Ketika seluruh mata menuju Suriah, yang akan
menjadi masalah berbahaya bagi ekonomi dunia yang siap meledak dari dalam tanah-
dan juga potensi krisis dari wilayah yang kita sebut negara dunia ketiga. Pada
akhirnya jumlah uang beredar yang masif dan bencana utang di negara-negara
tersebut dapat membahayakan pasar modal besar seperti wall street, nilai mata
uang di negara-negara tersebut sama parahnya dengan utang mereka. Mereka adalah
China, India, Brazil, Argentina, Indonesia, Afrika Selatan, Rusia and Meksiko.
Beberapa orang melihat bahwa situasi yang berkembang mirip dengan krisis ekonomi
Asia tahun 1996-1997, namun ini akan menyebar ke wilayah pasifik.
Kevin Lai, seorang kepala ekonom regional di
Daiwa Securities baru-baru ini menyatakan dalam sebuah artikel di
Financial Times bahwa “seluruh uang dari QE telah mengarah pada gelembung
inflasi dari kredit besar-besaran di Asia. Perampokan sedang berlangsung dan
kita tinggal menunggu akibatnya saja. Selama proses ini akan ada kerusakan
dimana-mana. “Pilihannya adalah memproteksi mata uang atau menjaga pertumbuhan
ekonomi domestik. Anda hanya dapat memilih salah satunya saja. Tidak ada jalan
keluar yang mudah." Proteksi mata uang mengakibatkan inflasi, sedangkan menjaga
pertumbuhan domestik akan mengakibatkan disinflasi atau
stagflasi.
Untuk mengambil satu contoh saja dari seluruh akibat dari skenario yang sedang berlangsung adalah pasar emas, mari melihat apa yang terjadi di India dimana krisis yang sedang berlangsung atas Rupee telah memicu permintaan emas yang melampaui batas. Otoritas moneter India telah bereaksi dengan situasi ini dengan memberlakukan pembatasan impor emas untuk menjaga mata uangnya.
Pakar strategi Society General, Albert
Edwards, yakin bahwa Cina akan melakukan devaluasi mata uangnya dan merupakan
peringatan terhadap jatuhnya renminbi yang mirip dengan awal mula krisis 1997.
Edwards berkata :
“Pasar di dunia berkembang sekali lagi
menampilkan bentuknya yang seperti piramid. Bangunan di pasar negara berkembang
sedang mengarah pada kehancuran karena defisit neraca berjalan mereka yang
diwakili oleh jatuhnya nilai Yen Jepang dan di tengah ancaman kebijakan uang
ketat IMF. China telah melakukan protes terhadap direktur the Fed
Bernanke karena terlalu banyak QE pada 2010 untuk memperingati AS akibat buruk
dari tekanan terhadap pasar negara berkembang.
Jadi hari ini kita memprediksi harga emas akan
mencapai $10.000 dari seorang ekonom di global super-bank (Albert
Edwards) dan ekonom lain memprediksi emas akan menyentuh $3.500 per ounce (Tom
Fitzpatrick dari CitiBank).
Fitzpatrick mengatakan :
“Dalam dinamika emas, kami yakin penurunan
harga emas saat ini sangat mirip dengan apa yang terjadi di pasar emas pada
tahun 1974 hingga 1976-dimana saat itu nilai saham mulai menaik setelah jatuh
pada titik terendah di tahun 1974. Dalam contoh kasus ini, dengan cepat harga
emas turun hingga 14% dibawah rata-rata bergerak bulanan dalam 55 bulan.
Setelah emas turun pada tahun 1976, pasar modal
mencapai puncak 4 minggu setelahnya. Sejauh ini, ketika emas mencapai titik
terendah di harga $1.181, puncak di pasar modal terjadi 5 minggu berikutnya. Dan
sejarah mencatat bahwa pergerakan harga emas mulai naik pada 1976, ini juga
ketika harga saham berada pada puncak dan kemudian memasuki tahap penurunan, dan
saat itulah emas menunjukkan keperkasaannya.
Jadi kita yakin bahwa kita sedang kembali pada
trek yang benar dimana emas adalah salah satu pilihan utama mata uang dunia masa
depan, dan kita terus berharap tren ini akan berakselerasi dengan kondisi yang
terjadi ke depan. Kita masih percaya bahwa 2 tahun mendatang kita akan melihat
harga emas akan mencapai sekitar $3.500. Seiring rasio emas/perak
semakin mendekati angka 30, hal ini akan menyebabkan harga perak menjadi diatas
$100.”
0 komentar:
Posting Komentar