita bisa tahu bahwa harga pasaran kambing yang wajar di zaman Rasulullah, SAW adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari fakta bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebihan. Fakta kedua adalah ketika ‘Urwah menjual salah satu kambing yang dibelinya, ia pun menjual dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya ‘Urwah berhasil membeli dua kambing dengan harga satu Dinar, ini karena kepandaian beliau berdagang sehingga ia dalam hadits tersebut didoakan secara khusus oleh Rasulullah, SAW. Diriwayat lain ada yang mengungkapkan harga kambing sampai 2 Dinar, hal ini mungkin-mungkin saja karena di pasar kambing manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan besar. Nah kalau kita anggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil setengah Dinar dan yang besar dua Dinar pada zaman Rasulullah SAW maka sekarangpun dengan ½ sampai 2 Dinar (1 Dinar pada saat saya menulis artikel ini = Rp 2.200.000) kita bisa membeli kambing dimanapun di seluruh dunia – artinya setelah lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap. Coba bandingkan dengan Rupiah kita. Pada waktu saya SD (awal 70-an) bapak saya membelikan saya kambing untuk digembala sepulang sekolah, harga kambing saat itu berkisar Rp 8,000. Nah sekarang setelah 33 tahun apakah kita bisa membeli kambing yang terkecil sekalipunpun dengan Rp 8,000 ? tentu tidak. Bahkan ayam-pun tidak bisa dibeli dengan harga Rp 8,000 !. Wallahu A'lam bi showab.

M Iqbal

Masa Tua >> Masa Pensiun >> Dalam Perspektif Dinar

 

Berapa Penghasilan Dalam Dinar Yang Kita Butuhkan Setelah Pensiun...?

M Iqbal
Bagaimana menghitung kebutuhan penghasilan atau biaya rutin dalam Dinar sekian tahun yang akan datang ( masa pensiun), dengan struktur penghasilan dan biaya yang kita rencanakan dari sekarang. Prinsip dasar bahwa Dinar tidak terpengaruh inflasi akan sangat memudahkan kita membuat perencanaan kebutuhan jangka panjang ini.

Secara garis besar misalnya saat ini kita hidup cukup longgar dengan biaya 10 Dinar sebulan, maka selama pensiun nanti belasan tahun yang akan datang kita insyaallah tetap akan dapat menikmati kwalitas hidup yang sama dengan 10 Dinar per bulan ini – hal yang sama tidak akan pernah bisa apabila uang kita Rupiah, US$ ataupun mata uang kertas lainnya.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa elemen-elemen penghasilan dan biaya saat itu kemungkinan besar berubah. Perubahan –perubahan inilah yang harus kita antisipasi dan kita gunakan untuk melakukan adjutment dari kebutuhan biaya kita sekarang. Berikut adalah butir-butir yang perlu dipersiapkan dari sekarang :

1) Pada saat pensiun, dari mana penghasilan rutin kita. dari tabungan ?, dari dana pensiun tempat kerja kita ? atau dari usaha yang kita sudah rintis ? . Apabila penghasilan tersebut dari tabungan atau dari dana pensiun, maka lebih cepat Anda menukarnya dengan Dinar akan lebih baik – karena apabila tetap tersimpan dalam mata uang kertas nilainya akan terus menyusut...Beruntunglah Anda apabila saat ini telah merintis usaha, karena investasi terbaik – bahkan lebih baik dari Dinar – adalah usaha riil yang berjalan baik.
2) Semakin tua tentu kita ingin semakin banyak beramal, bukan sebaliknya. jadi dana untuk beramal dalam bentuk apapun juga harus kita rencanakan. Idealnya kalau kita bisa sampai mengalokasikan sepertiga dari penghasilan/kekayaan kita untuk infaq/sedeqah.
3) Sedapat mungkin tidak ada pinjaman yang harus dibayar/dicicil selama kita pensiun. Usahakan seluruh hutang jangka panjang untuk beli rumah misalnya – tidak melewati usia pensiun.

