Pergerakan dinar

Tabungan M-Dinar

Rabu, 20 Juni 2012

Fahami bagaimana bank itu bekerja



By. Rizki Wicaksono- Wakalasauqi


Sejarah GWM

Jaman dulu orang menitipkan emasnya ke goldsmith dan menerima kuitansi sebagai bukti deposit emas. Bila suatu saat dibutuhkan, orang bisa membawa kuitansi tersebut untuk mengambil emasnya kembali.

Goldsmith juga mengamati bahwa dari semua emas yang dibrankas, ternyata hanya sebagian kecil saja yang diambil. Artinya walaupun di brankas hanya ada sejumlah kecil emas saja, orang tidak akan curiga sepanjang setiap permintaan penukaran kuitansi dengan emas fisik selalu dipenuhi.

Persentase emas yang diambil inilah yang kemudian menjadi reserve requirement atau dalam bahasa kita disebut GWM/Giro Wajib Minimum. Sejak Nov 2010, GWM ditetapkan BI sebesar 8%. Silakan googling:GWM BI

GWM = Minimal jumlah emas yang harus ada di brankas agar setiap permintan pengambilan emas selalu bisa dipenuhi goldsmith

Kuitansi Deposit = Uang

Tidak lama kemudian, orang mulai memakai kuitansi deposit emas ini sebagai alat tukar menggantikan jual beli dengan koin emas karena lebih praktis. Pembeli membayar dengan kuitansi deposit emas dan penjual bisa menukarkan kuitansi deposit itu ke goldsmith untuk mendapatkan emas fisiknya.

Jadi kuitansi deposit emas berperan sebagai uang yang diterima masyarakat karena kepercayaan masyarakat pada goldsmith. Orang mau memakai kuitansi deposit sebagai uang karena mereka percaya untuk setiap kuitansi deposit yang beredar dibackup dengan emas fisik sejumlah yang tertulis pada kuitansi deposit.

Walaupun masyarakat tidak pernah melihat isi brankas goldsmith, masyarakat tetap percaya karena tidak pernah sekalipun mereka gagal mencairkan kuitansi depositnya dengan emas fisik.

Goldsmith menjaga kepercayaan pemegang kuitansi depositnya dengan menjaga agar jumlah emas dalam brankasnya tidak di bawah level minimum tertentu (GWM/reserve requirement).

Mencetak Uang dengan Kuitansi Deposit Bodong

Karena emas yang ada di brankas goldsmith tidak perlu tersedia penuh 100% sejumlah kuitansi deposit yang diterbitkan, maka goldsmith leluasa membuat kuitansi deposit bodong yang tidak ada wujud fisik emasnya berkali-kali lipat lebih banyak dari jumlah emas dalam brankasnya.

Karena kuitansi deposit dianggap uang, maka kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang walau sebenarnya tidak ada emasnya. Kepercayaan ini tetap terjaga karena kuitansi deposit baik yang bodong maupun yang tidak bodong tidak pernah gagal dicairkan.

Setiap kuitansi deposit bodong yang tercipta, membuat money supply berkembang (ekspansi) karena kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang oleh masyarakat

Berapa Banyak Kuitansi Deposit Bodong bisa Dibuat Goldsmith?

Goldsmith harus tetap berhati-hati agar tidak terlalu banyak membuat kuitansi deposit bodong untuk menjaga kepercayaan pemegang kuitansi depositnya. Jumlah kuitansi deposit bodong yang diterbitkan goldsmith harus dijaga pada level tertentu agar setiap permintaan penarikan emas selalu bisa dipenuhi.

Level minimum ini yang kita sebut dengan GWM atau reserve requirement.
  • Bila level minimum itu adalah 10%, artinya untuk setiap 1g emas di brankas, goldsmith hanya boleh membuat kuitansi deposit maksimal senilai 10g emas atau 10x dari emas di brankas.
  • Bila level minimum itu adalah 5%, artinya untuk setiap 1g emas di brankas, goldsmith hanya boleh membuat kuitansi deposit maksimal senilai 20g emas atau 20x dari emas di brankas.
Dengan menjaga level minimum ini, masyarakat tidak pernah gagal mencairkan kuitansi deposit, sehingga tetap mempercayai kuitansi deposit goldsmith sebagai uang.

