Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Selasa, 15 Mei 2012

Apakah Sumber Malapetaka Perekonomian?????

Pernahkah terpikir oleh Anda, apakah penyebab utama berbagai penyebab meningkatnya kebutuhan hidup mulai dari kenaikan harga barang, sembako, BBM, sandang, pangan, papan, biaya pendidikan, ongkos naik haji, dll. Yang ujung-ujungnya bermuara kepada krisis moneter dan krisis ekonomi dunia?
Sadarkah jika semuanya itu bersumber kepada “uang kertas made in konspirasi internasional” melalui IMF, Bank Dunia, Federal Reserve AS, Bank-bank Sentral, dan sistem perbankan secara global, yang mereka kendalikan, dan direkayasa sedemikian rupa “secara ilmiah” sehingga kita semua khususnya ummat Islam dan masyarakat dunia pada umumnya terus-menerus menanggung akibat dari merosotnya nilai alat tukar modern yang diberlakukan saat ini yaitu uang kertas.
Kemiskinan menjadi fenomena umum akibat inflasi yang tiada henti. Berkali-kali, sepanjang zaman modern di abad ke-20 sampai memasuki abad ke-21 ini, kita dihadapkan dengan apa yang disebut sebagai ”krisis moneter”, yang tak lain akibat dari sistem uang kertas, yang sepenuhnya berbasis pada riba. Rasulullah Saw bersabda:Sungguh akan datang suatu masa (ketika) tiada seorang pun diantara mereka yang tidak memakan (harta) riba. Siapapun yang (berusaha) tidak memakannya, ia tetap akan terkena debu(riba)nya. (HR. Ibnu Majah, Abu Daud, Nasai dari Abu Hurairah, ra). Penulis: Debu riba = Uang kertas. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.
Sehingga situasi ekonomi dunia senantiasa dibayang-bayangi oleh krisis yang sangat besar yang boleh jadi akan menimbulkan kekacauan dan huru-hara hampir di setiap penjuru bumi termasuk krisis yang sekarang (secara ilmiah sengaja dibuat) sebagaimana melanda Yunani yang dapat mengancam krisis ekonomi global. Allah SWT berfirman: Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [QS. 2: 11-12]
Solusi:Kembali Menggunakan Mata Uang Islam
Firman Allah SWT: Hai kaumku penuhilah takaran dan timbangan yang adil, dan janganlah engkau merugikan hak-hak manusia (dengan mencurangi nilai), dan janganlah berbuat zalim dengan melakukan kerusakan. [QS. 11: 85]
Pada tahun 1 Hijriyyah, Rasulullah Muhammad Saw telah menetapkan Dinar Emas dan Dirham Perak sebagai standar mata uang Islam. Kemudian ditegakkan oleh Khalifah Umar ibn Khattab pada tahun 18 Hijriyah.
Dinar Emas adalah koin emas berkadar 22 karat (91,70%) dengan berat 4,25 gram. Sedangkan Dirham Perakadalah koin perak murni (99.95%) dengan berat 2.975 gram. Dinar Emas dan Dirham Perak merupakan “mata uang kenabian” yang berlaku sebagai alat tukar yang sah sejak masa Rasulullah Saw, para sahabat, sampai masa-masa pemerintahan Islam hingga berakhirnya Daulah Utsmani (1924).
Baik Dinar maupun Dirham disebutkan secara spesifik di dalam al Qur’an, di mana Dinar emas mengacu pada nilai tukar yang besar, sedangkan Dirham perak mengacu pada nilai tukar yang lebih kecil. Bersamaan dengan berakhirnya Daulah Utsmani, Dinar dan Dirham, serta fulus, turut hilang dari peredaran dalam masyarakat. Akibatnya berbagai macam ketentuan dalam syariat Islam, seperti kewajiban berzakat, ketentuan tentang diyatdan hudud, serta sunnah Nabi Muhammad Saw seperti pembayaran mahar, sedekah, maupun ketentuan dalam muamalat (syirkatqirad, dsb) tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Sejak tahun 1992, kalangan Muslim telah mengupayakan pemakaian kembali Dinar emas dan Dirham perak, bersama-sama dengan fulus, baik untuk keperluan pembayaran zakat maupun bermuamalat. Sejak 2002 Dinar emas dan Dirham perak juga telah mulai beredar dan digunakan oleh kaum Muslim di Indonesia. Meski masih dalam skala terbatas penerapan kembali Dinar emas dan Dirham perak telah membuka pintu-pintu bagi pengamalan kembali berbagai sunnah Nabi Muhammad Saw. yang dalam waktu satu abad terakhir ini telah hilang atau sengaja dihilangkan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai Islam.
From : wakalanusantara

0 komentar:

Posting Komentar