4) Akan ada biaya yang turun setelah kita pensiun, misalnya biaya telepon, kendaraan, pakaian, perjalanan dslb.

5) Sebaliknya ada biaya yang pasti naik setelah kita berangkat tua yaitu biaya kesehatan. Secara umum biaya kesehatan bagi kita semua mengalami kenaikan karena tiga faktor yaitu faktor usia (makin tua makin sering sakit), faktor memburuknya lingkungan (penyakit-penyakit baru bermunculan), dan faktor inflasi – yang terakhir ini tidak berlaku karena yang kita gunakan Dinar.

Dari faktor-faktor tersebut, kita bisa perkirakan berapa dana dalam Dinar yang kita butuhkan selama kita pensiun misalnya dari usia 55 – 71 tahun (usia harapan hidup orang Indonesia). Pendekatan kasarnya tinggal dikalikan kebutuhan Dinar per bulan kali jumlah tahun.


Senin, 16 Januari 2012

Dinar-Dirham >> Perangi Riba



Akan datang suatu masa kepada umat manusia ketika tidak akan ada yang tersisa kecuali akan menggunakan dinar (emas) dan dirham (perak)
(Muhammad SAW, HR Imam Ahmad ibn Hambal)

Apa Dinar dan Dirham?



Dinar adalah emas dengan kadar 22 karat seberat 4,25 gram
Dirham adalah perak murni dengan berat 2,975 gram
Dinar yang dimaksud bukanlah uang kertas di negara Irak.

Emas dan perak tersebut telah digunakan sebagai mata uang sebelum Islam dan setelah Islam datang.

Dinar adalah satuan yang digunakan dalam menghitung zakat mal sehingga menghidupkan dinar sebagai bentuk syariat Islam tentunya akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT.

Kekuatan dinar dan dirham sebagai mata uang (store value)
Pada zaman Rasulullah, seekor kambing bisa dibeli dengan satu dinar. Saat ini pun seekor kambing masih bisa dihargai dengan 1 Dinar (Nilai 1 Dinar per januari 2012 adalah Rp 2.250.000)

Pada Bulan mei 2011 saya membeli dinar dengan harga Rp 1.700.000,-. Andai saat itu saya tidak jadi membeli dinar dan memilih untuk menyimpan uang rupiah tersebut maka saat ini uang saya telah menurun daya belinya karena inflasi., sekarang hanya bernilai sekitar tiga perempat dinar (harga 1 Dinar per januari 2012  adalah Rp 2.250.000). Segala puji bagi Alloh yang telah mengenalkan dinar kepada kehidupanku.

Dengan kekuatan dinar dan dirham maka perlu dipertimbangkan untuk mengganti kebiasaan menabung uang kertas di bank dengan kebiasaan menabung secara bertahap koin dinar dan dirham. Kecuali untuk dana jangka pendek, uang kertas masih diperlukan. Sedangkan untuk kebutuhan jangka panjang seperti biaya perjalanan ibadah haji, biaya pendidikan anak dan tabungan pensiun perlu dipertimbangkan menabung dalam bentuk dinar.



Meskipun demikian, dinar dan dirham bukanlah untuk ditimbun sehingga tidak berputar dalam masyarakat. Niatkan pula untuk mengedarkan dinar ke dalam masyarakat sehingga tercipta keadilan dan bebas dari riba. Untuk membuat masyarakat menerima dinar dan dirham, terlebih dulu kenalkanlah mereka dengan dinar dan dirham.

Mahar Pernikahan Dengan Dinar Emas


Mahar Dinar Emas  >> Dari Berbagai Sumber

Jika selama ini kita mengenal mahar pernikahan berbentuk perhiasan emas, uang dan seperangkat alat sholat atau yang belakangan tengah tren adalah mahar uang hias, maka sudah saatnya bagi Anda yang hendak menikah untuk melihar dinar emas dan dirham perak sebagai mahar pernikahan yang insyaAllah baik, berkah dan membawa manfaat.