Kredit

Walaupun kuitansi deposit bodong juga dipercaya sebagai uang, goldsmith menerbitkan kuitansi deposit bodong bukan untuk dibelanjakan sendiri sesuka hati. Goldsmith hanya menerbitkan kuitansi deposit bodong untuk dipinjamkan ke orang lain dengan bunga.

Jika ada yang datang meminjam sebesar 10g emas, maka goldsmith akan membuat kuitansi deposit bodong baru senilai 10g emas (bila cadangan emas di brankasnya masih terjaga di atas level minimum). Kuitansi deposit bodong yang baru ini juga dipercaya sebagai uang oleh masyarakat walaupun tidak ada emasnya.

Setiap goldsmith memberikan kredit, goldsmith menerbitkan kuitansi deposit bodong baru yang juga dipercaya sebagai uang. Artinya setiap kredit tercipta, uang baru tercipta sejumlah kredit yang diberikan goldsmith.

Fractional Reserve Banking System

Praktek yang dipakai goldsmith di atas adalah cikal bakal sistem fractional reserve banking (FRB) yang dipakai di semua bank di seluruh dunia baik konvensional maupun syariah.

Tidak ada bank syariah yang tidak memakai sistem FRB

Mari kita lihat proses penciptaan uang oleh bank komersial dalam sistem FRB dengan asumsi level GWM 10%.

1. Pada suatu hari Joni menabung uang Rp 100 juta di bank ABC dalam bentuk 1000 lembar uang 100rban.

Dari 100 juta ini, 10 juta harus dicadangkan dalam brankas (10%), dan 90 juta sisanya boleh dipinjamkan ke orang lain.

Neraca bank setelah deposit Joni adalah: (deposit/tabungan adalah liabilities bagi bank)

Aset
Cash: 100 juta
Total: 100 juta

Liabilities
Rekening Joni:100 juta
Total: 100 juta

Berapa money supply sekarang?

Saldo Rek. Joni di bank ABC: 100 juta. Total money supply = 100 juta. Uang fisik 100 juta. Rasio uang fisik
terhadap total saldo adalah 100juta/100juta = 100% (masih jauh > 10% GWM)

2. Dul datang meminjam uang Rp 90 juta dari bank ABC.

Konon kabarnya bank menyalurkan uang nasabah kepada orang yang meminjam uang (fungsi intermediasi bank). Konon katanya uang deposan disalurkan dalam bentuk pinjaman. Kalau benar begitu, berapakah uang Joni sekarang setelah Dul meminjam 90 juta?

Kalau benar uang deposan disalurkan dalam bentuk pinjaman mestinya uang Joni tinggal 10 juta, karena dipinjam Dul 90 juta.

Ternyata, uang Joni tetap utuh 100 juta dan ajaibnya Dul juga menerima 90 juta dari bank sebagai pinjaman. Lho kok bisa, berarti ada uang baru 90 juta dong?

Dari mana 90 juta ini berasal?

90 juta ini adalah uang baru ciptaan bank, hanya dengan membuat entry baru pada akuntansi bank. Inilah yang disebut dengan uang bodong, uang yang tercipta hanya dengan byte komputer di sistem akuntansi bank.

Apa yang dimaksud dengan membuat uang dalam akuntansi bank? Mari kita lihat dari kacamata akuntansi, bagaimana posisi neraca bank ABC setelah Dul meminjam 90juta:

Aset
Cash:100 juta
Piutang Dul:90 juta
Total: 190 juta

Liabilitas
Rekening Joni: 100 juta
Rekening Dul: 90 juta
Total: 190 juta

Berapa money supply sekarang?

Saldo Rek. Joni di bank ABC: 100 juta
Saldo Rek. Dul: di bank ABC 90 juta

Total money supply = 190 juta (bertambah 90 juta dari semula 100 juta) dengan uang fisik di brankas tetap 100 juta. Rasio uang fisik terhadap total money supply adalah 100/190 = 52,6% masih jauh di atas batas GWM 10%, artinya masih terbuka lebar penciptaan uang lebih banyak lagi.