Pada hakekatnya, mahar pernikahan  adalah sesuatu yang sebaiknya berharga, mempunyai nominal, membawa manfaat dan membahagiakan calon istri karena mahar pernikahan memang hak sepenuhnya calon istri.

Dinar dan dirham adalah sesuatu yang insyaAllah berharga, tentu saja mempunyai nominal yang cukup tinggi, mudah-mudahan mampu membahagiakan calon istri (terlebih kalau mahar dinar dan dirhamnya dalam jumlah yang banyak) dan mempunyai manfaat yang panjang.

Dinar emas dan dirham perak mempunyai manfaat dalam jangka waktu yang panjang dikarenakan sifat nominalnya yang tidak tergerus inflasi. Jadi semisal mahar dinar dan dirham ini disimpan, baik dalam lemari maupun dibuat sebagai hiasan cinderamata berpigura, maka sewaktu-waktu perlu untuk diuangkan, nilainya masih tetap tinggi dan menyesuaikan harga emas dan perak pada saat itu.

Hal ini tentu berbeda dengan mahar uang hias yang tengah tren saat ini. Jika semisal 10 tahun yang akan datang kita perlu uang dan akan menggunakan uang mahar ini, maka nilainya dapat dipastikan telah meluruh lebih dari separuhnya karena gerusan inflasi.

Semisal tahun 2012 ini Anda memberikan mahar uang hias sejumlah 10.000.000 rupiah, maka 10 tahun yang akan datang (2022), dengan uang 10.000.000 rupiah tadi Anda tidak akan mampu membeli barang sebanyak ketika uang mahar tersebut diserahkan pada 2012.

Dakam suatu kisah diceritakan ,k etika berhijrah ke Madinah 'Abdurrahman bin 'Auf r.a, salah satu sahabat terdekat Rasulullah sallallahu alaihi wassalam, meninggalkan seluruh harta dan kekayannya di Mekah. Setiba di Madinah ia cuma minta ditunjukkan letak pasar dan merintis usaha yang baru, berdagang minyak samin dan keju. Dan ketika ia menikah tak lama kemudian, Rasulullah sallallhu alaihi wassalam, bertanya kepadanya:
"Berapa mahar yang engkau berikan kepada istrimu?"
"Sekeping (Dinar) emas," jawabnya.
Sebagaimana kita ketahui kemudian 'Abdurrahman bin 'Auf menjadi seorang pengusaha yang sangat kaya raya dan sangat dermawan. Ketika ia wafat, kepada empat istrinya, ia mewariskan harta masing-masing sebesar 80.000 Dinar emas.

Dari kisah ini kita mengetahui pula bahwa memberikan mahar kepada calon istri berupa Dinar emas merupakan sunah. Soal besarnya tidak ada ketentuan. Rasulullah sallallahu alaihi wassalam tidak pernah menetapkannya, bahkan menyatakan agar pihak mempelai perempuan tidak memberatkan mempelai pria. Namun demikian, 'amal penduduk Madinah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik, dalam kitabnya Muwatta, dapat dijadikan sebagai rujukan. Dalam bab 28 tentang Pernikahan, Imam Malik meriwayatkan, Malik berkata: "Aku tidak setuju jika wanita dapat dinikahi dengan [mas kawin] kurang dari seperempat Dinar. Itu adalah jumlah terendah, yang [juga jumlah terendah] untuk mewajibkan pemotongan tangan [karena mencuri]".
Jadi, mahar kepada mempelai wanita, menurut 'amal Madinah, sekurang-kurangnya adalah seperempat Dinar emas.
Selanjutnya bagi yang belum menikah atau akan menikah lagi, belum terlambat untuk ikut serta melestarikan sunnah yang berkah ini. Sempurnakan sunnah pernikahan anda dengan mahar dinar. Semoga dengan amalan ini keluarga Anda akan semakin diberkahi oleh Allah SWT. (Insya Allah).

Sabtu, 14 Januari 2012

Mengapa Memilih Investasi Dinar Emas?

<><><><>
Ada berbagai pertimbangan untuk memilih investasi dalam dinar emas. Beberapanya dapat kami uraikan di bawah ini. 

1. Dinar Emas Untuk Syiar Islam 

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Tidak ada kewajiban zakat atas harta emas yang belum sampai 20 dinar. Apabila telah sampai 20 dinar, maka zakatnya adalah setengah dinar. Demikian juga perak tidak diambil zakatnya sebelum sampai 200 dirham yang dalam hal ini zakatnya adalah 5 dirham."
(1 dinar= 4,25 gram, jadi 20 dinar=85 gram)
(1 dirham=2,975 gram, jadi 200 dirham=595 gram)
 "Dipotong tangan seorang pencuri pada pencurian seperempat dinar ke atas." (HR. Bukhari)
Kalaulah dinar emas tidak tersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat, tentu kita akan bertanya-tanya “1 dinar itu berapa rupiah?” 

2. Zero Inflation Effect 
Harga dinar emas tidak selamanya naik melainkan fluktuatif terhadap mata uang (grafik harga dinar dapat dilihat di halaman utama website ini). Namun secara jangka panjang harga dinar emas selalu mempunyai kecenderungan meningkat. 
Ketika harga dinar emas turun, pastilah harga komoditi yang lain seperti minyak, gandum dll juga ikut turun.

Diriwayatkan dari ‘Urwa : “Bahwa Nabi memberinya satu Dinar untuk membeli domba untuk beliau. ‘Urwa membeli dua ekor domba untuk beliau dengan uang tersebut. Kemudian dia menjual satu ekor domba seharga satu Dinar, dan membawa satu Dinar tersebut bersama satu ekor dombanya kepada Nabi. Atas dasar ini Nabi berdoa kepada Allah untuk memberkahi transaksi ‘Urwa. Sehingga ‘Urwa selalu memperoleh keuntungan (dari setiap perdagangannya) – bahkan seandainya dia membeli debu” (HR Ahmad) 



Pada zaman Rasulullah harga kambing di kisaran 1-2 dinar, sekarangpun dgn 1-2 dinar (saat ini Rp 2,2 jutaan) masih bisa untuk membeli kambing. 
Bandingkan dengan rupiah yang 40 tahun lalu harga kambing di kisaran Rp 800, sekarang sudah jutaan rupiah, menurut data statistik dan prediksi 40 tahun yg akan datang harga kambing akan berada di kisaran Rp 5,5 milyar! 

3. Dinar Emas Sangat Cocok Untuk Investasi/Tabungan Jangka Panjang 
Tabungan Pendidikan Anak 

“Saya seorang yang merasakan langsung tak berdayanya nilai pertanggungan asuransi dalam rupiah yang pernah saya ikuti. Saya ikut asuransi pendidikan mulai tahun 1988. Pada 2006 saya mendapatkan nilai tebus yang dijanjikan pihak asuransi yaitu Rp 22,5 juta. Sebuah nilai yang saya anggap besar ketika pertama kali join di asuransi pendidikan dulu. 
Ternyata uang itu tak bernilai ketika anak saya harus masuk ITB yang uang masuknya ketika itu Rp 45 juta. 

Setelah mengenal Dinar Islam sebagai penyimpan asset dan instrument investasi, saya kembali menghitung. Seandainya premi asuransi saya secara bertahap saya alihkan dalam bentuk Dinar, maka pada tahun 2006 itu saya akan memiliki 227 keping Dinar yang setara dengan Rp 161.000.000 !! 