Walaupun total saldo 190 juta, uang fisik hanya ada 100 juta. Selama keduanya tidak mengambil tunai semua uangnya bersamaan (bank run/rush), bank ABC akan baik-baik saja.

Agar terbayangkan betapa gilanya sistem ini. Bayangkan bila semula Adi punya 100 donat, kemudian diberikan ke Budi 90 donat, jumlah donat Adi+donat Budi malah menjadi 190 donat. Matematika bank: 100-90=190

Apakah 190 juta ini benar-benar bisa dibelanjakan?

Walaupun 90 jutanya adalah uang “bodong” (uang byte/elektronik), dan hanya 100 juta yang berupa uang fisik. Dul bisa membelanjakan 90 juta di rekeningnya untuk berbelanja di supermarket dengan menggesek debit cardnya, Dul bisa mentransfer ke bank lain, dan Dul juga bisa mengambil tunai di ATM.

Sangat sedikit transaksi yang melibatkan uang fisik, sebagian besar transaksi memakai uang elektronik

Jadi walaupun sebenarnya 90 juta ini adalah uang “bodong” (tidak ada wujud fisiknya), tapi karena semua orang percaya itu adalah uang, akhirnya adalah 90 juta ini juga dianggap sebagai uang dan bisa dibelanjakan.

Perhatikan bahwa ketika Dul pinjam 90 juta, suplai uang bertambah 90 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah

3. Dul mentransfer uang Rp 90 juta ke bank Syariah XYZ

Dul mentransfer uang hasil pinjamannya dari bank ABC ke bank Syariah XYZ. Artinya Dul menarik uang fisik 90 juta dari bank ABC kemudian disetorkan ke bank syariah XYZ.

Posisi Neraca bank ABC kini menjadi:

Aset
Cash: 10 juta
Piutang Dul: 90 juta
Total: 100 juta

Liabilities
Rekening Joni: 100 juta
Total: 100 juta

Rasio uang fisik terhadap total saldo di bank ABC adalah 10juta/100juta = 10%. Ini adalah rasio minimum, artinya bank ABC tidak boleh lagi meminjamkan uang kepada orang lain. Walaupun saldo Joni 100 juta di sini, sebenarnya bank ABC hanya punya uang fisik 10 juta saja. Selama Joni tidak mengambil semua uangnya, bank ABC akan baik-baik saja.

Sedangkan neraca bank Syariah XYZ kini menjadi:

Aset
Cash: 90 juta
Total: 90 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Total: 90 juta

Rasio uang fisik terhadap total saldo di bank Syariah XYZ dalah 90 juta/90 juta = 100% masih jauh > GWM 10%.

Berapa suplai uang sekarang (di semua bank)? Karena hanya transfer, tidak ada perubahan money supply.

Saldo Joni di bank ABC: 100 juta
Saldo Dul di bank Syariah XYZ:  90 juta

Total money supply: 190 juta. Uang fisik 100 juta (10 jt di bank ABC + 90jt di bank Syariah XYZ).

4. Toni meminjam 81 juta dari bank Syariah XYZ

Dari cash 90 juta dari rekening Dul, bank Syariah XYZ boleh meminjamkan 81 jutanya ke orang lain dan 9 juta disimpan sebagai cadangan (ingat aturan 10% GWM).

Neraca bank Syariah XYZ setelah Toni meminjam 81 juta menjadi:

Aset
Cash: 90 juta
Piutang Toni: 81 juta
Total: 171 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Rekening Toni: 81 juta
Total: 171 juta

Total money supply sekarang (di semua bank):
Saldo Joni di bank ABC: 100 juta

Saldo Dul di bank Syariah XYZ: 90 juta
Saldo Toni di bank Syariah XYZ: 81 juta

Total money supply: 271 juta (bertambah 81 juta dari sebelumnya 190 juta). Uang fisik tetap 100 juta. Rasio keseluruhan (semua bank) 100/271 = 36,9% (masih di atas batas minimal 10%).

Sekali lagi perhatikan ketika Toni meminjam 81 juta, suplai uang bertambah 81 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah.