Tabungan Haji
Haji ONH biasa
Tahun 2000 – 70 dinar
Tahun 2009 – 26 dinar
Tahun 2015 – 15 dinar (prediksi)


4. Dinar Emas Mudah Didapat dan Sangat Liquid
Properti mungkin bisa dijadikan pilihan untuk investasi jangka panjang, tetapi kelebihan dinar adalah sangat liquid. Berbeda dengan properti yang terkadang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjualnya, dinar emas bisa ditukar uang hari itu juga. 
Bahkan dengan semakin banyaknya pengguna dinar, transaksi dapat dilakukan dengan sesama pengguna. 



5. Tabungan m-dinar.com 
Tabungan m-dinar.com memungkinkan kita semua pengguna dinar untuk mencicil tabungan, tidak harus dalam kelipatan 1 dinar. 
Contoh:
Bulan Januari kita menabung Rp. 1.050.000,-  (misalkan harga dinar saat ini Rp. 2.100.000), maka saldo m-dinar kita 0,5 dinar. Bulan Februari kita menabung lagi Rp. 550 ribu (harga dinar Rp. 2.200.000), tabungan m-dinar bertambah 0,25 dinar. Bulan Maret kita menabung lagi Rp. 600 ribu (harga dinar Rp. 2.400.000), tabungan m-dinar bertambah 0,25 dinar. Jadi totalnya 1,0 dinar. 
Januari - Rp. 1.050.000/2.100.000 – 0,5 dinar
Februari - Rp. 550.000/2.200.000 – 0,25 dinar
Maret - Rp. 600.000/2.400.000 – 0,25 dinar
Total  - 1,0 dinar (fisik dinar dapat diambil/dikirim) 

Antara Kambing, Minyak dan Emas...

Antara Kambing, Minyak dan Emas...
PDF Print E-mail
Oleh Muhaimin Iqbal    ( Geraidinar )
Dalam banyak kesempatan ketika saya menjelaskan tentang stabilitas daya beli emas atau Dinar terhadap kebutuhan pokok manusia, saya sering menggunakan bukti kambing ukuran baik standar qurban yang selalu bisa dibeli dengan satu koin Dinar sejak lebih dari 1400 tahun lalu. Meskipun bukti ini berdasarkan hadits dan data empiris jaman ini, temen-temen saya para ekonom sering menganggap bukti berdasarkan harga kambing tersebut agak ndeso – sehingga ada keengganan mereka untuk mengakuinya sebagai bukti yang ilmiah.

Tetapi karena kambing hanyalah salah satu representasi kebutuhan pokok manusia (mewakili kebutuhan makanan), kestabilan daya beli emas ini sesungguhnya juga bisa dibuktikan berdasarkan statistik modern. Hanya statistik harga kambing yang panjang tidak mudah diperoleh, maka saya ingin membuktikan kestabilan daya beli emas ini terhadap kebutuhan pokok lainnya yang lebih available data statistik-nya.

Untuk ini saya gunakan data statistik harga minyak mentah dunia sejak berakhirnya Perang Dunia II – yaitu sejak 1946 hingga 2011 ini. Harga minyak kemudian kita sandingkan antara harga dalam US$ dengan harga dalam satuan gram emas. Hasilnya dapat kita lihat pada grafik dibawah.
 
Dari grafik diatas kita bisa lihat bahwa ketika harga emas dan minyak keduanya terbentuk oleh mekanisme pasar yang mendekati sempurna, maka harga minyak dalam mata uang kertas (US$) cenderung meningkat secara parabolic – sebaliknya harga minyak dalam gram emas cenderung menuju titik stabilitas pada harga tertentu.

Dalam rezim Breton Woods (1946-1971) ketika harga emas dipaksakan setara dengan daya beli mata uang kertas US Dollar, maka terjadi ilusi stabilitas harga minyak. Ilusi ini berakhir bersamaan dengan berakhirnya rezim Breton Woods tersebut. Perhatikan  tahun-tahun semenjak dibubarkannya kesepakatan Breton Woods (1971), daya beli uang kertas terhadap kebutuhan pokok manusia yang dalam hal ini diwakili oleh harga minyak - menunjukkan jati diri yang sesungguhnya yaitu terus menurun. Itulah sebabnya, mengapa saya mengkategorikan uang kertas sebagai aset yang akan menurunkan kemakmuran pemegangnya – Wealth Reducing Asset.

Sebaliknya juga terjadi, ketika harga emas tidak lagi dipaksakan terkendali dalam rezim Breton Woods tersebut diatas – fluktuasi harga emas cenderung beriringan dengan fluktuasi harga-harga komoditi kebutuhan manusia. Walhasil bila kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dibeli dengan emas – maka harganya akan cenderung stabil dalam jangka panjang. Jangka pendeknya tetap berfluktuasi karena faktor supply and demand,  tidak ada daya dorong parabolic seperti yang terjadi bila mata uang kertas yang digunakan.

Sebenarnya bukan hanya emas yang memiliki kecenderungan daya beli stabil jangka panjang ini, seluruh komoditi kebutuhan manusia akan memiliki kecenderungan yang sama. Satu komoditi sama komditi lain harganya berfluktuasi dalam jangka pendek – tetapi mekanisme pasar yang akan mendorongnya stabil dalam jangka panjang. Ketika supply melebihi demand, harga turun – orang mengurangi produksi; sampai titik tertentu demand akan melebihi supply dan menarik harga ke atas begitu seterusnya.

Jadi ketika berbicara tentang satbilitas daya beli emas atau Dinar, kini kita tidak lagi hanya terpaku pada harga 1 ekor kambing yang setara 1  Dinar – tetapi juga harga minyak dalam emas atau Dinar ataupun harga-harga komoditi lain yang dibutuhkan oleh manusia sepanjang jaman. Wa Allahu A’lam.
Oil Price in US$ and in Gold

All About Dinar dan Dirham....History About Real Money!!!!....UhuYYYY!!!!



Uang dalam berbagai bentuk adalah sebagai alat tukar perdagangan yang telah dikenal ribuan tahun lalu seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM – 2000 SM. Dalam bentuk yang lebih standar, uang emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar 46 SM. Sang raja inilah yang juga memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Ceasar ini berlaku di belahan dunia Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204.

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya ke Khalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.

Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW. “ Timbangan adalah timbangan penduduk Mekkah dan takaran adalah takaran penduduk Madinah “ (HR. Abu Daud).

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 624 Masehi terciptalah standar hubungan berat antara uang emas dan perak yang dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Dari dinar-dinar yang tersimpan di museum setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka diketahui bahwa timbangan berat 1 Dinar yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.

Sampai pertengahan abad ke 13 baik di negeri Islam maupun negeri non Islam sejarah menunjukkan bahwa mata uang emas yang relatif standar tersebut secara luas digunakan. Hal ini tidak mengherankan karena sejak awal perkembangannya mata uang emas tersebut mulai diberlakukan di banyak belahan Dunia, seperti Republic Florence di Italy pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin, kemudian diikuti oleh Republik Venesia dengan nama Ducat.



Pada akhir abad ke 13 tersebut Islam mulai merambah ke Eropa dengan berdirinya khalifah Usmaniyah dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel. Selama 7 abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.



Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasulullah SAW (610) maka secara keseluruhan Dinar dan Dirham adalah mata uang modern yang paling lama (14 abad) dalam sejarah manusia.

Di Indonesia sekarang ini, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia PT. Aneka Tambang Tbk dan PERURI  yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksi Dinar dan Dirham dengan kadar dan berat sesuai dengan standar Dinar dan Dirham di masa awal-awal Islam.



Standar kadar dan beratnya pun tidak hanya disertifikasi secara nasional oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia dengan stadarisasi Internasional yaitu London Bullion Market Association (LBMA).