5. Ani meminjam 72,9 juta dari bank Syariah XYZ

81 juta yang ada di rekening Toni juga boleh dipinjamkan 90%nya kepada orang lain, yaitu 72,9 juta dan 10% sisanya 8,1 juta disimpan sebagai cadangan.

Neraca bank Syariah XYZ setelah Ani meminjam 72,9juta adalah:

Aset
Cash: 90 juta
Piutang Toni: 81 juta
Piutang Ani: 72,9 juta
Total: 243,9 juta

Liabilities
Rekening Dul: 90 juta
Rekening Toni: 81 juta
Rekening Ani: 72,9 juta
Total: 243,9 juta

Total money supply sekarang adalah:
Saldo Joni di bank ABC: 100jt

Saldo Dul di bank Syariah XYZ: 90 juta
Saldo Toni di bank Syariah XYZ: 81 juta
Saldo Ani di bank Syariah XYZ: 72,9 juta

Total money supply: 343,9 juta (bertambah 72,9 juta dari sebelumnya 271 juta). Uang fisik tetap 100 juta. Rasio keseluruhan: 100/343,9 = 29% (masih > dari rasio 10%).

Lagi-lagi perhatikan, ketika Ani meminjam 72,9 juta, suplai uang juga bertambah 72,9 juta. Artinya setiap orang pinjam uang X rupiah ke bank, detik itu juga tercipta uang baru X rupiah.

6. Dan seterusnya hingga total money supply mencapai 1M (10xlipat)

Kesimpulan
  • Tidak semua uang berwujud fisik, sebagian besar money supply (M2/M3) wujudnya hanya byte
  • Setiap orang menggesek kartu kredit atau mengambil kredit ke bank sebesar XX rupiah, maka detik itu juga suplai uang bertambah XX rupiah (tercipta uang baru sebesar kredit yang diambil).
  • Perhatikan bahwa uang yang tercipta hanya sebesar pokok hutangnya saja, namun bank meminta dikembalikan pokok plus bunga. Secara matematis tidak mungkin bunga ini bisa dibayarkan karena uang yang tercipta hanya sejumlah pokoknya saja. It is by design, untuk memastikan pasti akan ada yang gagal bayar utang agar bank bisa menyita kolateral/jaminan utang (properti, perusahaan atau aset lainnya).
  • Bank tidak bisa membuat uang sendirian (harus ada yang meminjam uang). Bank hanya bisa membuat uang bila bersekongkol dengan peminjam.
  • Proses ini disebut sebagai multiple expansion process karena penciptaan uang dari 100 juta sampai 1 M tidak terjadi dalam satu kali pemberian kredit, tapi berulang-ulang.
  • Bila kredit dilunasi, maka uang bodong yang tercipta ketika kredit diberikan akan hilang tak berbekas.
  • Jadi uang bodong ini ada umurnya, ada yang eksis selama 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, ada juga yang 15 tahun (contohnya KPR).
  • Seiring dengan pembayaran cicilan kredit, money supply pelan-pelan menyusut. Bila tidak diimbangi dengan penciptaan kredit baru, maka money supply akan menyusut terus dan akibatnya adalah bencana deflasi, ekonomi mandeg karena uang beredar sangat sedikit (tidak cukup).
  • Adanya bunga membuat laju penyusutan uang lebih cepat dari penciptaan uang. Contoh, ambil kredit 100 juta (uang tercipta 100 juta), harus dikembalikan 150 juta (uang menyusut 150 juta, lebih besar dari yang tercipta).
  • Itu sebabnya semua orang didorong untuk berhutang semakin banyak dan lebih banyak dari tahun lalu, dengan kata lain kredit harus bertumbuh (silakan googling: target pertumbuhan kredit BI), tujuannya untuk mengimbangi laju penyusutan suplai uang.
  • Kalau orang sudah tidak sanggup berhutang harus dibuat sanggup, salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan (BI rate), melonggarkan syarat kredit (pernah dengar subprime bukan?).
  • Kalau suku bunga acuan sudah diturunkan sampai hampir nol (Fed rate hanya nol koma sekian persen), syarat sudah dibuat longgar, masih saja kredit tidak tumbuh, artinya krisis ekonomi sudah menunggu (PHK massal, kelaparan, kerusuhan sosial dsb).

0 komentar:

Posting Komentar